"Ini Maria melapor kepada markas. Seluruh Tim Uhlan Russia dan para Milisi Turkmen Afghanistan telah dibunuh oleh para chimera. Izinkan aku bergerak untuk membebaskan Qalanou yang diduduki oleh Daesh," kata Maria meminta izin untuk menyerang melalui telepati kepada Letnan Kolonel Natalya.
"Izin diberikan," balas sang Letnan Kolonel.
"Terima kasih, Letnan Kolonel."
Maria mengelus kepala warhammer titannya, "Saatnya kita berpesta, Chevalier."
Titan berwarna putih berjalan menuju ke arah tenggara untuk membebaskan Distirk Qalanou dari cengkraman tirani Daesh yang didukung oleh para Monarki Arab dan juga North Atlantic Alliance.
.
.
Qalanou merupakan distrik yang berada di tenggara distrik Ab Kamari. Beribukota di Qal I Naw, yang merupakan sebuah Kota kecil yang hanya menyisakan puing-puing bangunan dan banyaknya bangkai-bangkai kendaraan bermotor.
"Bagaimana dengan para manticore hitam yang kita lepaskan di titik 34-51-0?" tanya seorang lelaki bermata hijau kebiruan, berjenggot panjang dan tebal dengan wajah yang tegas seperti perisai. Dia adalah Mullah Hamid, seorang Lelaki Uzbek yang merupakan salah satu pentolan Daesh di kawasan barat laut Khurasan.
"Mereka telah dimusnahkah oleh wrhammer titan," balas salah seorang milisi Al-Qaeda.
"Warhammer titan," kata Mullah Hamid sedikit terkejut. "Jadi, musuh kita sampai menunjukkan betapa tajam taringnya."
"Iya, Mullah."
"Hahaha.... Jangan khawatirkan itu." Mullah Hamid tertawa dengan ekspresi congkaknya. "Aku adalah subjek Vritra dan pertarungan ini akan menunjukkan siapa yang terkuat. Apakah aku, atau si perempuan warhammer titan itu."
Senyuman Iblis yang penuh kemenangan terhias pada wajah sang Mullah.
.
.
Maria tengah berjalan melewati bukit-bukit yang terjal dan curam, mengingat terlalu mencolok jika dia tiba di Qal I Naw dengan membawa warhammer titan. Selain itu, dari citra satelit terlalu beresiko juga jika harus membebaskan Kota tersebut dengan menggunakan warhammer titan. Selain akan turut membunuh Warga Sipil yang tidak berdosa, serangan itu juga akan memberikan dampak kehancuran yang luar biasa.
Maria memasuki sebuah gua yang tengah ditinggalkan oleh para milisi Daesh.
"Sepertinya tidak salah juga beristirahat di sarang musuh," kata Maria yang memasuki sebuah gua yang dipenuhi dengan berbagai macam barang dan kotak-kotak amunisi. "Anggap saja rumah sendiri, meskipun rumahku tidak seperti kapal pecah."
Maria mengambil beberapa minuman dan makanan ringan yang ada di gua tersebut. "Berperang tanpa makanan dan minuman ibarat seperti bunuh diri."
Maria dengan santainya memakan dan meminum banyak makanan dan minuman yang ada di gua tersebut.
"Siapa sangka, aku bisa mendapatkan makanan dan minuman ringan buatan Perancis yang sangat berkualitas di sini, mengingat karena impor dari Perancis ke Prussia sangatlah mahal."
Maria memakan makanan dan meminum beberapa minuman itu hingga habis tak tersisa. Meskipun tubuhnya langsing, namun porsi makan Maria cukup besar untuk hari ini.
.
.
Milisi Daesh berjumlah dua puluh orang memasuki gua mereka yang kondisinya jauh lebih berantakan daripada sebelumnya.
"Hey, hey. Sepertinya ada yang mengacak-acak markas kita," kata salah seorang Lelaki berkulit sedikit coklat.
