Chereads / LOVE NEVER ENDING / Chapter 14 - ANTARA CINTA DAN RINDU

Chapter 14 - ANTARA CINTA DAN RINDU

Jika mencintai pasti ada kerinduan, jika ada rindu di sana pasti ada cinta. Antara cinta dan rindu ada sebuah hubungan yang tidak terpisahkan, mencintai adalah pilihan hati, tetapi merindukanmu adalah keinginan hatiku. Aku tidak bisa berbohong jika aku tidak mencintaimu, aku sangat mencintaimu, meskipun ada saatnya kita harus berpisah karena keadaan, tetapi hatiku tidak bisa berbohong, aku merindukanmu. – Rindu

Setelah kejadian di sekolah dimana Fernando menarik Elsha pergi, tidak ada kabar sama sekali dari Nando. Beberapa kali Merry melihat handphonenya, dan keluar jendela, tetapi tidak ada apa-apa hanya seekor kucing berbulu oranye bercampur kuning keemasan yang berada di sekitar rumahnya. Sudah pukul 22.00 WIB handphone Fernando juga tidak aktif.

'Kamu dimana? Apa kamu baik-baik saja?' gumam Merry dalam hati dan kemudian ia tertidur.

Sementara itu Fernando sampai di rumahnya pukul 23.00 WIB, setelah memberikan kain satin kepada mamanya, Fernando menyalakan handphonenya yang awalnya mati karena kehabisan daya, sesuai prediksinya ada panggilan masuk dari Merry beberapa jam yang lalu.

"Tuan sudah pulang?" Julio masuk ke Kamar Nando.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Nando.

"Tenang tuan semua baik-baik saja, dan ada sesuatu yang ingin saya katakan." Ucap Julio.

"Apa itu?" Nando mulai heran.

"Tuan tadi saya menaburkan serbuk sihir di rumah nona Merry dan serbuk berubah menjadi kuning keemasan, hari ini yang memasuki rumah nona Merry hanya dua sahabatnya, Fanda dan Novi."

Mendengar ucapan Julio, Fernando mulai memikirkan sesuatu, "Jika begitu benar prediksi kita, Viona selama ini berada di antara aku dan Merry. Tetapi siapa diantara mereka yang Viona, ah aku juga sudah lupa wajah Viona, jika aku salah menebak bisa-bisa rahasiaku akan terbongkar."

"Benar, tuan harus hati-hati diantara mereka berdua salah satunya adalah manusia, akan sangat repot menjelaskan ini semua, tuan apa perlu saya ke rumah salah satu dari mereka dan menebarkan bubuk sihir?" sahut Julio.

"Tidak bisa, Viona pasti memberikan perlindungan di rumahnya agar serbuk sihir tidak berfungsi." Ucap Nando.

"Tuan, jika saya boleh bertanya, mengapa tuan mencintai nona Merry hingga berusaha seperti ini? Setahu saya dulu tuan sangat membenci wanita baik itu siluman atau manusia karena mereka terlalu berisik bagi tuan."

Fernando tersenyum dan menyandarkan dirinya di kursi. "Merry berbeda dengan wanita yang lainnya, ia sangat mandiri, bahkan meskipun aku pernah membentak atau memarahinya, dia satu-satunya wanita yang tidak menyerah, aku sendiri juga tidak tahu setiap Merry mengalami kesusahan hatiku langsung gelisah dan ingin menolongnya, apakah mungkin ini yang namanya ikatan cinta? Padahal dulu aku belum mencintainya."

Julio melompat dan duduk di kasur Nando, "Mungkin tuan dan Nona Merry sudah berjodoh sejak awal, karena itu takdir mempertemukan kalian, saya mendukung hubungan tuan dan nona Merry daripada dengan nona Elsha, tuan akan menderita jika menikah dengan nona Elsha."

"Terima kasih Julio, kamu memang sahabatku yang baik." Fernando menuju kasurnya dan membelai kepala kucingnya.

