Chereads / LOVE NEVER ENDING / Chapter 11 - PERTEMUAN TAK TERDUGA

Chapter 11 - PERTEMUAN TAK TERDUGA

Apakah cinta saja cukup untuk mengalahkan tembok besi yang merintangi cinta kita? Setiap cinta memiliki rintangan dan halangan tersendiri, saat ini aku hanya butuh kekuatan cinta darimu, tolong jangan menjauh dan menghindari ku, aku butuh kekuatan cintamu, aku yakin bersama-sama kita bisa melewati tembok besi ini – Kekuatan Cinta.

Sambil menunggu Merry selesai mandi, Fernando membaca novel kesukaan Merry, Ia tersenyum kecil.

'Mengapa mama begitu berani menerjang semua ini? Dan kenapa papa memberikan dukungan kepada mama? Apakah ini yang namanya kekuatan cinta? Aku ingin Merry bahagia, tetapi aku juga tidak ingin mengorbankan keselamatan orang tuaku dan Merry, aku tidak mau Merry mengalami nasib yang sama dengan mama.' Gumam Fernando dalam hati.

Handphone Fernando berbunyi, melihat mamanya menelepon Fernando segera mengangkatnya.

"Halo ma ada apa?" ucap Fernando.

"Sayang kamu bisa pulang sekarang? Sebentar lagi Elsha dan papamu akan datang."

"Hah, buat apa Elsha datang? Aku akan pulang." Fernando menutup teleponnya. Melihat Merry yang belum selesai mandi, Fernando menuliskan sebuah catatan kecil yang ia letakkan di meja.

Sampai di rumah, saat Fernando membuka pintu tiba-tiba ibu Fira, Elsha, dan Pak Denish bersama-sama mengucapkan. "Happy Birthday…."

Elsha membawa kue tart dan memberikannya kepada Nando, "Tiup dulu lilinnya, pasti kamu tidak menyangka jika calon istrimu dapat mengingat dengan baik ulang tahunmu." Senyum Elsha dengan sinis dan ia melanjutkan ucapannya, "Aku memohon kepada yang mulia raja untuk merayakan ulang tahunmu bersama dengan paman disini, beruntung raja mengijinkan, bukankah ini hari yang spesial, setelah bertahun-tahun akhirnya kamu bisa merayakan hari ulang tahun bersama papamu."

"Terima kasih Elsha," Fernando berdoa dan meniup lilinnya. Ia memeluk Pak Denish, demikian juga pak Denish.

"Selamat ulang tahun anakku, sekarang kamu sudah berumur tujuh belas tahun, kamu bisa bebas keluar masuk dunia siluman dan manusia, papa harap kamu bisa berbahagia selamanya." Ucap pak Denish.

"Sayang selamat ulang tahun, mama berharap kamu mendapatkan yang terbaik di hidupmu. Rasanya baru kemarin mama mengandung dan melahirkan mu, meskipun penuh perjuangan, tetapi mama sangat bahagia memiliki anak sepertimu." Ibu Fira membelai kepala anak semata wayangnya.

Elsha maju mendekat dan mencium pipi Nando, ia berbisik, "Darimana saja kamu semalam? Mengapa tidak pulang?" Elsha mundur dan tersenyum, "Selamat ulang tahun calon suamiku, selama aku tinggal di dunia siluman, kamu jangan nakal ya."

"Elsha sudah waktunya kita pulang," ucap pak Denish.

"Baik paman, bibi aku pamit dulu. Bye Nando." Ucap Elsha dan dalam sekejap mereka menghilang, kembali ke dunia siluman.

***

Telepon Andrew berbunyi, dengan cepat ia mengangkatnya, setelah mendengar ucapan dari seseorang, ia segera mengambil bolpen dan mencatat beberapa hal.

"Ingat, terus selidiki Fernando, dan jangan sampai ketahuan!" Andrew menutup teleponnya.

"Wah… aku tidak menyangka, ternyata diam-diam kamu anak seorang penulis terkenal, kisah cinta siluman naga dan manusia, sebuah novel yang sangat disukai Merry, hahaha… apakah Merry sudah mengetahui hal ini?"

Andrew bergerak menuju meja belajarnya, ia membuka laptop dan mencari beberapa data, meskipun tidak disebutkan secara spesifik, tetapi jelas sekali penulis novel adalah seorang wanita berumur empat puluh tahun yang duduk di kursi roda dan memiliki seorang anak laki-laki. Tetapi tidak disebutkan sama sekali dimana keberadaan suaminya.

