Pagi harinya, sebelum matahari terbit, terlihat sosok kurus sedang melakukan gerakan-gerakan aneh seperti merentangkan tangan, melompat-lompat, meninju-ninju dan gerakan aneh lainnya. Untungnya, tetangga kiri-kanan belum ada yang keluar rumah.
Amina, ibu Zuki yang juga sudah bangun terheran-heran dengan tingkah Zuki, tidak biasanya Zuki seperti ini.
"Zuki, kamu ngapain?"
"Anu ma, latihan badan!"
"Sebentar lagi kan Zuki masuk akademi, makanya Zuki latihan badan mulai sekarang"
Amina tersenyum, lalu menuju dapur sambil menggelengkan kepala.
Lima belas menit kemudian, terdengar suara
"Ding! Tugas harian Latihan Pagi selesai. Hadiah 50 EXP, Attribut Point +1"
Buru-buru Zuki memeriksa status karakternya untuk melihat perubahan yang terjadi.
[Status]
Player: Zuki
Level: 0
Exp: 50/1000
Gold: 10
HP: 50(+50)
MP: 50
STR: 5
STA: 5
INT: 5
AGI: 5
Attribut Point: 1
Ada perubahan di Exp yang semula 0/1000 menjadi 50/1000. Di paling bawah ada baris tambahan, Attribut Point: 1.
Dan di sebelah kanan tulisan STR, STA, INT dan AGI terdapat tanda plus [+].
"Apa yang terjadi kalau aku menenekan tanda [+] ya?"
"Attibut Point baru 1, tunggu nanti sore saja, supaya terlihat perubahannya"
Setelah itu Zuki menuju dapur, ingin membantu Amina menyiapkan sarapan. Tetapi, di pintu dapur Zuki tertegun karena ketika ia melihat ibunya, tampil layar transparan dengan informasi
[Amina Lada]
Level: 15
HP: 2500
"Ha ha ha, mulai sekarang aku bisa melihat status orang lain. Level ibu 15, berarti dia lebih kuat 15 kali dari aku. kenapa? Padahal ibu cuma bekerja di kebun saja"
"Apakah ibu mengerti bela diri?" tanya Zuki dalam hati.
Sehabis sarapan, Zuki berangkat menuju gerbang dusun. Zuki, Marin dan Duke akan berangkat bersama menuju Desa Jangkuk. Kali ini ketika melihat Marin dan Duke, Zuki tidak terkejut lagi ketika tampil layar informasi.
[Duke]
Level: 3
HP: 120
[Marin]
Level: 5
HP 250
Seperti dugaannya, level Duke memang lebih tinggi dari Zuku. Tetapi dibandingkan dengan Marin, ternyata Marin lebih kuat daripada Duke, meski badan Duke lebih besar besar dan ber-otot.
Zuki tahu kalau Marin belajar beladiri kepada ayahnya. Paman Pintun.
Paman Pintun adalah pensiunan militer, dipekerjakan oleh empire sebegai pelatih kelas persiapan di Desa Jangkuk. Sejak ibu Marin meninggal beberapa tahun yang lalu, Paman Pintun minta dipindahkan ke kampung halamannya, Dusun Tepian.
Dari Dusun Tepian ke Desa Jangkuk, jaraknya sekitar 1 jam berjalan kaki dan 20 menit jika berkuda.
Zuki dan kawan-kawan menumpang cidomo, angkutan sejenis kereta yang ditarik jaran. Jaran adalah hewan sejenis kuda, tetapi bertanduk dan 10 kali lebih kuat. Meski lebih lambat dari berkuda, menggunakan cidomo masih lebih cepat daripada berjalan kaki. Dengan cidomo jarak tempuh menjadi 35 menit.
Cidomo mampu mengangkut 8 orang termasuk kusirnya. Belum lagi barang-barang bawaan yang diletakkan di atap dan dilantai kereta.
Zuki berharap tidak ada halangan dijalan, jalan menuju Desa Jangkuk relatif aman. Tidak ada perampok ataupun binatang buas. Tapi apa daya, ketika memasuki 10 menit perjalanan, terdengar auman dari depan. Seekor harimau berwarna hitam belang putih menghalangi jalan.
Empat orang penumpang yang ikut bersama Zuki terlihat gelisah. Mereka buru-buru meraih senjata yang tergantung dipinggang mereka. Satu orang buru-buru memasang busur dan panah.
"Akh!, harimau hitam belang" teriak kusir cidomo.
"Kenapa ada disini?"
"Tenang pak kusir", kata seorang penumpang berbadan kekar, yang sepertinya pemimpin kelompok ini.
"Sembunyi saja di dalam kereta, biar kami yang bereskan!"
Ketika Zuki melihat ke arah harimau hitam, Zuki terkaget. Badan harimau itu sebesar Jaran, otot-ototnya terlihat menggelembung. Satu tanduk kecil di kepalanya terlihat menakutkan. Apalagi, informasi yang ditunjukkan menyertai tanda seru dan berwarna kuning.
[Harimau Hitam Belang]
Level: 5
HP: 400
Tanpa sadar, Zuki meraih busur dipunggungnya, memasang anak panah. Meskipun ke-empat orang penumpang tadi kekar-kekar dan nampak berpengalaman, nasib buruk tidak bisa ditebak.
