Malam hallowen adalah malam yang sangat berarti, dimana aku bisa bertemu denganmu, melepas rindu, dan itulah awal dimana aku mengetahui jati dirimu yang sebenarnya. Kebenaran akhirnya terungkap pada malam hallowen, tapi aku tidak takut, justru aku bersyukur melihat wujud aslimu. – kebenaran tentangmu
"Ting tong" suara bel berbunyi, dengan segera Merry meletakkan novel favoritnya di sofa ruang tamu dan menuju ke pintu depan.
"Fanda!!! Kenapa tidak bilang kalau kamu mau kesini?" Merry begitu terkejut dengan kedatangan Fanda yang tiba-tiba. Tidak biasanya sahabatnya datang tanpa pemberitahuan.
Merry dan Fanda segera masuk, seperti rumah sendiri, Fanda langsung duduk di sofa, dan melihat novel kesukaan Merry, kemudian menaruhnya di meja. Sementara Merry mengambilkan minuman favorit Fanda yaitu es sirup.
"Ada apa Fan kamu kesini? Kamu mau membantuku bersiap untuk nanti malam?" goda Merry.
Mata Fanda berkaca-kaca, mengetahui maksud sahabatnya datang kerumah, ia menepuk bahu Fanda, dan memeluknya. Seketika itu juga tangis Fanda pecah dan menceritakan semuanya.
"Aku tidak tahan Mer! Tidak tahan! Aku begitu menyukai Andrew, dan selama ini aku berusaha membantunya untuk dekat denganmu agar aku bisa lebih dekat dengannya, dan berharap dia menyukaiku, tetapi…." Fanda kembali menangis.
Seperti seorang ibu, Merry mengusap punggung Fanda tanpa berkata apa-apa. Setelah cukup tenang, Fanda kembali bercerita, "Kamu tahu Mer… saat aku bertanya tentang perbuatannya padamu di gang itu, dia begitu marah, dan bilang jika aku tidak berhak ikut campur! Bahkan aku harus membantunya agar nanti malam kamu mau ikut dengannya ke pesta hallowen, dan berdansa dengannya… hiks… hiks… bahkan saat aku menolak tadi… ka.. kamu tahu Mer… dia menamparku dan membentakku seakan-akan aku ini hanya pembantunya saja hiks..hiks…"
Merry teringat kembali masa-masa ia bertengkar dengan Andrew, ya Andrew adalah seorang pria yang berbahaya dan sangat menakutkan jika sedang marah. Hati Merry mulai panas dengan perbuatan Andrew, namun disisi lain, ia juga takut dengan perbuatan Andrew yang seperti psikopat. Emosinya yang tidak terkendali dan sifat posesifnya yang luar biasa parah, membuatnya tidak dapat bernafas lagi. Saat ini ia tidak tahu harus bagaimana, dan harus meminta pertolongan kepada siapa, ia tidak mau bertengkar dengan Andrew, namun tiba-tiba terlintas seseorang yang dapat membantunya.
"Maaf Fan, kamu jadi harus terlibat antara aku dan Andrew, mulai sekarang jauhi dia, dan jika ia berani mengangumu, aku akan menghadapinya."
"Justru aku yang harus minta maaf Mer.. aku mencintai Andrew, tetapi aku juga telah menyakitimu hiks.. hiks… seandainya aku percaya dengan ucapanmu bahwa Andrew adalah pria berbahaya tentu aku tidak akan melakukan ini dari awal.. hiks.. hiks… aku sudah dibutakan oleh cinta."
***
Setelah mengemasi beberapa barang dan perlengkapan, Merry dan Fanda menuju rumah Novi untuk menghindari Andrew. Mereka tahu bahwa Andrew pasti nekat mendatangi rumah mereka, karena itu rumah Novi adalah tempat persembunyian yang tepat karena Andrew tidak mengetahui rumah Novi.
"Kalian sudah datang, ayo masuk…" ucap Novi dengan ramah, dan mereka segera masuk kerumah Novi yang terlihat sangat sepi.