***

Pagi hari Merry bersiap-siap untuk sekolah, setelah memastikan bahwa semuanya beres, Merry membuka pintu untuk menuju ke sekolah, tetapi sebuah hal yang tidak di duga terjadi, Andrew berdiri di depan rumahnya.

"Kenapa kamu di sini?" Merry berusaha memberanikan dirinya.

Andrew maju satu langkah dan memegang leher Merry yang telah ia lukai, "Sudah sembuh lukamu?"

Dengan cepat Merry menghindar sehingga tangan Andrew hanya menyentuh rambutnya saja. "Apa maumu? Cepat pergi dari sini!" bentak Merry.

Andrew tertawa, "Hahaha.. apa kamu yakin mau melanjutkan hubungan dengan pria yang sudah bertunangan? Apa kamu mau merusak hubungan mereka? Bukankah jelas sekali perbuatan wanita itu yang mencium Nando di depan umum."

'To.. tolong… Nando tolong…..' ucap Merry dalam hati, dan tiba-tiba terdengarlah suara kucing.

"Meoongg… meong…" Julio maju mendekati Andrew, sehingga pandangan Andrew beralih ke kucing orange tersebut.

"Kucing siapa ini! Menganggu…" Andrew terdiam, matanya memandang mata kucing tersebut, setelah beberapa menit terdiam Andrew tiba-tiba berkata, "Mer maaf, aku pergi ke sekolah dulu."

Andrew segera menaiki sepeda motornya dan menuju ke sekolah, sementara itu Merry hanya diam dan bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi mengapa sikap Andrew tiba-tiba berubah.

"Tidak apa-apa, Andrew hanya dihipnotis oleh kucing ini, mulai saat ini Andrew tidak akan pernah mengganggumu lagi." Ucap Fernando yang tiba-tiba muncul.

"Hah? Kucing?" Merry memandang kucing yang barusan membantunya, dan kucing tersebut tersenyum.

"Dia adalah Julio kucing ku yang pintar dan memiliki kemampuan menghipnotis serta memberikan sebuah ingatan baru kepada orang tersebut. Julio sekarang kamu bisa pulang." Ucap Nando.

"Meoong…" Julio memberikan senyuman manisnya sekali lagi ke Merry dan ia pergi.

"Ayo naik, nanti kita terlambat." Ucap Nando yang mengendarai sepeda motor.

Merry tersenyum, ia berlari ke Nando dan segera naik ke motor Nando. "Apa dia juga berasal dari dunia siluman?"

"Iya dia adalah kucing yang diberikan oleh nenekku waktu aku berumur tiga tahun, dia adalah kucing yang pintar, dan hebat, dia sudah seperti sahabat." Jawab Nando sambil mengendarai motornya.

"Ndo terima kasih, kamu sudah menyelamatkanku." Ucap Merry dan ia mengencangkan pegangannya pada pinggang Nando.

Sampai di sekolah beberapa anak mulai berbisik-bisik melihat Fernando datang. Merry sengaja meminta Nando menurunkannya agak jauh dari sekolah agar tidak terlihat anak-anak jika mereka bersama, dan bisa menimbulkan gosip. Ketika Fernando sampai di kelas, beberapa anak gadis yang hobi bergosip dan sangat menyukai Nando tanpa pikir panjang langsung menghampiri Nando.

"Ndo apa kamu sudah bertunangan? Apa benar kemarin dia tunangan mu?"

Dengan tatapan dingin seperti biasanya, Nando menjawab singkat pertanyaan teman-temannya. "Itu bukan urusan kalian! Cepat pergi dari sini."

Dengan cepat gadis-gadis tersebut pergi, sementara Fanda yang melihat itu berbisik kepada Merry, "Hebat juga Nando kharismanya sanggup membuat mereka langsung pergi."

Merry hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya.

***

Hari menjelang sore, langit begitu indah, ibu Fira memandang langit dengan tatapan sendu.