Pemimpin kelompok tadi mengangkat pedang besar yang digunakannya di atas kepala, dua orang rekannya bersiap di samping kiri dan kanan. Sedangkan pemanah, melepaskan anak panahnya, mengarah ke arah mata, bagian terlemah. Sayang, sekali tepis, panah yang ditembakkan patah.
Tembakan panah membuat harimau hitam belang semakin marah, tiba-tiba ia berlari kencang dan begitu dekat, ia melompat ke arah pemimpin kelompok.
Selagi, fokus mereka tersedot oleh harimau hitam belang. Marin mengingatkan Zuki dan Duke.
"Lihat, ada dua harimau lagi di kiri dan kanan. Awas!"
Ternyata ini serangan jepit. Dari depan, kiri dan kanan. Hanya saja, harimau yang menyerang dari kiri dan kanan nampak lebih lemah daripada harimau hitam belang.
[Harimau Muda]
Level: 3
HP: 200
Tanpa diminta, Zuki melepaskan anak panah, menembak harimau sebelah kanan. Sedangkan Marin dan Duke ikut menyerang harimau sebelah kiri.
Karena peringatan Marin, penumpang di sebelah kiri dan kanan tersdar dan sempat berguling, menghindar dari terkaman. Sayangnya, meski panah Zuki berhasil mengenai harimau, HP darimau hanya berkurang 30 poin saja. Lagipula, meskipun pemimpin kelompok penumpang juga berhasil menghindari serangan jepit. Serangan dari depan tidak bisa hindari dengan tepat. Punggungnya tercakar. Meskipun demikian, perut harimau hitam belang berhasil dilukai.
"Akh!"
Tanpa mempedulikan rasa sakitnya, ketua kelompok menyabetkan pedang besarnya ke kaki belakang harimau belang.
"Tak!", kaki belakang harimau belang tersayat. Darah mengucur.
Meskipun terpincang, harimau belang tidak menyerah. Cakar kanannya meraih leher penumpang sebelah kiri yang kebetulan berguling ke arah harimau hitam.
"Bret!" Leher penumpang sebelah kiri robek besar, tubuhnya lunglai tanpa daya.
Melihat itu, penumpang yang masih hidup menjadi semakin beringas. Penumpang sebelah kanan berhasil menusuk harimau muda di perutnya, sementara panah Zuki ikut bersarang di leher harimau itu. Kali ini Zuki menggunakan skill [Double Attack], menggunakan seluruh mana yang dimilikinya.
"Ding! Player berhasil membunuh [Harimau Muda], hadiah 300 EXP dan 2 gold coin"
Melihat itu Zuki tersenyum, bukan karena mensyukuri kematian, tetapi menemukan cara untuk meningkatkan levelnya lebih cepat.
Segera, Zuki menyiapkan panah dan menembakkannya ke harimau muda yang satu lagi. Kali ini, panah mengenai tubuh harimau itu dan harimau itu terkpar mati. Dua anak panah terlihat bersarang di matanya dan sebatang pedang menembus lehernya.
"Ding! Player berhasil membantu membunuh [Harimau Muda], hadiah 50 EXP"
Nampaknya, hadiah dari membunuh monster, tidak sama. Tergantung damage yang dihasilkan.
Sementara itu, ketua kelompok masih bertarung dengan harimau hitam belang. Zuki mengambil potion berwarna ungu dari [Tas], langsung meminum semuanya.
Tak lama, mana Zuki kembali penuh. Kali ini menggunakan [Double Attack] Zuki mengarahkan panahnya ke leher harimau hitam belang.
Melihat kawan-kawannya mati, harimau hitam belang menjadi semakin nekad. Tanpa mempedulikan serangan lain, harimau hitam melompat, menerkam ketua kelompok. Cakarnya berhasil menancap di leher dan dada ketua kelompok, sementara pedang besar mencancap di perutnya, tembus sampai ke punggung. Beberapa anak panah melesat, menancap di sekujur tubuhnya.
bahkan, salah satu anak panah berhasil menembus mata kanan harimau hitam belang, tembus mencapai otaknya. Harimau hitam belang menghembuskan nafas terakhirnya dengan membawa nyawa ketua kelompok bersamanya.
"Ding! Player berhasil membunuh [Harimau Hitam Belang], hadiah 700 EXP dan 5 gold coin"
"Ding! player naik level. Hadiah attribut point: 3"
"Akh, ketua!" terdengar teriakan dari penumpang yang tersisa. meskipun berhasil membunuh harimau hitam belang dan harimau muda, mereka harus kehilangan dua rekan mereka.
Setelah menguburkan rekan mereka, kami melanjutkan perjalanan, dengan tambahan tiga kulit dan daging harimau.
Meskipun sedih, mereka tidak kehilangan akal sehat.
Mereka menguliti dan memotong harimau, membawanya ke Desa jangkuk untuk dijual.
Beginilah dunia rimba, siapa kuat dia menang. Tak perlu lama-lama bersedih apalagi sentimental.
Perjalanan selanjutnya tidak ada gangguan sama sekali. Tak lama, cidomo sampai di Desa Jangkuk.
Penumpang tadi menurunkan bawaannya. Beberapa orang terlihat sudah menunggu mereka.
Salah seorang yang berpakaian agak mentereng dan memegang kipas, bertanya
"Mana anak harimaunya?"
Zuki dan kawan-kawan tertegun.