"Kamu sendirian Nov, maaf jika kami mengangumu," ucap Merry
"Iya aku sendirian, orang tuaku sedang ada pekerjaan di luar kota. Kalian mau minum apa?" tanya Novi.
"Air putih saja, makasih Nov kamu benar-benar menyelamatkan kita dari Andrew." Jawab Fanda dengan mata yang masih sembab.
"Nov bisa pinjam kamar mandimu? Aku mau cuci muka." Ucap Fanda.
"Iya silahkan, ada di sebelah kiri, pintu ke dua. Aku ke dapur dulu untuk mengambil minuman." jawab Novi.
Merry mulai melihat rumah Novi, meskipun sederhana dan tidak sebesar rumahnya tetapi rumah Novi tertata dengan rapi. Hanya satu hal yang tidak ada yaitu foto keluarga, seperti rumah Nando hanya ada foto dirinya dan mamanya.
'Kenapa mereka punya kesamaan tidak suka memasang foto keluarga hahaha..' ucap Merry dalam hati.
"Oh iya aku lupa menghubungi Fernando," melihat sekeliling yang masih sepi, Merry segera menelepon Fernando.
Sementara itu Fernando yang sedang rebahan di kamar langsung tersenyum mengetahui siapa yang meneleponnya.
"Ada apa Mer?" tanya Nando dari seberang telepon.
"Ndo, apa kamu sibuk? Maaf mengangumu, apa aku bisa minta tolong?"
"Tolong apa?" jawab Nando santai.
"Apa bisa nanti kamu menjemput aku, Fanda dan Novi di rumah Novi, nanti aku kirimkan alamatnya." Ucap Merry.
"Baiklah, sampai nanti sore." Jawab Nando dan sambungan telepon ditutup.
"Cieee.. yang barusan telepon pacar.." goda Fanda.
"Wah aku tidak menyangka kalian bisa sedekat ini hahaha…" sahut Novi.
"Sudah kalian jangan berisik, ayo kita bersiap-siap, sebentar lagi sore!" jawab Merry dengan kesal.
Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, kurang satu jam lagi maka Fernando akan datang menjemput mereka bertiga, Fanda dan Novi masih berada di kamar sedang menata rambut mereka, sedangkan Merry yang sudah selesai lebih dahulu keluar menuju kamar mandi untuk berganti baju.
"Ini pasti kamar mandinya, aku tidak seberapa jelas mendengarkan ucapan Novi."
Saat Merry membuka pintu ternyata ia memasuki sebuah kamar yang terlihat jarang dipakai.
"Kamar siapa ini? Sayang sekali kamarnya terlihat kotor, eh tunggu apa ini?" tanpa sengaja Merry melihat sebuah foto yang terjatuh dan betapa terkejutnya Merry melihat tiga anak kecil dengan wajah siluman bersama orang tua mereka masing-masing, seorang gadis kecil memiliki sisik ular hijau, dan taring di mulutnya, seorang gadis yang memiliki sisik ular bewarna perak serta taring di mulutnya, dan seorang anak cowok dengan mata biru dan tanduk naga di kepalanya, wanita yang dibelakang anak cowok tersebut adalah Ibu Fira.
"Foto ini diambil sepuluh tahun yang lalu? Tidak mungkin… wajah ibu Fira tidak bertambah tua, dan anak kecil laki-laki ini mirip sekali dengan Fernando waktu masih kecil."
"Mer kamu melihat apa?" tanya Novi yang muncul dari belakang.
"Akh, Nov maaf aku salah kamar." Jawab Merry yang agak terkejut, sambil tangannya masih memegang foto.
"Oh foto itu adalah foto aku dan saudaraku menggenakan kostum siluman. Mamaku pintar mendesain kostum karena itu penampilanku sangat mirip dengan siluman ular perak." Jawab Novi dengan tenang.
"Nov, bukannya ini tante Fira, ibunya Fernando, apa kamu mengenalnya sejak lama?" tanya Merry.