"Argh! Menjengkelkan, mengapa dia begitu misterius sekali?! Jangan-jangan ada sesuatu yang ditutupi! Selama ini aku tidak begitu memperhatikannya, Fernando tidak pernah sekalipun terlihat bersama dengan ayahnya, saat mengambil rapot selalu dengan ibunya. Siapa ayah Fernando? Mengapa selama ini ditutupi? Lagipula tidak dijelaskan mengapa ibunya Fernando bisa lumpuh? Apakah karena kecelakaan?! Bahkan anak-anak dan guru-guru di sekolah tidak ada yang tahu! Menjengkelkan!!"

Andrew menekan sebuah nomor yang barusan meneleponnya. "Dengarkan baik-baik, aku memberikan tugas baru, sekarang kamu cari dimana ayahnya Fernando dan siapa dia serta cari tahu mengapa ibunya Fernando bisa lumpuh! Ingat jangan pernah ketahuan dan jangan lama-lama mencarinya!" Andrew menutup telepon dengan kasar.

"Sialan, jika bukan karena Fernando aku bisa keluar rumah! Pukulannya keras sekali, muka dan badanku benar-benar sakit karena dia, dia manusia apa bukan?! Hantamannya benar-benar mengerikan seperti seekor monster yang siap memangsa!"

***

"Ada apa dengan raja siluman mengijinkan papa untuk ke dunia manusia saat ulang tahunku? Apa rencananya?" sindir Fernando.

"Sudah sayang, bagaimanapun dia kakek mu, dia hanya butuh waktu untuk menerimamu," ucap ibu Fira menenangkan anaknya.

"Sudah tujuh belas tahun! Selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada, kue tart ini sebaiknya dibuang saja! Ma aku ijin mau pergi dulu." Fernando segera naik ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Ibu Fira hanya bisa menghela nafas, ia tahu bahwa Fernando memiliki watak keras kepala dari kakeknya, dan selama ini raja siluman yang adalah kakeknya selalu menyiksa Fernando baik secara fisik atau pun mental, karena itu Fernando sangat membenci kakeknya, apalagi ketika mengetahui bahwa Fernando memiliki kekuatan yang lebih besar dari siluman apapun termasuk dirinya, karena itu raja siluman sering menyiksa Fernando dengan harapan Fernando tumbuh menjadi anak penakut dan tidak akan berani melawan dirinya.

Sementara itu Merry yang sudah selesai mandi, menuju ruang tamu dengan membawakan dua gelas air putih, "Loh kemana dia?" melihat catatan kecil di meja, Merry segera membacanya.

"Kamu memang pria yang baik, tidak peduli apakah kamu manusia atau bukan, tetapi kamu lebih baik dibandingkan dengan Andrew. Seandainya aku bisa membantumu." Gumam Merry.

Suasana rumah Merry sangat sepi sekali, tidak ada orang dirumahnya. Sudah tujuh tahun ia menjalan kehidupan yang sangat sepi dirumah ini sejak neneknya meninggal, orang tuanya bahkan tidak mau mengunjungi dirinya, dan Merry sendiri meskipun ia rindu dengan kedua orang tuanya, ia tidak mau untuk ke luar negeri, karena perlakuan saudara tirinya yang sangat menyebalkan baginya.

Merry bersandar di kursi, ia memeluk ke dua kakinya, air mata menetes membasahi wajahnya.

"Ting.. tong…" suara bel berbunyi dengan cepat Merry menyeka air matanya, dan membuka pintu, betapa terkejutnya ia melihat siapa yang sudah datang kerumahnya.

"Ma… mama?" ucap Merry tidak percaya, sudah tiga tahun mamanya tidak menemui dirinya, ada apa tiba-tiba mamanya datang kerumah.

Seorang wanita yang memiliki tubuh ideal, berkulit putih sama seperti Merry dan tahi lalat di dekat bibirnya. Rambut bergelombang yang panjang, ia biarkan terurai dengan indah, mengenakan baju bewarna kuning senada dengan celananya, wanita itu masuk kerumahnya.

"Mengapa kamu begitu terkejut? Apa kamu tidak merindukan mama?" ucap ibu Erna.

"Ini minuman kesukaan mama," Merry membawakan segelas es sirup bewarna merah kepada mamanya.

"Wow anak pintar, kamu suka meminum ini? Karena itu kamu masih menyimpannya." Ibu Erna meneguk es sirup yang sangat disukainya.