"Mungkinkah musuh?" tanya salah seorang Lelaki berkulit putih pucat.
"Semuanya tenanglah. Periksa setiap sudut markas, jika melihat adanya keanehan segera bertindak," perintah salah seorang Lelaki bersorban hitam.
Para milisi menggeledah setiap sisi dan setiap sudut gua tersebut. Maria memperhatikan mereka dengan membuat dirinya tidak bisa dilihat oleh orang. Dia mengendalikan darah beberapa musuhnya dan membuat mereka saling membunuh satu sama lain.
"Ilmu akan berguna jika kau dalam keadaan yang sangat terdesak. Membuat dirimu merasa terancam untuk memancing alam bawah sadar, sehingga kita bisa mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki," gumam Maria yang tersenyum bahagia mengendalikan darah para milisi Daesh untuk saling bunuh.
Setelah seluruh milisi Daesh saling membunuh hingga mereka semua tewas, Maria berjalan meninggalkan gua yang dipenuhi dengan mayat para milisi Al-Qaeda.
.
.
Letnan Kolonel Natalya terlihat sangat gusar setelah membaca pesan masuk dari Maria.
"Ternyata kau itu memang bocah nakal," kata Kolonel berambut pendek bergelombang itu. "Kau benar-benar tidak sopan dengan tidak membalas setiap pesanku. Padahal kau itu selalu aktif."
Seketika panggilan masuk dari Maria tersambung ke ponselnya, "Ada apa, Maria? Kenapa kau tak membalas pesanku!" teriak Letnan Kolonel Natalya.
"Aku hanya ingin mencari waktu yang pas, Letnan Kolonel. Tim Uhlan Russia dan Milisi Turkmen Afghanistan telah mati dibunuh oleh para manticore hitam. Saat ini aku sedang bergerak untuk membebaskan Qal I Naw," balas Maria dengan suara yang sedikit berisik akibat hembusan angin yang kencang.
"Apakah kau akan menggunakan kekuatan warhammer titanmu?" tanya Letnan Kolonel Natalya dengan nada sedikit keras.
"Kurasa tidak karena ada banyak warga sipil di Kota tersebut. Namun situasi yang tak terduga bisa terjadi. Aku bisa mengatakan bahwa terjadi kecelakaan dan semuanya beres." balas Maria.
"Hey, jangan asal bicara dan jangan asal ambil keputusan!"
"Santai saja Letnan Kolonel, aku akan bertindak lebih hati-hati dengan kekuatan sebesar ini."
Letnan Kolonel Natalya terdiam untuk beberapa detik lamanya. Dia menatap foto di mejanya, di mana dirinya tengah bersama dengan suaminya dan dua anak perempuannya di sebuah taman. Foto tersebut diambil dua bulan sebelum dia menjalani misi ini.
"Meskipun aku ini orang yang kotor dan hidup di dunia yang dipenuhi dengan kegelapan. Namun, aku ingin kalian berdua hidup di bawah naungan cahaya, dua bidadari kecilku." Kolonel Natalya memegang bingkai foto tersebut.
Maria menyeriangai dengan puas, "Hey, Letnan Kolonel. Setelah aku mensukseskan misi ini. Apakah kau mau melayaniku? Aku Kurasa berhubungan dengan sesama perempuan tidak buruk juga. Benarkan, Romanov Flutterby."
Jawaban dari Maria benar-benar membuat Letnan Kolonel Natalya menjadi murka. Bocah sialan itu telah merusak momen indahnya dan juga perkataan Maria telah membuat rasa rindu akan suami dan dua anak perempuan yang dia cintai menjadi sirna seketika.
"Aku bukanlah kupu-kupu malam, bocah sialan!" Natalya segera menutup percakapannya. Kali ini emosi Natalya semakin meledak ketika bawahannya menyebut dirinya dengan Romanov Flutterby.
