Chereads / Dunia Petualang / Chapter 5 - Chapter 5. Pengakuan di Desa Jangkuk

Chapter 5 - Chapter 5. Pengakuan di Desa Jangkuk

Setelah mempelajari 4 skill pendukung Alchemy, Blacksmith, Pengrajin dan Penjahit. Zuki membeli buku [Ensiklopedia Alchemist] dengan sisa uangnya.

Buku ini tebal sekali. Buku ini berisi tentang pengetahuan dasar meramu potion, membahas tentang api, dan jenis-jenis bahan potion.

Tetapi yang paling penting adalah kumpulan resep potion basic sampai advanced. Tentu saja, hanya tercantum resep yang beredar luas di masyarakat saja.

Sedangkan untuk profesi lain, hanya ada buku penjelasan bahan dan teori pembuatan saja. Sedangkan resep pembuatan item-nya tidak ada karena skill ini harus dipelajari langsung dari master-nya.

Dari 4 profesi utama, hanya alchemy yang bisa dipelajari secara mandiri.

Di layar system juga ada perubahan, gambar palu dan pil bersilangan tidak lagi berwarna abu-abu, sepertinya sudah aktif dan bisa di tekan.

Saat membuka panel bergambar palu dan pil, layar bertuliskan [Syntesis] terbuka. Dibawah tulisan terdapat gambar kotak-kotak kecil dengan tanda [+] mengelilingi kotak yang lebih besar.

Zuki meletakkan herbal setangkai rumput ajaib dan ginseng liar ke dalam kotak kecil. Di kotak besar muncul gambar salep penyembuh, persis seperti resep yang tertulis di Ensiklopedia Alchemy.

Saat Zuki menekan tombol "Syntesis", 1 buah salep berwarna merah dibuat. Lengkap dengan wadah dan tutupnya.

"Ding! Berhasil membuat 1x [Salep Penyembuh]"

[Salep Penyembuh]

Menghentikan pendarahan dan menutup luka.

Harga: 1 Gold

"Ha ha ha, dengan ini aku bisa jadi juragan obat!"

Saat ini Zuki berada di balai desa. Zuki dan kawan-kawan mendaftar untuk kelas persiapan sebelum masuk akademi. Kelas persiapan sendiri akan diadakan di Desa Jangkuk, jadi Zuki akan bolak-balik dari rumah ke desa. Meskipun ini program militer, pemerintah tidak memberikan akomodasi atau uang saku. Semua ditanggung sendiri, tetapi mengabaikannya akan menjadi kejahatan yang dihukum dengan berat. Hanya yang cacat permanen, penjahat dalam pelarian dan bangsawan yang dibebaskan.

Ada sekitar 100 orang anak yang terdaftar dari 5 desa, termasuk Dusun Tepian dan Desa Jangkuk. Menurut guru sekolah di dusun, di provinsi Lombo saja terdapat hampir 4000 ribu desa dan kota. Sementara terdapat 10 provinsi yang berada di daerah kekuasaan Kerajaan Langko.

Selesai mendaftar, Paman Pintun meminta Zuki dan kawan-kawan untuk menginap di rumah kakek Marin di Desa Jangkuk. Kakek Marin adalah pensiunan militer juga, tetapi jabatannya semasa aktif lebih tinggi dari Paman Pintun. Beliau sanggup membeli rumah di desa.

Sore harinya, setelah selesai menemui Paman Pintun dan mendaftar untuk kelas persiapan. Zuki memisahkan diri dari Marin dan Duke. Zuki menuju luar desa dan mengerjakan Tugas [Latihan Sore] dengan berlari mengelilingi desa beberapa kali putaran.

"Ding! Tugas [Latihan Sore] selesai. Hadiah 50 Exp dan +1 STA."

Saat membuka [Status], Zuki melihat HP bertambah 10 poin. Menjadi total 70 poin.

Sampai disini Zuki mengambil kesimpulan bahwa STA menambah HP, INT menambah mana, STR menambah kekuatan dan AGI sepertinya menambah kegesitan dan kecepatan gerak.

"Ini system yang bagus sekali" renungnya.

"Jika aku menggunakan system dengan baik, aku bisa mencapai cita-citaku menjadi hunter terbaik.

Jembatan merah adalah tempat wisata yang sangat terkenal di Desa Jangku dan sekitarnya, dengan pemandangannya yang indah, apalagi di kala senja, banyak muda-mudi dan mereka yang memadu kasih berkumpul disini.

Berjalan di sepanjang bantaran sungai, mengamati perahu-perahu yang lalu lalang di sungai, sambil memandang mentari yang terbenam di langit barat, menyemai romansa.

Kebetulan sekali, tugas harian "Latihan Sore" Zuki berakhir di sini.

"Ding! Tugas Latihan Sore telah selesai. STA +1"

Sambil menyeka keringat, Zuki mengantri di stan penjual minuman untuk mengobati rasa hausnya.

Tiba-tiba saja terdengar suara orang-orang terkaget dan histeris. Di tengah jembatan terbentuk kerumunan. Sepertinya ada kejadian yang menarik. Melihat orang-orang bergerak ke arah kerumunan, Zuki pun ikut kesana, tidak jadi mengantri.

Ditengah kerumunan, seorang anak berbadan besar sedang berlutut sambil mempersembahkan bunga di depan seorang anak perempuan sepantaran Zuki.

"Eh, itu kan!" Zuki menggosok matanya, seolah tak percaya dengan penglihatannya. Anak berbadan besar itu berwajah seperti Duke tetapi pakaiannya lain sekali. Kelewat rapi, berbeda dengan sehari-harinya.

Dan Marin? Wow, Marin mengenakan rok! Terakhir kali Zuki melihat Marin mengenakan rok adalah sebelum ibu-nya Marin meninggal. Setelah itu, kali ini merupakan yang pertama sejak saat itu.

Duke berlutut dengan satu kaki di depan Marin seraya memberikan bunga yang baru saja dibelinya.

"Marin, aku menyukaimu. Jadikan aku pacarmu!" Serunya dengan suara bergetar dan mata berbinar penuh harap.

"Ok!" Marin, menjawab pendek. Mengambil bunga dari tangan Duke dan berlari kecil ke depan, melewati Duke yang tertegun. Beberapa detik setelah sadar, Duke bangun dan berlari mengejar Marin sambil tertawa senang.

"Ha ha ha, akhirnya!"

Orang-orang yang menonton, bertepuk tangan dan sebagian mengucapkan selamat kepada Duke dan Marin.

"Jleb!"

Zuki terkaget dan mundur selangkah, hampir jatuh dan mengenai orang dibelakangnya. Di dalam hatinya, ada perasaan yang berat sekali, seperti di pencet tangan raksasa. Rasanya sesak sekali.

"Akh! Rupanya seperti ini rasa patah hati", gumamnya dan berbalik arah.