"Nyonya ada apa?" ucap Julio yang langsung melompat di pangkuan ibu Fira.

"Julio, kamu sudah bangun? Tidak apa-apa aku hanya teringat akan sesuatu, oh ya Julio apa kamu mau jalan-jalan?" ibu Fira membelai tubuh Julio.

"Dengan senang hati nyonya,"

Kursi roda ibu Fira adalah kursi roda otomatis, dengan menggerakkan tuas yang ada di tangan, maka kursi roda dapat dikendalikan. Bersama kucingnya ibu Fira menuju ke sebuah taman, meskipun agak jauh dari rumahnya, tetapi taman tersebut memiliki sebuah arti baginya. Sebelum menikah ia sangat suka ke taman itu untuk menenangkan diri, dan yang mengetahui taman tersebut hanya dia, suaminya dan sahabatnya, yaitu pak Anang.

"Tamannya bagus sekali, baru pertama kali saya melihat taman ini." Ucap Julio yang duduk di pangkuan nyonya nya.

Sambil membelai kepala Julio, ibu Fira berkata, "Julio taman ini adalah taman tempat dimana aku ingin menghabiskan waktu saat ingin sendirian."

Dari belakang tiba-tiba ada seorang pria yang memanggilnya. "Fira…"

Ibu Fira menoleh dan ternyata sahabatnya datang.

"Anang, mengapa kamu ada disini?" tanya ibu Fira.

Menggenakan kemeja polos bewarna hitam dan celana jeans panjang, pak Anang menghampiri ibu Fira.

"Aku hanya sedang jalan-jalan saja, dan tidak menyangka bertemu denganmu, ini kucingmu?"

"Iya, namanya Julio. Julio bisa tinggalkan kami berdua?" ucap Ibu Fira.

"Meoongg…" Julio langsung melompat turun dan ia bermain pasir yang ada di taman.

"Wah hebat sekali kucingmu." Ucap pak Anang dengan kagum.

"Iya dia memang kucing yang pintar, mertuaku memberikannya kepada anakku saat dia berumur tiga tahun, karena itu kami sangat dekat dengannya."

Pak Anang menatap wajah sahabatnya yang terlihat masih muda dan hampir tidak ada keriput, "Ada masalah apa?"

Ibu Fira menoleh dan tersenyum, "Kamu memang sahabatku, dari dulu kita selalu ke taman ini ketika sedang galau, gelisah atau ada masalah, kamu sendiri ada masalah apa?"

Pak Anang tertawa, "Hahaha… jawab dulu pertanyaanku."

Sambil melihat langit-langit yang mulai bewarna orange, ibu Fira berkata, "Nang, dulu ketika aku hidup sendirian, aku tidak takut apapun, bahkan aku tidak peduli karena ketika aku meninggal tidak akan ada yang menangisi kepergianku, tetapi sekarang setelah aku memiliki keluarga aku berpikir apakah mereka akan terus menangisi kepergianku dan bisa melanjutkan hidup mereka tanpa aku?"

"Maksudmu apa Fir? Apa kamu menderita sebuah penyakit?"

"Nang seharusnya tujuh belas tahun yang lalu aku sudah meninggalkan dunia ini, tetapi karena anugerah, aku dapat terus hidup sampai saat ini, aku bisa memiliki anak, membesarkannya, dan mendidiknya, mungkin sebuah keinginan yang egois jika aku ingin melihatnya menikah, bahkan menimang cucuku sendiri, tetapi…" ibu Fira tidak dapat melanjutkan ucapannya, matanya berkaca-kaca.

