Chereads / LOVE NEVER ENDING / Chapter 3 - ARTI CINTA

Chapter 3 - ARTI CINTA

Apakah itu cinta? Cinta adalah saling melindungi tanpa mempedulikan keselamatan masing-masing. Saat ini karena cinta, hatiku pergi mengikutimu, kemana kamu berada, disitu hatiku juga berada. Aku berharap suatu saat kamu akan membuka hatimu untukku, dan membawaku keduniamu. – Arti cinta

"Kamu lagi baca apa Mer?" Tanya Novi yang duduk mendekatinya.

Sekolah masih sepi, hanya ada beberapa murid yang sudah datang. Merry sengaja datang lebih pagi, ia malas bertemu dengan Fanda dan Andrew setelah kejadian kemarin malam.

"Ini, novel kisah cinta antara siluman naga dan manusia, bagus deh." Merry menunjukkan novel berwarna hitam dengan nama penulis yang disamarkan.

"Aku juga suka sekali dengan novel ini, gosipnya penulis novel ini adalah seorang wanita berumur 40 tahun." jawab Novi.

"Benarkah?" Merry semakin penasaran.

"Itu hanya gosip, aku juga tidak begitu yakin, tetapi dari bahasa penulisannya, seakan-akan si penulis sendiri yang mengalami kejadian ini."

Merry merenungkan ucapan Novi, "Iya seakan memang ada dunia lain selain bumi ini, dan dunia itu hanya terbuka saat hallowen saja."

Ditengah obrolan mereka, Fernando datang dengan tatapan dingin seperti biasanya. Melihat Fernando yang hanya melewati mereka berdua tanpa mengatakan apa-apa, membuat Merry tidak bisa menebak, kemarin malam Fernando meskipun banyak diam, tapi ia juga adalah pria yang perhatian, bahkan saat ia menunggu di dalam mobil, Fernando mau memberikannya cokelat hangat agar ia tidak kedinginan, namun disisi lain saat disekolah, ia juga adalah pangeran berhati dingin yang tidak pernah mau berteman dengan wanita, bahkan setiap cewek yang menembaknya selalu ditolak dengan ucapan kasar.

"Kamu, kenapa Mer melihat Fernando?" Tanya Novi.

"Ah tidak apa-apa." Merry masih ingat bahwa kemarin malam Fernando sudah melarangnya untuk tidak mengatakan apa-apa jika ia terjebak hujan di sekolah.

"Mer, bisa bicara sebentar?" Fanda yang barusan datang dan menaruh tas di kursinya, tidak mau membuang waktu untuk berbaikan dengan sahabatnya. "Aku mohon Mer, ayo ikut aku.." Fanda segera menarik tangan Merry dan membawanya di koridor sekolah yang sepi.

"Apaan sih kamu Fan? Pakai tarik-tarik segala! Sakit tahu!" bentak Merry.

"Mer, sungguh aku minta maaf atas perbuatanku kemarin." mata Fanda mulai berkaca-kaca.

Merry tipe orang yang tidak bisa menyimpan kemarahan dalam waktu lama, tetapi ia juga kecewa karena sahabat baiknya berbuat seperti itu. Melihat air mata yang mengalir di wajah sahabatnya, Merry menghela nafas panjang,

"Mengapa kamu melakukannya Fan? Kamu tahukan aku putus dengan Andrew kenapa? Meskipun aku tidak menceritakan detailnya, tapi kamu tahu garis besarnya, dan apa yang sudah dia lakukan!"

"Iya, Mer aku tahu aku salah, tapi aku tidak berdaya dengan permohonan Andrew, bahkan ia sampai mengangguku, kalau aku tidak menurutinya,"

"Apa yang sudah Andrew lakukan terhadapmu? Kalau dia berbuat yang tidak benar lebih baik lapor guru!" ucap Merry dengan sedikit kesal.

"Dia hanya meneleponku saja, aku minta maaf Mer, aku janji tidak akan mengulanginya lagi, tolong maafkan aku," Fanda memegang kedua tangan sahabatnya dan memohon dengan sangat.

Merry kembali menghela nafas panjang, "Kita sudah bersahabat sejak lama, aku mohon jangan ada rahasia lagi diantara kita, kalau kamu ada masalah sama Andrew bilang saja sama aku, biar aku yang sampaikan ke guru atau orang tua Andrew. Untuk sementara biarkan aku sendiri dulu Fan."

