Ketidak beruntungan sudah di rasa Halwa sejak kecil, karena Ibunya sudah meninggal. Kini ia merasa sangat istimewa karena memiliki suami yang sangat amat mencintainya.
Kesibukan dalam pondok pesantren membuat dia jarang bertemu Hasan. Karena dia juga sangat cantik. Dia menjadi idaman di pondok. Dia merendah diri sampai memakai cadar untuk menutupi wajahnya.
Manusia hidup bersama karena saling membutuhkan saling menyayangi dan mengasihi, di dalam penjara suci para santri tidak bebas.
Kedamain yang terbentuk karena sesama keluarga saling, percaya dan memberi kenyamanan, mereka juga bersikap baik, biasanya orang memiliki watak yang berbeda-beda, ada yang mudah marah, mudah tersinggung, ada ceplas-ceplos dengan cara bicaranya, namun kesalah faham tak terjadi karena saling pergertian mungkin karena usia juga.
Hasan di sibukkan dengan kegiatan di pondok juga. Dia merasa cemburu ketika santri putra membicarakan kecantikan Halwa.
Saat itu santri sedang membicarakan putra Kiai yang sangat bandel.
"Jika dapat teruguran pasti dia jera dan taubat, dia terlalu urakan Kang! Rusak! Apapun di lakukan, Kiai datang untuk ganti rugi ke tetangga, di usia seperti ini hanya ingin lihat anak cucu dalam kehidupan baik. Saleh dan salehah lalu bisa melanjutkan pondok ini. Heh ... Kiai pasti sedih." Hembusan nafas berat dari Kang Ahmad santri senior terdengar menyakitkan bagi Hasan.
Ada mobil polisi datang.
"Saya sudah iklas, jika dia perlu di hukum lewat penjara, saya juga terima karna dia berbuat salah, apapun yang terbaik yang dapat membuatnya tobat, hingga tidak berbuat jahat lagi," ujar Kiai paarah. Karena mengenal tingkah dari putranya.
Setelah melihat itu para santri sangat terharu. Hasan sangat ingin menemui Halwa namun dia menahan diri.
"Sayang ...." panggil Halwa dari sebuah kotak muhrim. Hasan tersenyum bahagia dan segera menghampiri Halwa.
Tempat itu mungkin sangat sempit. Hasan duduk di tempat muhrim. Untuk sejenak keduanya melepaskan rindu.
Hasan memegang tangan Halwa. "Aku harus bagaimana? Rasanya aku terbakar cemburu." Hasan bingung ia menyandarkan kepalanya ke pundak Halwa, walau sangat tak nyaman, tapi itu yang diinginkan Hasan.
"Kita pamit. Lalu kita ngobrol di rumah," ajak Halwa. Hasan berpamitan kepada Kiai. Hasan dan Halwa pun pulang.
"Hai Kak aku merindukanmu lagi, rindu ini sangat dalam aku menangis dan sakit. Kamu di sana baik-baik saja. Biar aku saja yang menangis kamu jangan sampai menangis ya. Aku tahu kamu mencariku. Aku tahu juga kamu dihina sama santri yang tidak suka denganmu. Hempaskan saja hinaan itu kelautan. Jangan sampai dimasukkan hati. Dia itu memang Kakek peyot. Walaupun wajahnya muda hatinya hitam. Maafkan aku yang tidak bisa menemuimu dan tidak bisa melindungimu dari hinaan. Tapi aku yakin kamu Tegar Kamu tidak akan menangis karena ucapan itu. Kamu adalah laki-laki terhebat. Sekarang akan ku ungkapkan Kenapa aku tidak melindungimu dan tidak membelamu ketika kamu dihina. Sekarang aku akan membuat pengakuan jujur. Dan aku memang harus jujur mengakuinya. Kak Hasan. Kamu percaya kematian. Kematian itu pasti dan ada. Aku menghindarimu. Karena aku merasa hidupku sudah tidak panjang lagi. Namun sebelum itu. Aku selalu menyaksikanmu dan mengamati mu dari kejauhan. Dari kelas madin aku mencari wajah suamiku. Mana bisa aku tidak mencintaimu. Bisa dengan mudah aku melupakanmu. Sedang pesonamu selalu membuat aku tersipu. Kak Hasan. Terkadang ada hujan dan terkadang ada terang. Memang terkadang rencana Tuhan lain. Aku Pasrah aja dengan rencanaNya. Apa kau tahu aku sudah hafal surat-surat pendek Al Quran. Rasanya sangat bangga walaupun hanya surat-surat pendek. Apa kau bisa mencintaiku?" tanya Halwa.
