Chereads / Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 27 - Bab 27, Aku Memang Seorang Iblis

Chapter 27 - Bab 27, Aku Memang Seorang Iblis

Batu-batu panas berjatuhan dari atas bukit. Maria segera terbang ke atas untuk menghindari longsoran batu panas. Di bawahnya berdiri seorang lelaki berjenggot merah yang panjang sedada dan begitu tebal dengan rambutnya gondrong berwarna merah darah. Lelaki itu menghentakkan kakinya sehingga batu dari tanah yang dia hentakkan terangkat dan dia melempar beberapa batu panas sebesar kepala orang dewasa ke arah Maria dengan teknik pengendalian bumi dan magma yang dia miliki.

Maria menghindari setiap terjangan batu panas dari musuhnya. Lelaki berambut dan berjenggot merah itu juga menyemburkan kobaran api yang begitu besar ke arahnya, meskipun Maria bisa menetralisir serangan api musuhnya mengingat Maria juga bisa menguasai kekuatan berelemen api, selain angin, air dan es.

"Aku merasa senang mendapatkan musuh yang sepadan seperti ini," gumamnya. Dia segera meluncur ke bawah dengan sangat cepat.

Lelaki itu mengendalikan bebatuan panas dan melemparnya ke arah Maria, juga menembakkan semburan-semburan api ke arah Perempuan dari ras Wizard tersebut.

Maria menghindari setiap serangan musuhnya dan pedangnya berhasil memisahkan kepala dari badan musuhnya. Tubuh itu terjatuh ke tanah yang berbatu dengan darah yang terus mengalir dari lehernya.

Maria memandang kepala dari musuh yang telah dia penggal, "Ini adalah akhir dari kalian di sini, Daesh."

Dia melangkahkan sepasang kakinya melewati jalanan setapak di antara bukit-bukit yang terjal. Terlahir sebagai anggota klan Mecklenburg-Schwerin yang merupakan salah satu klan Bangsawan kelas atas, membuat Maria telah menanggung sebuah tanggung jawab untuk klan Mecklenburg-Scwering maupun negaranya. Di militer dia dididik untuk mandiri dan melindungi orang-orang yang lemah. Jauh di lubuk hatinya, layaknya para Gadis seusianya, dia juga mendambakan hal-hal yang damai tanpa adanya darah, suara senjata api maupun aroma bubuk mesiu, namun di satu sisi dia juga menikmati akan hal-hal mengerikan di dalam peperangan. Baginya, pertempuran yang sangat berkesan adalah Pertempuran di Sebnitz, di mana dia menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan iblis Es Mecklenburg-Schwerin. Meskipun Maria hanya seorang diri, namun dia telah membunuh seribu seratus tujuh Tentara musuh dari tiga ribu orang Tentara yang menduduki Kota Sebnitz.

Maria segera menghindari ketika puluhan duri terbang ke arahnya.

"Manticore hitam," pikirnya.

Di seberang sana, manticore hitam bermunculan dengan jumlah sebanyak tiga belas ekor dan ada seorang Perempuan yang terindikasi dari ras Wizard yang memanggil mereka dari alam Iblis.

Maria menghentakkan kedua telapak tangannya ke tanah, dari tanah keluarlah lonjakan-lonjakan tajam yang langsung menewaskan seluruh manticore hitam tersebut dan juga Wizard bercadar yang mengendalikan para manticore Hitam.

Perempuan itu berjalan melewati lonjakan-lonjakan batu yang sangat tajam dan Maria mendadak menghentikkan langkah kakinya.

Dari jauh dia mendengar jeritan kematian.

.

.

Di Kota Qal I New, para milisi Daesh membantai para penduduk Kota yang berasal dari etnis Hazara yang mayoritasnya Islam Syiah.

"Bantai orang-orang Syiah kafir ini!"

Para milisi Daesh menembaki para penduduk sipil yang mereka sandera secara brutal dan keji. Tidak peduli mereka itu anak kecil, ibu hamil, orang tua, orang yang sedang sakit maupun Perempuan, mereka semua dibantai tanpa mengenal ampun. Mayat-mayat warga sipil berserakan di setiap sudut Kota kecil tersebut dan darah mereka membanjiri jalanan.

"Dengan mereka membantai Warga sipil tak berdosa, aku memiliki kesempatan untuk membantai mereka," kata Maria melalui telepati dengan Letnan Kolonel Natalya.

Letnan Kolonel Natalya berdiam diri setelah mendengarkan ungkapan dari Maria. "Kembalilah hidup-hidup. Aku sudah menganggap dirimu seperti adikku sendiri."