Fanda hanya bisa menatap sahabatnya yang semakin menjauh, 'Maaf Mer, aku benar-benar minta maaf, aku terpaksa melakukan ini, karena aku menyukai Andrew, aku mohon maafkan aku Mer.' Ucap Fanda dalam hati dan berjalan menuju kelas.

***

Jam istirahat, Fernando memberikan sebuah pesan di grup whatsapp bahwa tiga hari lagi bunga Mawar sudah siap untuk dikawin silangkan, hari tersebut adalah hari sabtu, karena itu Fernando mengusulkan agar pulang sekolah, mereka berdua langsung saja kerumahnya. Tentu saja baik Merry maupun Novi mengatakan "Setuju."

Fanda mendekati Merry untuk mengajak makan siang, namun karena Merry masih jengkel, ia meninggalkan Fanda dan mengajak Novi untuk makan bersamanya, sementara Fanda mengikutinya dari belakang.

"Mer, apa kamu masih marah sama aku?" ucap Fanda yang duduk di depan Merry.

"Aku kecewa sama kamu." ucap Merry sambil mengaduk mie ayamnya.

"Ehmm.. aku tidak tahu masalah diantara kalian, tapi lebih baik cepat diselesaikan, maaf kalau aku sudah mencampuri urusan kalian hehehe." Ucap Novi dengan sedikit malu-malu.

"Aku cuman butuh waktu saja Nov, aku bukan tipe orang yang mudah melupakan perbuatan seseorang, apalagi jelas-jelas kalau perbuatannya salah dan disengaja!"

Merry segera meninggalkan mejanya dan beralih ke meja lain yang kosong dan hanya ada semangkok bakso, saat sedang menyantap makanannya, seseorang menegurnya, "Ngapain kamu disini?"

Dengan nada yang sedikit kesal, Merry menjawab "Memang salah ya du.." ucapannya terhenti ketika tahu bahwa mangkok bakso yang ada dihadapannya adalah milik Fernando.

"Aku tidak tahu ini tempatmu, lagipula aku duduk disini juga bukan urusanmu!" bentak Merry.

Tidak beberapa lama, Andrew duduk di sebelah Merry sambil membawa semangkok mie ayam, "Aku gabung ya dengan kalian, halo Mer, aku duduk disini ya,"

Merry terlihat semakin kesal dan mulai cemberut, melihat ekspresi Merry yang seperti itu, membuat Fernando sedikit tertawa.

"Kamu kenapa tertawa Ndo?" Tanya Andrew heran, karena Nando termasuk anak yang jarang tersenyum apalagi tertawa.

Nando yang sadar, segera menjawab, "Tidak apa-apa." dan ia segera melanjutkan makannya. Sementara Merry juga heran melihat sikap Nando yang tidak biasa.

***

Hari sabtu tiba, sesuai kesepakatan Merry dan Novi menunggu Nando di gerbang sekolah, untuk bersama-sama menuju ke rumah Nando. Di sekolah mereka, hari sabtu hanya diisi ektrakurikuler dan bimbingan pelajaran khusus kelas XII hingga sampai jam 9 saja. Karena kelas XII sudah tidak diwajibkan ikut ekstrakurikuler, maka sesuai kesepakatan mereka akan berjalan menuju rumah Nando.

Merry dan Fanda sudah baikan, dan ketika bertemu di gerbang, Fanda menyapanya, "Mer nanti aku tidak bisa jalan-jalan sama kamu, anak-anak mau mengerjakan tugas kelompok, lebih baik kita tidak pergi hari ini, daripada Andrew mengikuti kamu."

"Baiklah Fan, makasih kamu sudah mengajak Andrew dan teman-temanmu kerja kelompok, kamu selesai jam berapa? Mau kerumahku?" Tanya Merry.

"Iya Mer sama-sama, nanti aku chat kamu kalau sudah selesai dan akan kerumahmu," Fanda tersenyum dan meninggalkan Merry serta Novi.

Tidak beberapa lama Nando datang, ia sengaja tidak membawa motor, agar bisa menemani Novi dan Merry.

"Alat-alatnya kalian bawa?" Tanya Nando dan Merry serta Novi mengangguk.