"Fanda menyukai es sirup juga, karena itu aku menyimpannya, mama pasti lupa minuman dan makanan kesukaanku." Ucap Merry dengan nada sinis.

"Coklat hangat dan pizza, itu kan yang kamu suka. Bagaimana mungkin mama melupakan makanan serta minuman kesukaan anak mama." Jawab ibu Erna dengan yakin.

"Minuman kesukaanku coklat hangat dan makanan kesukaanku adalah nasi goreng, pizza kesukaan anak mama yang di Australia." Sindir Merry.

Ibu Erna menatap serius wajah anaknya. "Mama tidak ingin bertengkar denganmu! Mama kesini karena mau mendaftarkan mu untuk kuliah di Australia, setelah lulus kamu harus ikut mama di Australia, awas kalau kamu sampai ikut papamu di Amerika."

Merry balas menatap serius wajah mamanya. "Aku sudah berumur tujuh belas tahun, dan bisa menentukan pilihanku sendiri! Meskipun aku kuliah di Australia aku tidak mau tinggal satu rumah dengan mama atau siapapun, aku bisa hidup sendiri."

"Kamu itu anak perempuan bahaya jika tinggal di rumah sendirian! Sekarang kamu sudah berani membantah mama, pasti kamu bergaul dengan teman-teman yang tidak benar! Siapa pacarmu yang waktu itu? Apa dia mengajarkanmu hal tidak benar!"

Merry hanya tersenyum sinis, "Sudah tujuh tahun aku tinggal di rumah ini sendirian sejak nenek meninggal, mengapa mama baru peduli sekarang? Aku sudah lama putus dengan Andrew, dan sekarang aku belum punya pacar, dari dulu sampai sekarang mama hanya peduli dengan anak-anak mama yang lain, mengapa sekarang baru memperhatikanku? Bukankah sudah terlambat?"

Ibu Erna semakin geram, "Tentu saja mama lebih sayang dengan Mischa dan Aldo bagaimanapun mereka anak-anak yang menurut, tidak seperti kamu yang selalu melawan perintah mama! Perbuatan mu persis seperti papamu! Mama tegaskan sekali lagi setelah lulus kamu harus kuliah di Australia dan ikut tinggal dengan mama!"

Ibu Erna segera meninggalkan ruangan dan saat ia membuka pintu datanglah Fernando dengan mengenakan kemeja biru gelap dan celana jeans.

"Siapa dia? Ternyata kamu pintar juga mencari pacar," ucap ibu Erna.

"Hentikan mama! Sebaiknya mama segera pulang, dia teman sekolahku." Ucap Merry sambil menahan emosi.

"Siapa namamu? Apa tujuanmu kesini?" kali ini ibu Erna menatap wajah Fernando.

Fernando yang tidak menyangka bertemu dengan mamanya Merry berusaha tenang, Fernando tersenyum dan memberi salam, "Saya Fernando tante, saya hendak mengajak Merry jalan-jalan."

Ibu Erna tersenyum, "Kelihatannya kamu anak dari orang yang cukup kaya, tidak mama sangka ternyata Merry pintar memilih pacar, hati-hati dengan Merry, dia punya sifat keras kepala seperti papanya. Tante balik dulu, tolong jaga Merry."

Fernando tersenyum dan berkata, "Baik tante, saya akan menjaga Merry dengan baik."

***

Merry dan Fernando sampai ke salah satu mall di kota Surabaya, dengan mengenakan dress bewarna merah muda dan sepatu hak dengan tinggi 5cm, Merry berjalan dengan perasaan yang masih sedikit kesal, demikian juga dengan Fernando. Selama beberapa menit mereka saling diam, tanpa ada pembicaraan apapun, menyadari ada sesuatu yang salah, Merry melihat kearah Nando.

"Ndo, kenapa diam? Apa ada sesuatu?"

Nando melihat wajah Merry dan tersenyum, "Maaf, aku hari ini kurang konsentrasi, tadi itu mamamu yang selama ini tinggal di luar negeri? Kenapa tiba-tiba dia datang?"

Merry menghela nafas, "Dia memaksaku untuk kuliah di Australia, dan tinggal dengannya."

"Lalu apakah kamu mau tinggal di Australia?"

"Tidak, aku akan kuliah di Jerman, dan memulai hidup baru disana, kalau kamu?"

