Tanpa sengaja dia menabrak seseorang, barangnya berserakan, Laras membantu.
"Aku minta maaf," ujarnya menaikan wajah.
"Laras?"
"A ... Andika?" tanya Laras dia mengangguk, keduanya berdiri Laras memberikan barang belajaannya.
"Lama kita tidak bertemu,bagaimana kabarmu?" tanya Dika.
"Alhamdulillah baik, kamu? Wah ... kayaknya sudah punya baby nih?" tanya Laras melihat barang belanjaan milik Dika yang terdapat popok dan susu batita.
"Kata siapa aku masih bujang tau, dari dulu aku nunggu kamu, eh kamu keluar Negri, nanti malam aku kerumahmu ya," jelasnya, Laras mengangguk.
"Ras ... aku akan melamarmu nanti malam," imbuhnya, Laras terkejut.
"Aku sungguhan aku sudah menunggu sejak lama, akhirnya bisa ketemu juga,tunggu aku ya," ujarnya berjalan cepat masukke mobil.
Tidak biasanya Laras seperti itu dia hanya mematung dan mengangguk.
"Dika ... teman SMP dan SMA semakin tampan, aduh Laras kendalikan dirimu," gumamnya lalu masuk untuk mengisi formulir.
Tidak lama dia pun pulang setelah solat magrib dan isya' dia asik menonton senetron dan lupa kalau Dika akan datang.
Setelah beberapa saat akhirnya ada yang mengetuk pintu, "Assalamualaikum," ujarnya, Laras berlari ke kamar memakai sedikit bedak lalu keluar.
Ibunya menyambut pemuda itu.
"Wa'alaikumsalam, Lo ... Dika kan?" tanya wanita paruh baya itu, Dika tersenyum.
"Iya Bu ... lama ya tidak kemari aku,Ibu sehatkan?" tanya Dika ramah.
"Alhamdulillah baik, sini masuk," ajak Ibunya Laras. Laras keluar dari kamar pesonanya sangat memikat walau sederhana solekannya namun dia sangat anggun.
"Hai ..." Dika terpaku menyaksikan bidadari dunia berdiri di depannya.
"Duduk ... jangan melamun," titah Laras lalu ke dapur, Dika menuntun Ibunya Laras untuk duduk.
'Sepertinya Andika cocok untuk Laras, tapi ... kayaknya dia sudah menikah deh, dia apa abangnya ya waktu itu yang aku kondangan,' batin Ibu. 'Ah ... paling Abangnya.'
"Bu ... saya ada perlu, saya tidak akan basa-basi lebih lama lagi, saya hendak melamar Laras, sudah lama saya ada hati dengan putri Ibu, namun karna Laras pergi jadi saja mundur, kali ini apa Laras sudah ada pria lain? Kalau belum ada saya akan menyamlaikan niat baik saya, Bu ... izinkan saya melamar putri Ibu, menjadikan dia istri saya, ya Bu ... apa boleh, saya ... ngobrol bentar sama laras, pumpung masih jam tujuh apa saya boleh mengajak Laras jalan-jalan sebentar membelikan makanan untuk Ibu," jelasnya membuat ibunya Laras terkejut.
"Kalau Laras mau boleh kok," jawaban dari Ibu, Andika tersenyum, Laras keluar dari dapur.
'Ya Allah ... semoga dengan ini Andika benar bisa membuka hati Laras, agar Laras mau di jadikan istri olehnya,' batin Ibunya sangant senang melihat Laras yang terlihat berseri.
"Silahkan diminum," Laras meletakkan langser, Andika segera minum sampai habis.
'Gila nih, kan panas, apa lidahnya mati rasa,' batin Laras.
"Ras, aku sudah pamitkan ke Ibu, aku akan mengajakmu keluar sebentar satu jam saja, aku akan mengembalikanmu ke Ibu nanti jam setengah sembilan, maukan?" tanya Andika. Larasmenoleh ke Ibunya, Ibunya mengangguk, Laras tersenyum manis.
Mereka keluar dan naik mobil, mobil avanza warna putih itu menjadi tempat mereka untuk berduaan, Andika menancap gas melaju pelan.
Gadis dengan hijab biru langit ini merasa gugup dan campuraduk, sesekali dia meneguk ludah tidak percaya jika teman SMP dan SMAnya ini mengajak dinner.
"Kerja apa sekarang?" tanya Laras membuka perbincangan.
"Masang pelavon, masang horden dan toki bangunan sebelah sana itu milikku," jelasnya menunjuk, Laras melihat dengan mobil yang masih berjalan.
"Wih ... keren ya, kamu nggak malu nanti jika bersanding denganku? Aku hanya tenaga kerja lo, rumah aku juga sudah minta dibenerin," jelas Laras.
"Nanti aku suruh orang untuk merehap rumah calon istriku," ujar Dika santai.
"Ah ... tidak mau, kalau sudah nikah baru boleh, aku tidak mau dibilang matre," jelasnya.