Sesampai di rumah Nando, mereka bertiga segera mengeluarkan gunting tanaman, kantung plastik dan benang untuk menyilangkan dua bunga mawar yang berbeda jenisnya. Perlahan-lahan Nando memotong tangkai tanaman bunga mawar putih dan memindahkannya ke tangkai bunga mawar merah yang sudah di belah lebih dahulu. Selesai memindahkan, maka Novi dan Merry secara hati-hati menutup tangkai yang sudah disilangkan dengan plastik dan mengikatnya dengan benang.

Tidak terasa sudah jam satu siang, dan karena merasa lapar, maka Merry beristirahat sejenak, "Guys istirahat dulu, aku lapar, ayo kita cari makan,"

"Wah ide bagus, bagaimana kalau jalan-jalan sambil mencari buku tentang penelitian kita," usul Novi.

"Kalian bisa pulang, sisanya dilanjutkan lusa." ucap Nando yang masih serius mengetik laptopnya.

"Mamamu kemana Ndo?" Tanya Novi.

"Pergi," jawab Nando singkat seperti biasanya.

"Hay, kamu selalu saja serius seperti itu, ayo kita pergi bertiga cari makan, sekalian cari buku," ucap Merry sambil memukul tangan Nando.

Nando yang terkejut, menatap Merry dengan sinis.

"Pergi saja kalian!" saat hendak melanjutkan ucapannya, Novi segera menyela,

"Ayo Ndo, kita bertiga ke mall, sekalian cari buku, kita kan satu kelompok hehehe, lagipula kita membutuhkan transportasi untuk ke mall, apa kita boleh minta tolong?" ucap Novi dengan senyum manisnya.

"Baiklah, aku ganti baju dulu," ucap Nando sambil menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Saat menunggu Nando mengganti pakaiannya, Merry menggerutu, "Cowok kasar banget! Jelas saja tidak ada cewek yang mau mendekat! Omong-omong hebat juga kamu Nov, bisa membuat Nando mau ikut kita."

Novi tertawa mendengar gerutuan Merry.

***

Hari Hallowen semakin dekat, dan di mall sudah di pasang pernak-pernik hallowen. Beberapa stand baru membuka kios di tempat-tempat strategis untuk menjual aksesoris hallowen.

"Wah kita mampir yuk," ucap Merry lalu menarik tangan Novi.

"Hei, kalian bukannya mau cari buku dan makan?" ucapan Nando tidak didengarkan oleh kedua gadis tersebut, sambil menghela nafas, Nando mengikuti kedua langkah temannya.

"Ini lucu gak Nov?" Tanya Merry yang mencoba topi kelinci.

"Lucu banget kalau kamu pakai, hahaha," Novi dan Merry pun tertawa.

"Dasar merepotkan! Ingat tujuan kalian apa," gerutu Nando.

Merry tersenyum melihat teman cowoknya yang sangat unik, "Tuan Nando, kita berdua tidak lupa kok tujuannya, sekarang karena kita sudah di mall, lebih baik menikmati waktu bersantai, jangan serius-serius nanti cepat tua loh tuan Nandooo…"

Merry segera membalikkan badannya dan kembali melihat-lihat aksesoris hallowen.

Nando teringat sesuatu setelah mendengar ucapan Merry, dan ia tersenyum geli sambil berkata dalam hati, 'Iya sebentar lagi hallowen, aku tidak boleh terlalu serius, mungkin aku harus membeli beberapa pernak-pernik hallowen untuk menyambut kedatangan papa.'

Tanpa Nando sadari, Merry dan Novi diam-diam terkejut saat mencuri pandang melihatnya tersenyum. Mata Merry begitu terpukau melihat Fernando sang pangeran berhati dingin, berubah menjadi seorang pangeran yang penuh kharisma kelembutan.

"Hei, Nov tumben pangeran berhati dingin itu tersenyum?" bisik Merry.

Selesai membeli beberapa peralatan hallowen, mereka bertiga menuju tempat makan. Selesai memesan menu makanan, tiba-tiba handphone mereka bertiga berbunyi, ternyata ada pesan dari whatssapp grup kelas yang memberitahukan tentang acara hallowen yang pada tahun ini akan diadakan pada malam hari dan sesuai dengan keinginan para murid, maka khusus tahun ini diadakan acara pesta dansa sekaligus pesta topeng.