"Hahaha… waktu SD aku dan Fernando satu sekolah dan kami bertiga memenangkan kostum terbaik, karena itu ada foto ini. Sepupuku yang mengenakan kostum siluman ular hijau, oh iya Mer, katanya mau ganti baju?"
"Oh iya maaf Nov, aku salah masuk kamar, ini aku balikkan."
Novi tersenyum dan mengantar Merry ke kamar mandi.
***
Jam menunjukkan pukul 17:00 WIB. Fernando menuruni tangga rumahnya menggenakan jas biru navy, dengan kemeja putih di dalamnya, dan celana kain bewarna hitam yang terlihat sangat halus. Rambutnya yang biasa dibiarkan begitu saja kali ini, diberikan gel agar kebelakang semua dan diberi aksen sedikit miring. Sebuah pemandangan yang langkah melihat Fernando mengenakan baju seperti itu.
"Sayang, kamu tampan sekali hari ini," ucap ibu Fira sambil membawakan sebuah topeng untuk Fernando.
"Zaman sudah berubah, jika dulu hallowen semua orang memakai kostum siluman, sekarang lebih mirip menghadiri acara pernikahan, hahaha…" ucap Pak Denis.
"Kamu tampan sekali, beruntungnya aku bisa memiliki suami sepertimu.." sindir Elsha.
"Nando nanti jangan pulang terlambat," Pak Denis mengingatkan puteranya.
"Baik pa, ma, Elsha aku berangkat dulu." Pamit Fernando tanpa mempedulikan ucapan Elsha.
Lima belas menit kemudian, Fernando sampai ke rumah Novi, dan ia mulai membunyikan bel. Tidak beberapa lama terbukalah pintu, dan keluarlah tiga gadis cantik bagaikan bidadari, namun diantara tiga gadis tersebut, yang paling menarik perhatian Nando adalah Merry, menggenakan dress yang hanya panjang bagian belakang saja bewarna biru navy, sepatu hak tinggi bewarna putih, dan rambutnya yang dikeriting, membuat wajah Fernando memerah.
"Mer, kamu hebat bisa menyuruh pangeran es menjemputmu," bisik Fanda yang mengenakan dress mini bewarna hitam dan sepatu yang bewarna sama.
"Sudah diam, nanti dia mendengarmu!" bisik Merry sambil menyenggol Fanda.
Fernando hanya menahan senyumnya, "Kalian sudah siap? Apa Andrew tidak mengetahui rumah Novi?"
Sambil berjalan masuk, Merry menjawab, "Dia hanya tahu rumahku dan Fanda, karena itu aku pikir sebaiknya aku di sini saja. Oh ya terima kasih sudah mau menjemputku di rumah Novi."
Fernando membalas dengan sebuah senyuman manis dan mobil pun melaju menuju tempat pesta.
Fanda dan Novi berjalan duluan, mereka berdua sengaja membiarkan Fernando masuk dengan Merry, selain agar Andrew tidak berani menganggu Merry, dan agar Merry juga bisa menggandeng tangan Fernando.
"Ayo masuk." Fernando mengulurkan tangannya, dan Merry menyambut uluran tangan Fernando. Mereka berdua masuk dan banyak orang berbisik-bisik.
"Hei apa tidak salah, pangeran es mengandeng Merry?"
"Bukankah dia tidak pernah datang ke pesta hallowen?"
"Sihir apa yang digunakan Merry, mengapa pangeran es mau datang bersamanya?"
"Astaga keren sekali Fernando, kenapa tidak aku saja yang berada di sebelahnya."
Suara bisik-bisik tersebut membuat Merry seketika itu merasa 'down' tahun lalu saat ia datang bersama Andrew, suasana tidak seperti ini, bahkan beberapa orang memuji mereka pasangan romantis, namun malam ini kharisma dari Fernando benar-benar membuat siswi yang ada di ruangan tersebut iri dengannya.
"Abaikan saja ucapan mereka, apa kamu mau minum?" bisik Fernando.