"Fir, kehilangan orang yang dicintai bukan sebuah hal yang mudah, luka yang sudah tergores di hati tidak akan pernah bisa sembuh. Namun orang yang sudah meninggalkan kita tentu tidak akan senang melihat kita yang di bawah sini masih bersedih, karena itu dari luka yang sudah tergores, kita harus belajar tegar akan orang yang telah meninggalkan kita dapat pergi dengan wajah yang bahagia. Fir, aku tidak tahu apa masalahmu dan apa yang sedang kamu hadapi saat ini, tetapi ketahuilah ketika kamu memutuskan untuk pergi itu adalah sebuah hal terberat bagiku dan bagi keluargamu, jika mungkin ada cara, pertahankan hidupmu yang adalah anugerah ini, mungkin dari anugerah ini kamu bisa menemukan jawaban atas permasalahanmu selama ini."

Ibu Fira menghela nafas dan mulai tersenyum, "Terima kasih Nang, berkatmu bebanku sedikit berkurang, sekarang apa masalahmu?"

Kali ini giliran pak Anang yang menghela nafas, "Istriku meminta cerai karena aku selama ini kurang memperhatikannya dan terlalu sibuk bekerja, padahal aku bekerja demi dia dan anak-anak, aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada dipikirannya."

"Selama ini apa kamu pernah memikirkan makanan kesukaan istrimu, hobinya, dan hal-hal apa yang disukainya?" tanya ibu Fira.

"Dia suka berbelanja dan menghabiskan uang, selama ini jika aku tanya dia mau makan apa selalu jawabnya terserah. Aku rasa dia suka semua makanan hahaha.."

"Saat dia ulang tahun, apakah kamu orang pertama yang mengucapkannya?"

"Tentu saja tidak, aku terlalu lelah dengan pekerjaanku, aku selalu mengucapkan di pagi hari atau kadang siang hari, tetapi aku tidak pernah lupa membelikan dia kado, meskipun aku tidak tahu dia suka atau tidak. Tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyaiku hal seperti ini?" tanya pak Anang dengan heran.

"Anang, Anang, kamu ini dari dulu tidak pernah peka dengan wanita. Selama ini meskipun aku menjalin hubungan jarak jauh dengan suamiku, dia tidak pernah terlambat mengucapkan selamat ualng tahun dan selalu menjadi orang pertama yang memberikan ucapan. Selain itu dia sangat paham apa yang menjadi kesukaanku. Wanita itu hanya butuh diperhatikan meskipun itu hal kecil. Aku tahu ini belum terlambat, perbaiki hubungan dengan istrimu, berikan dia sebuah perhatian sederhana, dia hanya membutuhkan waktumu meskipun itu hanya sebentar."

Memori pak Anang kembali pada saat mereka berpacaran. Selama ini istrinya yang selalu mengejar dirinya, bahkan peduli pada keadaannya saat dia terpuruk ketika ditinggalkan oleh Fira, istrinya tidak pernah mengeluh dengan apapun, tetapi karena ia terlalu sayang dengan Fira, maka itu menjadi pukulan yang sangat berat baginya, tetapi istrinya lah orang yang dapat menyembuhkan luka-lukanya meskipun sebenarnya hatinya masih merindukan Fira yang saat itu menghilang tidak tahu kemana.

"Kamu benar, mungkin aku mengira dengan bersamanya dapat menyembuhkan luka lamaku karena ditinggalkan olehmu, tetapi aku sadar bahwa aku hanya berlari menghindari lukaku dengan bekerja dan tidak pernah peduli dengan keluargaku. Terima kasih Fir, sudah terlalu lama aku tidak mau mengakui bahwa aku mencintai keluargaku. Tapi apakah dia masih mau menerimaku?"

Ibu Fira mengembangkan senyuman manis, "Tidak ada yang terlambat jika kamu memang benar-benar ingin memperbaiki semuanya, mulailah dari hal sederhana, belikan makanan kesukaannya, apa benar kamu tidak tahu makanan kesukaannya? Atau jangan-jangan kamu memang pelupa hahaha.."

"Dulu ketika pacaran dia suka mengajak aku makan soto ayam, mungkin dia suka itu." Sahut pak Anang.