"Baiklah. Aku tidak akan mati dengan mudahnya, Letnan Kolonel, dan maafkan perkataanku sebelumnya." Maria tersenyum tipis setelah mendengar ucapan dari atasannya.

Maria segera berlari dengan sangat cepat menuju ke Kota Qal I New, namun ketika dia tiba di puncak sebuah bukit, Kota Qal I New tengah dihujani oleh puluhan rudal balistik dari arah timur laut dan selatan.

"Sial, ini benar-benar plot twist. Padahal pedangku sudah haus darah untuk membantai mereka. Terlebih lagi kesempatanku untuk membunuh Mullah Hamid telah sirna," kata Maria yang diam membisu melihat Kota Qal I New dihujani oleh puluhan rudal oleh Collective Security Organization dan North Atlantic Alliance.

Maria menikmati pemandangan hujan rudal yang telah meratakan Kota tersebut hingga rata dengan tanah. Qal I New telah hancur lebur dan seluruh militan di Kota tersebut telah tewas, namun Maria menangkap sesosok seorang Lelaki yang berpakaian compang-camping yang tengah merangkak keluar meninggalkan Kota yang hancur lebur tersebut.

"Mullah Hamid." Maria segera berlari menuju ke arah targetnya.

Lelaki itu tengah merangkak dengan tubuh yang dipenuhi luka bakar. Serangan tersebut mengagetkannya ketika dia sedang tertidur nyenyak dan tenggelam dalam mimpi indah. Dia tidak menyangka akan seperti ini, meskipun Mullah Hamid beruntung karena dia adalah seorang tiamat shifter yang bisa merubah wujudnya menjadi sesosok monster naga.

"Ini diluar dugaanku. Jika aku bukan tiamat shifter, mungkin aku sudah mati bersama mereka," ujar Lelaki dengan badan yang dipenuhi luka bakar tersebut.

"Kalau kau sudah normal, bertarunglah denganku." Suara perempuan itu terdengar sangat dingin dan berat. "Pedangku sudah tidak sabar untuk memotong Ular terkutuk sepertimu." Maria menodongkan Pedangnya ke lehernya.

"Kalau begitu, kenapa tidak sekarang saja?" kata Mullah Hamid dengan suara pelan sambil menatap Maria yang menodongkan Pedangnya ke arah leher dari sang Mullah. "Kau bisa membunuhku dengan mudah," sambungnya.

"Kau terlalu lemah untuk dibunuh. Aku benci menghadapi Orang yang sangat lemah." Maria memberikan sebotol air mineral enam dengan volume ratus mililiter, sebuah obat dan sebungkus roti rasa keju kepada musuhnya yang lemah. "Pulihkan dirimu dengan cepat, biar aku bisa mencincang Ular busuk seperti dirimu."

Mullah Hamid segera memakan roti rasa keju tersebut dengan begitu lahap. Dia dengan cepat menghabiskan makanan, obat dan minumannya.

"Yang kau berikan itu dari gua Qal I."

"Kau benar," balas Maria. "Aku sudah membunuh mereka semua, sekarang tinggal dirimu."

Mullah Hamid terkekeh mendengar perkataan Maria yang begitu dingin. "Kenapa tidak sekarang saja? Ini adalah kesempatan yang bagus."

"Bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya. Aku harap telingamu masih normal," jawab Maria dingin.

"Kau benar-benar Iblis yang aneh," katanya terkekeh mendengar jawaban Maria yang dingin.

"Bukan urusanmu," balas Maria ketus. "Cepat pulihkan dirimu, biar aku bisa mencincang Ular busuk seperti dirimu."

"Aku mendapatkan kekuatan ini setelah disuntik darah tiamat dan butuh waktu empat jam untuk benar-benar pulih," balasnya dengan nada santai.

"Kalau sudah pulih segera kabari aku. Aku ingin pergi sebentar." Maria melangkakan kakinya menuju ke arah utara, di mana ada sebuah sungai mengalir dan sebuah kebuh yang dipenuhi dengan berbagai macam tanaman yang subur. Maria merebahkan tubuhnya menyandar pada sebuah pohon yang tinggi dan rindang.

Mullah Hamid hanya memandangi kepergian Perempuan tersebut. Dia melangkahkan kakinya menuju ke tempat yang dituju oleh Maria dan kedua mata hijaunya menemukan bahwa musuhnya tengah tertidur.

"Sialan, kau enak sekali tertidur di bawah naungan pohon yang rindang."

.

.

Enam jam telah berlalu, dan langit yang cerah dan biru telah berganti menjadi malam yang gelap dan bertabur pindang disinari oleh rembulan. Perlahan Maria membuka kedua matanya dan di hadapannya Mullah Hamid sedang membakar beberapa ekor ikan.