Fernando termenung, ia menatap langit-langit mall, "Aku tidak tahu bagaimana masa depanku, meskipun aku bisa hidup abadi dan memiliki kekuatan, tetapi aku sama sekali tidak bahagia jika pada akhirnya aku harus hidup bersama dengan orang yang tidak aku cintai. Seandainya aku adalah manusia biasa, mungkin aku akan menyusul mu ke Jerman dan kuliah kedokteran disana."

Merry memegang tangan Fernando dan menatap wajah pria di depannya, "Lalu, siapakah gadis yang kamu cintai?"

"Seorang gadis ceroboh yang sangat kasar terhadap pria dan suka memaki pria itu di dalam hatinya. Aku ke kamar mandi dulu, hahaha.." Fernando mencubit hidung Merry dan menuju ke kamar mandi.

Merry hanya tersenyum geli sekaligus sangat bahagia mendengar ucapan Fernando. Tanpa sengaja Merry melihat ada promo baju sebesar 50%, karena tertarik, Merry memutuskan mendatangi toko tersebut, tidak melihat sekelilingnya, tanpa sengaja Merry menabrak seorang wanita yang membawa beberapa barang belanjaan.

"Ah, maafkan saya, apa ibu baik-baik saja?" Merry membantu membereskan beberapa barang yang terjatuh.

"Saya tidak apa-apa, terima kasih ya," ucap seorang ibu-ibu yang menurut Merry berumur enam puluh tahunan, ibu tersebut terlihat sangat cantik dan elegan, mengenakan kemeja lengan panjang dan rok panjang bewarna ungu, serta rambut hitam lebat yang disanggul dengan indah.

"Maafkan saya bu, saya tidak sengaja," jawab Merry dengan sopan.

Ibu tersebut tersenyum dan berkata, "Gadis yang cantik, siapa namamu? Apa kamu sedang kencan?"

Merry terkejut dengan ucapan ibu tersebut, saat hendak menjawab ibu itu melanjutkan ucapannya, "Gadis cantik, jika boleh ibu sarankan sebaiknya kamu mencari hari ulang tahun pacarmu, semoga beruntung kencannya hari ini gadis cantik." Ucap ibu itu sambil berlalu pergi.

Kebingungan menyelimuti pikirannya, apa maksud ibu yang barusan ditemuinya? Apakah ibu itu adalah seorang peramal? Ulang tahun pacar? Statusnya saat ini masih single dan Fernando juga belum menembaknya dan mengajaknya berpacaran, tetapi Fernando pernah menciumnya, apakah mungkin itu sebuah ajakan untuk berpacaran? Pikiran Merry benar-benar bingung, melihat Fernando yang belum kembali dari kamar mandi, Merry mengirim pesan ke Fanda dan Novi untuk menanyakan ulang tahun Fernando.

Tidak beberapa lama, pesan masuk dari Novi.

'Ulang tahun Fernando hari ini, tadi aku sudah tanya ke beberapa teman yang kenal dekat dengan Fernando'

Merry begitu terkejut melihat jawaban Novi, tiba-tiba Fernando datang.

"Maaf aku lama, tadi mamaku menelepon."

"Oh tidak apa-apa." jawab Merry yang berusaha menutupi keterkejutannya.

"Ada apa? mengapa ekspresi mu seperti itu?" tanya Fernando curiga.

Merry mengangkat tangannya ke arah Fernando, "Stoopp.. ingat kamu jangan berani membaca pikiranku!" tegur Merry.

Fernando tertawa, "Hahaha… baiklah.. baiklah aku tidak akan membaca pikiranmu, sekarang ayo kita nonton."

***

Di sebuah kafe ibu Fira duduk menunggu seseorang, sesuai kesepakatan seharusnya mereka bertemu sepuluh menit yang lalu, sambil menyeruput kopi kesukaannya, ibu Fira mengetik di laptop bewarna hitam miliknya. Tidak beberapa lama datanglah seorang pria yang seumuran dengannya, pria tersebut adalah seorang pimpinan dari perusahaan penerbit tempat ibu Fira mencetak novelnya. Pria yang berumur lima puluh tahun, mengenakan kemeja coklat kotak-kotak dengan lengan panjang yang digulung sampai siku dan celana kain bewarna hitam duduk di depan ibu Fira.

"Maaf terlambat, ada perlu apa Fir?" ucap pak Anang.