"Guys, nanti kita cari kostum hallowen, mumpung disini, kamu mau pakai kostum apa Nov?" Tanya Merry yang bersemangat.

"Boleh juga, aku bingung Mer, mau pakai apa? Hmm.." Novi mulai berpikir.

"Kamu, pakai kostum apa Ndo?" Tanya Merry.

"Aku tidak datang." Jawab Nando sambil melihat layar handphonenya.

"Mengapa?" Tanya Merry.

"Iya mengapa kamu tidak datang Ndo?" Tanya Novi yang juga sama penasarannya.

"Bukan urusan kalian!"

Suasana berubah menjadi dingin dan selesai makan, baik Novi maupun Merry tidak ada yang berani berbicara kepada Fernando.

'Dasar, pangeran es dari negeri mana sih?! Ditanya baik-baik, jawabannya justru kasar! Huh!' ucap Merry dalam hati dengan nada yang sangat jengkel.

Mendengar ucapan Merry, Fernando berusaha mengendalikan dirinya, dan menoleh kebelakang, tepat dimana Merry dan Novi berjalan.

"Kalian berdua jadi ke toko buku?"

Merry dan Novi mengangguk setuju. Dan kini mereka seperti robot yang mengikuti kemauan Nando.

***

Karena suasana yang canggung dengan Fernando di mall, maka Novi dan Merry memutuskan untuk langsung pulang kerumah sendiri-sendiri. Jarak antara rumah Novi dan rumahnya cukup dekat, sehingga Merry memutuskan untuk berjalan kaki.

'Mengapa tadi aku canggung sekali dengannya? Padahal niatku baik hanya ingin tahu mengapa dia tidak datang? Apa jangan-jangan dia itu berkepribadian ganda? Terkadang bersikap baik, namun kadang bersikap cuek? Cowok menyebalkan!'

Tanpa Merry sadari dari tadi ia sudah diikuti oleh seorang pria berjaket hitam yang sudah mengincarnya. Pria tersebut tampak sangat misterius, dan ketika jalanan mulai sepi, tidak ada orang kecuali Merry dan pria tersebut, tiba-tiba pria misterius yang dari tadi mengikutinya segera membekap mulut Merry dan menariknya ke gang buntu yang terkenal berbahaya.

"Siapa kamu?!" teriak Merry.

Pria tersebut mengeluarkan senjata tajam dan mengarahkannya ke wajah Merry sambil tangan satunya menarik baju Merry.

"Hai gadis cantik, kalau kamu ingin selamat, serahkan uang yang kamu punya," ucap pria yang memakai masker dan kacamata hitam.

Kedua kaki Merry begitu gemetar, semakin lama, wajah pria itu semakin mendekat, Merry sangat ketakutan, ia berharap seandainya ada seseorang yang datang menolongnya, namun tiba-tiba terdengar sebuah tendangan kaleng dari beberapa anak.

"Wah.. wah ada apa ini?" ucap seorang pria dengan wajah yang cukup menakutkan.

"Kelihatannya ada mangsa ini bos," ucap salah satu kelompok anak tersebut.

"Siapa kalian?!" ucap pria yang memakai masker dan kaca mata hitam.

"Justru kami yang harus bertanya, kamu siapa dan apa yang kamu lakukan di daerah kami!" bentak seorang pria yang berbadan kekar, dan memiliki tato mawar di lengan kanannya.

Pria berkacamata hitam segera melepaskan Merry, "A..aku tidak tahu siapa kalian, aku hanya disuruh, tolong jangan libatkan aku, aa….aaaku akan pergi sekarang,"

Pria tersebut berlari namun langkahnya dihentikan oleh pria botak berbadan kekar, dan sebuah tinju melayang di pria yang memakai kaca mata, sehingga ia terjatuh dan kaca mata hitamnya terlepas dari wajahnya.

"Hahaha.. lucu sekali kamu ini, sudah datang di daerah kami tanpa permisi, sekarang mau kabur?"

"Buuugh" sebuah tinju melayang lagi di wajah pria tersebut, sehingga maskernya terbuka.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak seorang pria yang suaranya tidak asing bagi Merry.

'Fernando? Apa yang ia lakukan?' ucap Merry dalam hati.

"Siapa kamu? Apa kamu kenal dengan pria ini?" sindir pimpinan geng tersebut.