"Kau sudah bangun. Aku menunggumu selama enam jam," kata Mullah Hamid. "Ada ikan bakar dan makanlah untuk pulihkan kekuatanmu."

Maria begitu kaget bahwa dia telah tertidur selama enam jam lamanya. Dia berteriak, "Kenapa kau tidak membunuku, bukankah itu kesempatan yang sangat bagus?!"

"Menyerang Perempuan yang tengah tertidur adalah tindakan pengecut," balas Mullah Hamid. "Bukankah kau juga memiliki kesempatan yang besar untuk membunuhku," sambungnya sambil memakan Ikan.

Maria terkekeh mendengar ucapan musuhnya, "Sepertinya kita impas."

"Bisa dibilang begitu," katanya. Mullah Hamid menghabiskan seluruh ikannya dan meminum sebotol air. "Apakah kau sudah siap mencincang Ular-" Mullah Hamid begitu kaget ketika Maria menyerangnya.

Perempuan itu menusuk mulut Mullah Hamid yang tengah meminum sebotol air.

"Tunjukkan kekuatanmu yang sesungguhnya," kata Maria dengan seringai jahat yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh Mullah Hamid dialiri dengan kilatan petir berwarna biru dan terjadi sebuah ledakan. Dari tempat ledakan tersebut muncul seekor Naga panjang berwarna coklat tua dengan rambut lebat berwarna kuning telur pada kepala dan keempat kakinya. Monster itu disebut sebagai Vritra. Di saat bersamaan, Maria memanggil warhammer titan untuk menghajar musuhnya yang telah bertransformasi.

"Aku bukanlah naga, tiamat ataupun ular. Aku adalah-" perkataannya terhenti ketika sesosok titan berwarna putih itu menghajar kepalanya dengan palu gada hingga hancur sebagian. Muncul lonjakan batu-batu tajam di area pertarungan tersebut dan menusuk tubuh Naga Vritra.

Mullah Hamid terlontar dari wujud vritranya ke angkasa. Dia kemudian bertransformasi kembali menjadi vritra. Naga itu segera menyerang warhammer titan dengan melilit tubuhnya. Lilitannya semakin kuat sehingga membuat warhammer titan tersebut semakin tidak berdaya.

"Ini adalah akhir dari dirimu, iblis Mecklenburg-Schwerin. Adakah kalimat terakhirmu, hah!"

Lonjakan-lonjakan batu yang begitu tajam muncul dari bawah tanah dan menusuk vritra yang tengah melilit warhammer titan. Mullah Hamid tidak menyangka bahwa Maria akan melakukan serangan bunuh diri. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali, baik itu tubuh vritra-nya maupun tubuh Manusia-nya yang ingin keluar dari tubuh berbentuk seperti naga.

"Sial, aku tak bisa keluar," keluh Mullah Hamid.

"Tubuh Manusia sebagian besarnya adalah air," kata Maria yang sedang mengelus-elus tubuh vritra Mullah Hamid.

"Bagaimana kau bisa?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang kaget.

"Aku tidak seperti yang lainnya. Aku bisa menggunakan warhammer titan dengan keadaan terpisah, alias seperti seorang manusia yang memanggil seekor Familiar," balas Maria. "Kira-kira begitulah mekanisme kekuatan titanku."

Maria mengendalikan darah musuhnya sehingga Mullah Hamid berteriak kesakitan dan teriakannya semakin keras ketika Maria membuat darah musuhnya mendidih. Tekanan yang semakin kuat itu meledak dan menghancurkan tubuhnya. Darahnya yang berwarna hijau, membasahi kawasan tersebut dan mengotorinya.

Tubuh Maria bermandikan oleh darah berwarna hijau gelap. Tatapan matanya tajam layaknya burung elang dan ekspresi wajahnya begitu datar dan dingin.

"Aku Memang Seoang iblis dari Mecklenburg-Schwerin."

.

.

Para Tentara Collective Security Organization yang berjaga begitu terkejut ketika melihat penampilan Maria yang terlihat begitu mengerikan, di mana tubuhnya dibasahi oleh darah berwarna hijau gelap sambil membawa kepala seorang lelaki yang beramburg gondrong dan berjenggot panjang.

"Kepala Mullah Hamid, hadiah untuk Letnan Kolonel Natalya."

Letnan Kolonel Natalya melihat Maria dari balik jendela ruangannya. Ekspresi wajah sang Letnan Kolonel tersebut menggambarkan seseorang yang muak. "Dia benar-benar Iblis."