"Bagaimana lagi. Aku sangat mencintaimu Halwa. Sayang kamu tidak boleh banyak fikiran," kata itu tiba-tiba terucap, Halwa meletakkan botol minuman hangat lalu memeluk mertuanya tak lama melepasnya, mereka duduk bersama.
"Kamu istimewa bagi Ayahku. Kak Hasan, terima kasih kamu sudah membantuku dan Ayah." Halwa memandang suaminya dan sangat ingin di manja.
"Aku sangat bahagia, mempunyai Mertua yang amat baik padaku, terima kasih, aku merasa istimewa, memiliki mertua seperti Ayah. Halwa mengecup punggung tangan tangan Hasan dengan matanya berkaca-kaca, sentuhan halus dari Hasan membelai kepala Halwa.
"Kak. Aku mendengar. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta'ala membeberkan rahasia kepada kaum Muslimin tentang kiat membentengi diri dari perbuatan zina. Di dalam buku Bidayatul Hidayah, beliau menjelaskan tiga hal yang jika dilakukan, maka seseorang akan terjaga dari zina. Dengan izin Allah Ta'ala.
Keberhasilan menjaga alat itu, bergantung pada keberhasilan menjaga mata dari memandang sesuatu yang diharamkan, menjaga hati dari berpikir negatif, dan menjaga perut dari sesuatu yang syubhat serta terlalu kenyang. Sebab itu semua (tiga hal tersebut) dapat menggerakkan nafsu," tutur Imam al Ghazali menjelaskan.
Pandangan yang tidak terjaga. Hati yang kotor. Dan perut yang terlalu kenyang. Itulah tiga sebab yang mengantarkan seseorang menuju zina nan keji.
Bermula dari mata ketika melihat sesuatu yang haram, lalu dituruti hingga nafsu bangkit. Nafsu akan semakin besar ketika apa yang terlihat dibayangkan. Kemudian lantaran terlalu kenyang, nafsu akan semakin menguat hingga seseorang benar-benar terjerumus dalam perbuatan zina.
Mari menjaga diri. Insya Allah, Allah Ta'ala akan menjaga kita. Mari membatasi diri dengan yang halal dan jangan sedikit pun menyentuh yang haram.
Dan orang orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, dan beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." [al-Furqan/25: 68-70] Bahaya Zina Saudaraku sesama Muslim, camkanlah bahwa perbuatan zina sangat besar bahayanya.
Di antaranya[3]: Menghilangkan kemaslahatan alam. Maksiat yang melemahkan pengagungan terhadap Allâh . Maksiat yang menyebabkan Allâh mengabaikan hamba-Nya. Maksiat yang mengeluarkan hamba dari wilayah ihsan. Menyebabkan tercampurnya nasab (keturunan). Menyebabkan kehancuran rumah tangga. Membawa kerusakan dunia dan agama si pelaku. Membawa siksa di kuburnya dan diancam masuk Banyak kehormatan yang terinjak-injak dan terjadinya kezhaliman. Menyebabkan kefakiran dan rizki tidak barokah. Memendekkan umur. Menghitamkan wajah Mencerai-beraikan hati dan membuat hati menjadi sakit. Mendatangkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan hati. Menghilangkan kebaikan dan amal taat. Menghilangkan nikmat dan mendatangkan adzab. Memalingkan hati dari istiqa Menjadikan pelakunya berada dalam tawanan setan dan penjara syahwat. Menjatuhkan derajat dan kedudukannya di sisi Allâh dan di sisi makhluk-Nya. Melemahkan fungsi akal. Menghapus keberkahan agama dan dunia. Memutuskan hubungan hamba dengan Rabb-nya. Menyebabkan berbagai makhluk berani mengganggu pelakunya.
Maksiat adalah bantuan manusia kepada musuhnya, yaitu setan. Menyebabkan hamba melupakan dan melalaikan diri sendiri dan keluarganya. Menghambat perjalanan hati menuju kepada Allah. Malaikat-malaikat rahmat akan menjauh darinya. Mendekatkan kepada setan-setan yang terlaknat. Menjerumuskan kepada seburuk-buruk maksiat. Menghilangkan rasa malu.