"Eh.. iya hehehe, tolong ambilkan jus lemon.." jawab Merry yang cukup gugup.
Fernando pergi meninggalkan Merry, Fanda dan Novi segera menuju ketempat Merry.
"Kenapa Mer?" Tanya Fanda.
"Uh.. susah dijelaskan hahaha…" saat mereka bercakap-cakap datanglah Andrew.
"Kamu tidak ada di rumah Mer? Padahal aku sudah menunggumu." Andrew datang mengenakan setelan jas abu-abu, dan rambut yang juga diberi gel yang diarahkan ke samping kanan.
"A.. aku tidak tahu kamu mau kerumahku, aku tadi ke salon untuk berdandan dan langsung menuju ke sini." Merry mulai memberanikan dirinya.
Andrew melirik kearah Fanda, dan tersenyum sinis. "Halo Fan, apa kabar? Apakah kamu datang kesini dengan Merry?"
"Merry datang bersamaku, apa kamu ada masalah Andrew?" Fernando datang dengan membawakan sebuah gelas jus lemon.
"Wah sejak kapan kamu dekat dengan pangeran es ini? Dan sejak kapan pula kamu suka mencampuri urusan orang Fernando!" bentak Andrew.
"Aku tidak mencampuri urusan siapapun, aku disini hanya bertanya kepadamu, apa urusanmu disini?!" Fernando menatap Andrew dengan tajam.
Ditengah suasana yang mencekam antara Fernando dan Andrew, pembawa acara maju dan memulai acara, sehingga pertengkaran antara Fernando dan Andrew dapat tertahankan.
Selesai kepala sekolah memberikan kata sambutan, maka acara pertama adalah games. Pria dan wanita dibagi dalam dua kelompok besar, lampu dimatikan sehingga ruangan tersebut benar-benar gelap. Nama permainannya adalah It's a Match. Para pria secara acak mengambil undian untuk menemukan nama wanita yang sudah di tulis dalam kertas tersebut. Saat Fernando mengambil kertas tersebut, ternyata nama Merry yang ada di sana. Ia tersenyum. Sedangkan para wanita harus berpencar dan berusaha agar tidak tertangkap.
Ruangan benar-benar gelap, dan pada hitungan ketiga, permainan dimulai. Para siswi dan panitia sengaja membuat suara-suara heboh, agar mengacaukan konsentrasi para pria, dan musik hallowen yang bernuansa horor dimainkan. Seperti orang buta yang mencari sesuatu, para pria kesulitan menemukan wanita yang namanya sudah mereka ambil. Namun berbeda dengan Fernando, karena ia adalah seekor naga yang memiliki penciuman lebih tajam dibanding manusia.
Fernando sangat ingat aroma parfum yang digunakan Merry, bahkan ia sangat mengenal aroma badan Merry, saat ia semakin mendekati Merry, tiba-tiba ada seseorang yang memegang tangannya dan berbisik tepat di telinganya.
"Jika kamu mengulangi kesalahan ayahmu dengan jatuh cinta kepada manusia, maka hal buruk akan terjadi dengan gadis itu!" saat Fernando hendak menangkap orang yang berbisik padanya seketika itu juga orang tersebut langsung menghilang.
Wajah Fernando mulai terlihat cemas, pikirannya melayang kemana-mana. Siapa orang yang berani berbuat seperti itu? Apakah nyawa Merry benar-benar dalam bahaya saat ini? Ia sendiri tidak tahu, saat pikirannya sedang tidak fokus, tiba-tiba ia mendengar seseorang didepannya sedang berbicara dalam hati dengan ketakutan.
'Semoga yang menemukanku lebih dahulu adalah Fernando, aku tidak mau jika Andrew yang menemukanku, Tuhan tolonglah kabulkanlah doaku..'
Suara tersebut sangat jelas, dengan segera Fernando menangkap sebuah tangan dalam kegelapan. Pembawa acara menghitung mundur untuk menyalakan lampu. "Tiga… Dua… Satu…. Nyalakan…"