Nama Romanov Flutterby merupakan nama panggungnya sebagai artis porno Lesbian. Dia telah terjun ke dunia film porno lesbian sejak lulus sekolah menengah atas. Suaminya adalah pacarnya sejak sekolah menengah atas sekaligus orang yang memproduseri seluruh film porno lesbian yang dia mainkan. Romanov Flutterby, nama tersebut dia ambil karena selalu mengenakan topeng kupu-kupu dalam memainkan adegan sesama perempuan. Di Negara-negara Collective Security Organization, industri pornografi dilarang keras, dan hanya beberapa orang yang berani melakukan adegan tersebut dengan menyamarkan wajah dan nama mereka agar tidak dikenakan hukuman berat.
Maria tengah membaca sebuah informasi tentang Letnan Kolonel Natalya yang dia dapatkan dari adik sepupunya yang merupakan anggota Stasi dan pengagum film-film porno yang dimainkan oleh Natalya Gulistankiy Vladimirova alias Romanov Flutterby.
Kolonel Natalya, dia terlahir dari Keluarga Polisi di wilayah Krimea dengan nama lengkap Natalya Gulistankiy Vladimirova. Sejak lulus sekolah dasar dia menempuh pendidikan menengah di Moskow. Karena dia satu-satunya Anak Perempuan di Keluarganya, sehingga membuat dirinya menjadi perempuan yang tomboy dengan orientasi seks yang dicurigai lesbian oleh beberapa orang, termasuk Guru dan Keluarganya, walaupun dia bisa menutupi sisi gelapnya.
Di sekolah menengah atas dia berpacaran dengan seorang lelaki yang merupakan anak dari produser Film ternama di Russia dan Lelaki tersebut akan menjadi suaminya satu hari nanti. Letnan Kolonel Natalya sudah kehilangan keperawanannya setelah lulus dari sekolah menengah atas ketika dia dan Aleksander Heraclius (kekasih dan suaminya di masa depan) berhubungan badan ketika mereka berdua kamping untuk merayakan kelulusan.
Kekasihnya sempat meminta Natalya untuk tidak kuliah di sana, tetapi Natalya yang memiliki cita-cita menjadi Tentara tetap pada pendiriannya. Hingga akhirnya Heraclius meminta bantuan pamannya agar kekasihnya diterima kuliah di Akademi Militer Moskow dan Natalya lulus sebagai salah satu lulusan terbaik dengan pangkat Letnan Dua. Natalya di tempatkan di Tajikistan Oblast ketika terjadi konflik antar kelompok di sana. Dia bisa diterima Kuliah di Akademi Militer Moskow berkat bantuan dari paman suaminya, karena sangat mustahil perempuan yang telah kehilangan keperawanan bisa diterima di Akademi Militer Moskow yang sangat bergengsi dan ketat. Dia menikah dengan Aleksander Heraclius setelah menjalani dinas selama satu tahun di Tajikistan Oblast.
"Ternyata Letnan Kolonel memiliki sisi gelap," ujar Maria yang terlihat senang akan sebuah informasi yang sedang dia baca tentang sang Kolonel Perempuan tersebut. "Sepertinya aku akan berusaha bersikap seperti biasa. Mengingat para perempuan lesbian memiliki rasa cemburu yang jauh lebih mengerikan daripada para Perempuan normal."
.
.
Letnan Kolonel Natalya memukul dinding ruangannya, "Bocah jaman sekarang memang terkenal kurang ajar dan berani melawan orang yang lebih tua, yah," ungkap Letnan Kolonel Natalya dengan nada dingin dan tatapan mata yang tajam.
Letnan Kolonel Natalya berjalan ke meja tamu dan merebahkan tubuhnya ke kursi panjang di ruangannya. "Memikirkan anak itu hanya akan membuat amarahku semakin membara," ungkap Natalya yang berusaha untuk tenggelam ke alam mimpi. "Aku harap kau bisa pulang dengan selamat, Maria."
Maria tengah berjalan dengan santainya menyusuri tebing yang curam, "Setiap Manusia memiliki sisi gelapnya masing-masing."