"Lakukanlah demi keluargamu, bagaimanapun jangan bercerai, kasihan anak-anakmu, mereka selama ini tumbuh di keluarga yang lengkap dan bahagia, bagaimana jika tiba-tiba mereka harus hidup terpisah dengan orang tuanya, itu sangat menyakitkan." Ucap ibu Fira.

***

Puncak malam bulan merah hampir tiba, Fernando sudah merasakan bahwa sebentar lagi dirinya akan benar-benar menjadi manusia dan kehilangan kekuatannya. Dengan mengenakan kostum drakula bersama Merry, Fernando menaburkan beberapa bulu Julio di badan Merry agar tercium aroma siluman meskipun tampak samar-samar.

"Mer ingat jangan pernah berbicara atau terkejut ketika kamu melihat siluman, jika kamu terkejut maka kamu langsung ketahuan bahwa kamu adalah manusia, anggaplah mereka semua manusia yang menggenakan kostum siluman pada malam hallowen, dan.."

Merry menyela ucapan Nando, "Iya aku tahum kamu sudah bilang berkali-kali, karena kamu telah menjadi manusia maka kamu tidak bisa menggunkan kekuatanmu, aku akan berhati-hati, ayo cepat kita berangkat sebelum kemampuanmu hilang."

Fernando tertawa, "Baiklah, ayo kita berangkat." Fernando menggunakan teleportnya dan dalam sekejap mereka sampai di desa siluman rubah.

Sebuah pemandangan yang sangat alami berada di hadapannya saat ini, rumput yang masih segar, dan suara air mengalir yang sangat jernih, beberapa gadis dengan muka rubah dan badan manusia berkeliling sambil menari menikmati pesta malam bulan merah, dengan cepat Fernando menarik Merry berjalan melewati desa menuju pintu gerbang utama tempat festival bulan merah.

"Wow tidak ku sangka pemandangannya sebagus ini," Bisik Merry pada Nando.

"Jangan berbisik lagi, didepan ada dua penjaga istana, kamu ikuti kata-kataku, siluman tidak suka berbisik, mereka selalu berbicara dengan keras atau hanya diam saja menggunakan telepati." Jawab Fernando dengan nada pelan.

Merry menuruti ucapan Nando, ia tahu bahwa keberadaan dirinya di sini dapat membahayakan nyawa Fernando, dirinya dan keluarga Fernando, dan tujuan Nando membawanya ke sini bukan untuk bersenang-senang menikmati festival bulan merah tetapi menemukan jembatan invisible yang dapat mengabulkan permohonan.

"Berhenti! Kami akan memeriksa kalian." Salah satu penjaga mendekati Fernando dan Merry.

"Kenapa drakula memiliki bau kucing?" ucap penjaga itu, Merry berusaha tenang dan diam sesuai dengan aturan dari Fernando.

"Apa ada larangan drakula memelihara kucing? Jangan membuang waktu kami!" bentak Fernando.

"Baiklah silahkan lewat." Penjaga membuka pintu gerbang dan mereka berhasil lolos.

Festival bulan merah tampak sangat meriah, banyak siluman macan, harimau, serigala, menari-nari, Merry benar-benar takjub melihat perpaduan siluman tersebut, seperti di film-film yang ia tonton, manusia yang memiliki wajah binatang. Tetapi Merry paham, meskipun ia kagum dan terkejut, ia tidak boleh menunjukkan ekspresinya itu.

"Ayo kita ke sana," ucap Fernando dan Merry mengangguk setuju.

Beberapa stand makanan, baju, dan accecoris mereka lewati, dan tiba-tiba Merry menarik baju Fernando kemudian menunjuk stand accecories.

"Ayo kita ke sana," Fernando masuk bersama Merry, Merry benar-benar terkesima melihat kalung, gelang, cin-cin, jam tangan yang terbuat dari tulang, dan cermin yang berbentuk seperti bola Kristal milik nenek sihir yang sering ia baca pada saat anak-anak.