Fernando menatap wajah pria yang tergeletak di tanah, dan sedang berusaha bangkit.

"Aku tidak kenal dia, aku hanya kenal perempuan itu!!" Ucap Fernando dengan tatapan tajam.

Pertempuran yang sangat tidak seimbang, Merry ingat bahwa mereka adalah kelompok geng mawar, dimana suka membuat keonaran dan menganggu warga, para polisi sangat sulit untuk menangkap mereka, incaran mereka adalah gadis muda, atau anak-anak muda yang suka berkumpul di tempat sepi dan merampas barang berharga. Fernando hanya seorang diri, sedangkan geng tersebut terdiri dari enam orang, dan salah satu anggotanya adalah mantan petinju tingkat nasional, sehingga sangat sulit sekali untuk mengalahkan mereka.

Salah seorang anggota geng memegang pria yang semula menyekap Merry, dan satu lagi memegang Merry dengan kuat.

"Baiklah, akan aku bebaskan mereka berdua, tetapi karena kamu sudah melanggar wilayah kekuasaan kami, maka kamu harus membayarnya," ketua geng memberikan senyum sinis dan menjetikkan jari.

Dengan segera mereka menyerang Fernando, tetapi Fernando pun tidak kehilangan akal, ia segera mengalahkan mereka semua dalam sekali pukulan, dan majulah pria kekar yang adalah mantan petinju nasional, ketua geng berkata, "Hay, kamu terlalu terburu-buru, kalau kamu menghajar anak buahku maka kedua orang ini akan kami bawa,"

"Apa maumu!" bentak Fernando.

"Mengapa kamu tidak sabar sekali, bukankah pria ini adalah bawahanmu, dia mengatakan kalau disuruh seseroang hahaha.." kembali tinju melayang di perut pria dengan rambut hitam cepak.

"Sudah kukatakan! Aku tidak mengenal pria tersebut! Aku hanya mengenal sang gadis! Hai kamu katakan dengan jujur!!" wajah Fernando semakin menunjukkan kemarahannya.

Tiba-tiba langit menjadi gelap, dan angin berhembus dengan kencang, hingga membuat ketua geng dan temannya yang mantan petinju mengendorkan pegangan mereka.

Fernando berlari dengan sangat cepat, memukul ketua geng dan mantan petinju profesional, dan membebaskan Merry. Pertarungan kini menjadi tidak seimbang, seakan-akan alam membantu Fernando, akhirnya ketua geng merasa ketakutan dan langsung kabur begitu saja bersama teman-temannya, dengan segera Fernando menuju Merry,

"Kamu tidak apa-apa?"

Seketika itu juga langit menjadi cerah dan angin berhembus dengan tenang. Pria berambut cepak tersebut segera kabur meninggalkan mereka berdua, namun langkahnya segera dicegah oleh Fernando.

"Tunggu, siapa yang menyuruhmu menyerang Merry?!"

Pria yang sudah penuh luka tinju itu begitu ketakutan, dan disaat yang bersamaan, telepon pria tersebut berdering, dengan cepat Fernando menggambil telepon itu dan menyalakan speaker, terdengarlah suara dari orang yang sangat mereka kenal.

"Bodoh!! Apa yang kamu lakukan!!! Bukankah sudah kukatakan untuk menyerang Merry sendirian! Mengapa anak-anak geng itu datang! Kamu tidak bisa kerja!!!! Aku sudah memberikanmu uang, seharusnya saat kamu menyerang, aku datang untuk menyelamatkan Merry!!! Dengan begitu ia akan kagum padaku!! Gara-gara kamu rencanaku gagal!!! Kembalikan uangku segera!!!"

Merry sangat syok mendengar suara itu, matanya berkaca-kaca. Fernando yang masih memegang pria tersebut bertanya,

"Apakah benar dia yang menyuruhmu!"

Pria tersebut mengangguk, Fernando segera melepaskan genggamannya dan membiarkan pria itu pergi.

"Kamu tidak apa-apa? Mau ku bantu berdiri?"

Fernando memegang tangan dan pundak Merry yang gemetaran untuk membantunya berdiri.

"Yang menelepon tadi adalah An.." Merry menghentikan ucapan Fernando dengan mengangkat telapak tangannya di wajah Fernando. Masih dalam keadaan tidak percaya, Merry belum mampu berkata apa-apa.