"Nang, aku hendak menerbitkan buku ke dua sambungan dari cinta siluman naga dan manusia, tetapi sambungan dari cerita ini, bukan aku yang menulisnya, ada seorang anak perempuan yang akan melanjutkan ceritanya, karena itu jika ia mengirim tulisan ke tempatmu , tolong terima naskahnya." Ibu Fira memanggil seorang pelayan dan memesan secangkir espresso untuk pria yang ada di hadapannya.

Dengan eskpresi yang sedikit bingung, pak Anang bertanya, "Apa hubunganmu dengan anak itu? Mengapa naskahnya harus dilanjutkan oleh dia?"

Ibu Fira kembali tersenyum, "Dia adalah anak yang spesial, dan mungkin untuk bulan depan aku akan pindah dan tidak akan ada disini dalam waktu lama, aku juga tidak bisa melanjutkan menulis naskah, karena itu aku kira sebaiknya anak muda saja yang melanjutkannya."

Pak Anang sangat mengenal sahabatnya satu ini sejak SMA, meskipun sahabatnya adalah orang yang misterius, tetapi sedikit banyak ia mengetahui bahwa ada sebuah rahasia yang sahabatnya tutupi, sejak Fira memperkenalkan pacarnya yang mengenakan kostum naga pada pesta hallowen di sekolah, Fira menjadi sangat misterius, dimana yang dahulu ia adalah gadis ceria, sekarang berubah menjadi misterius. Setelah lulus SMA Fira menghilang tanpa ada kabar, dan tujuh tahun kemudian Fira tiba-tiba muncul dengan keadaan lumpuh di kursi roda bersama dengan anaknya yang masih kecil. Pertemuannya itu tidak ia sangka, Fira yang datang membawa naskah ke sebuah perusahaan penerbit yang sudah ia dirikan.

"Apa kamu akan tinggal bersama suamimu? Aku ingat sekali awal pertemuan kita setelah tujuh tahun kamu menghilang tidak ada kabar, aku sudah mencari mu kemana-mana tetapi tidak ada kabar sama sekali, kamu seperti menghilang di telan bumi. Lalu tiba-tiba kamu datang dengan keadaan lumpuh dan anakmu dengan tatapan dingin ke perusahaan ku."

Ibu Fira tertawa, "Pasti kamu kasihan melihatku, karena itu kamu mau membantuku menerbitkan naskahku, sebelum ke tempatmu aku sudah pergi ke beberapa penerbit tetapi mereka menolak saat melihat keadaanku. Iya kali ini aku akan tinggal bersama dengan suamiku. Terima kasih karena kamu selalu membantuku, kamu memang sahabat terbaikku."

Pak Anang memandang wajah sahabatnya dengan tatapan sedih. "Seandainya waktu itu aku menyatakan cintaku lebih dulu sebelum kamu membawa suamimu ke pesta hallowen mungkin ceritanya akan berbeda. Saat itu aku sangat penakut, aku takut sikapmu berubah kepadaku, karena itu aku hanya bisa diam dan membiarkan persahabatan kita mengalir begitu saja."

"Anang, aku bahagia dengan keadaanku, dan aku berterima kasih karena kamu tidak menyatakan cinta kepadaku. Jika aku tidak menikah dengan suamiku, maka Fernando tidak akan setampan ini hahaha… Lagipula saat ini kamu juga memiliki istri dan dua putri yang sangat cantik."

"Anakmu wajahnya sangat mirip dengan suamimu, aku ingat sewaktu kamu memperkenalkan suamimu di pesta hallowen itu, tetapi mata Fernando sangat mirip dengan matamu. Meski kamu ke luar kota atau ke luar negeri tetaplah menghubungi sahabatmu ini." Pak Anang meminum kopinya.

Setelah meletakkan kopinya di atas meja, wajah pak Anang berubah menjadi serius, "Ada satu hal yang ingin aku katakan, anak dari pengusaha batu bara yang terkenal, mencoba untuk mencari data dirimu, beruntung aku berhasil mencegahnya, tetapi ia sudah berhasil mencuri beberapa informasi penting dan ia mengetahui bahwa penulis cinta siluman naga dan manusia adalah seorang ibu-ibu berumur empat puluh tahun, yang duduk di kursi roda dan memiliki seorang anak laki-laki."

Ibu Fira mulai berpikir, "Apa mungkin anak tersebut seumuran dengan putraku?" dan pak Anang mengangguk.

"Hati-hati ada kemungkinan dia sudah mengenalimu dan mengawasi mu. Setelah aku mencari tahu ternyata anak tersebut satu sekolah dengan anakmu juga." ucap pak Anang.