"Sepertinya saya pernah melihat tuan," ucap penjual tersebut, Fernando memandang wajah penjual tersebut, dan benar sekali dugaannya, stand tersebut adalah stand yang sama yang didatanginya bersama dengan Elsha, saat Fernando hendak mengajak Merry keluar tiba-tiba terdengar suara dari pegawai istana.

"Yang mulia raja Alexander dan yang mulia ratu Elena tiba di festival bulan merah.."

Fernando melihat dari balik tirai stand, raja, ratu, ayahnya, pak Bernard dan istri juga Elsha berjalan melihat-lihat sekeliling festival. Jika ia keluar dan kabur begitu saja maka akan langsung ketahuan, karena itu tidak ada pilihan lain baginya selain bersembunyi di stand tersebut sambil menunggu mereka pergi.

"Yang mulia ratu di sebelah sana ada stand accecories yang bagus, Fernando membelikan saya jepit ini, apakah yang mulia ratu ingin melihatnya?" ucap Elsha.

"Wah ide bagus Elsha, ayo kita ke sana." Ucap ratu Elena.

Merry dan Fernando semakin gemetar mengetahui rombongan kerajaan mendekat ke arah mereka, tidak ada cela untuk kabur, tetapi jika tertangkap akan sangat berbahaya, bahkan Merry bisa di bunuh pada saat itu juga, saat keadaan mereka terjepit, tiba-tiba penjual itu berkata.

"Tuan, dan nona, silahkan kabur lewat lubang bawah tanah yang berada di bawah meja ini, saya tahu kalian adalah siluman yang baik, semoga bulan merah membantu kalian."

"Terima kasih bantuanmu, aku tidak akan melupakan budi baikmu ini." Ucap Fernando. tidak ada pilihan lain bagi Fernando dan Merry selain mengikuti ucapan penjual tersebut, apakah ini jebakan atau bantuan, mereka benar-benar ingin keluar dari keadaan ini. Dengan cepat Fernando dan Merry berlari dan turun ke dalam lubang gelap yang dingin, tanpa tahu dimana mereka akan mendarat.

***

Setelah melewati lubang yang tidak tahu akan membawa mereka kemana, Merry dan Fernando akhirnya terjatuh ke tumpukan daun.

"Aw, ini dimana?" Merry berusaha berdiri.

"Kamu baik-baik saja?" Fernando membantu Merry, mereka berdua melihat kesekeliling, di hadapan mereka ada sebuah danau yang sangat luas.

Fernando mulai sadar dimana kini mereka berada, "Ah, aku tahu, seharusnya ada di sini. Mer ayo kita ke kolam itu."

"Hah? Apa maksudmu?" Merry yang tidak tahu apa-apa berlari mengikuti Nando, dan kini mereka sampai di tepi kolam.

"Mer apa kamu bisa mengingat kenangan masa kecil hidupmu sampai sekarang?"

Ucap Fernando sambil mengandeng tangan Merry.

Memahami apa yang dimaksud Fernando, Merry mulai menginggat kembali kehidupannya, dimana orang tuanya bertengkar, memutuskan bercerai, dan menikah lagi, Merry mengembalikan ingatannya saat dimana ia begitu sedih kehilangan neneknya, dan mencoba tinggal dengan orang tuanya namun kehadiran dirinya yang ditolak oleh saudara tirinya, hingga ia memutuskan untuk tinggal sendirian di rumahnya saat ini.

Demikian juga Fernando yang mengingat kembali hal-hal buruk yang telah ia lalui dan bagaimana dirinya tersiksa ketika raja siluman berusaha melukai dia atau ibunya. Tiba-tiba angin yang semula berhembus pelan, berubah menjadi sedikit kencang, hingga membuat Merry dan Fernando perlahan-lahan membuka matanya, dan dihadapan mereka muncullah sebuah jembatan yang terbuat dari kayu merah.

"Ndo, apakah ini?" ucap Merry yang tidak percaya.

Fernando tersenyum, ia menoleh ke arah Merry dan berkata, "Ayo kita sebrangi jembatan ini."