Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 22 - Dasar Bodoh!

Chapter 22 - Dasar Bodoh!

"Aaarrrrrggghhhh!"

Lisa mundur, dia rapatkan lagi handuk besarnya, tadi seingatnya tidak ada bekas apapun saat dia mandi, mendadak dia menemukan semua bekas merah di sekujur tubuhnya yang tentu saja itu hasil karya sang suami.

Tap, tap, tap ....

"Ica, ada apa? Siapa yang masuk sembarangan ke rumah ini?" Gio masuk ke kamar ganti, satu tangannya membawa penebah dan pemukul golf. "Mana, Ica? Mana orangnya?"

Mana orangnya, kepalamu!

Ini bekasnya ada di tubuhku dan pelakunya itu kamu!

Lisa rapatkan handuknya sekali lagi, dia biarkan Gio memeriksa seisi ruangan sampai mereka berhadapan.

"Ica, kenapa?" dia peluk istrinya, membuat Lisa berdiri di balik punggungnya, seolah dia melindungi. "Ica, ada aku, tenang saja!"

Lisa menurut, dia sembunyi, biar saja seperti orang gila, padahal pelakunya ya Gio sendiri.

"Ica-"

"Sayang, sudah!"

"Apanya ya sudah?" Masih mengawasi di sekitarnya, dia siap maju bila ada yang mencoba mendekati dan membahayakan Lisa. "Ica!"

"Gi, sayang!" Lisa buka handuknya, biar dilihat sekalian oleh suaminya apa yang terjadi di tubuh penuh pujaan itu. "Aku-"

"Kamu menggoda aku, Ica?"

Lisa tutup lagi, "Bukan itu, aku berteriak karena bekas merah ini, kenapa bisa ada, Gi?"

"Oh, ahahahahahah ...." Gio tertawa sekencang mungkin, sampai dia duduk dan tak bisa menahan sakit perut akibat tawa yang membuncah. "Sini, Ica!"

Lisa menjauh, tidak mau mendekat, sekali dia mendekat maka habislah dia.

"Ica, ke sini!" titahnya lagi.

"Ica!"

Tidak mau!

Lisa masih mempertahankan apa yang menjadi miliknya, mendekap tubuhnya sendiri lantas menjauh, memakai cepat baju santainya karena hari ini dia libur tanggal merah, secepat kilat Lisa berlari ke luar kamar ganti itu, tidak peduli suaminya memanggil berulang kali dengan suara kencangnya itu.

"Ica!"

Masa bodoh, suami jahat!

"Ica!"

Tidak mau, kamu omnivora!

"Ica!"

Tidak mau, aku sayang tubuhku!

"Ica, kalau aku murka, kamu dosa!"

Berhenti, Lisa urungkan membuka pintu kamarnya, berjalan mundur kembali ke ruang ganti, wajahnya memelas pada Gio yang sudah membuka kancing bajunya itu.

Cukup, semalam dia merancauh dan ini akibatnya, salah sendiri dia sendu setelah dari rumah sakit, terlalu sendunya sampai bisa diperdaya Gio dan bekas ini begitu banyak, dia pastikan tidak bisa ke luar rumah, malu.

"Gi, ampun, jangan ya!"

"Ahahahahahah, memangnya mau apa?" Gio bangun, dia berdecak. "Ingat tidak semalam siapa yang meminta jatah, hah?"

Aarghh, aku yang salah.

"Ica, ingat tidak siapa yang semalam meluk-meluk minta dicium?"

Iya, aku!

"Ica, kenapa tidak dijawab, kamu malu, hem?" Gio tarik pinggang itu, menempel sempurna di tubuhnya, membuat Lisa terperangkap. "Ica-" dia bingkai garis wajah Lisa. "Ingat tidak semalam siapa yang melarang aku ke mana-mana, maunya aku temani dan mengatakan kalau aku itu cinta matimu, hem?"

Apa!

Tidak mungkin aku mengatakan begitu!

Tidak mungkin kan aku bilang cinta? Tidak mungkin.

Lisa raup udara sebanyak mungkin, bibirnya habis dilahap.

"Hari ini, aku tidak akan ke mana-mana, Ica. Akan aku penuhi semua yang kamu minta semalam, apa mau aku cintai juga, hem?"

Aarrrghh, itu tidak mungkin!

"Ica, kamu tuli?"

"Ti-tidak, Gi. Aku bisa mendengar dengan baik."

"Kalau begitu, kamu tahu kan tadi aku tanya apa, Ica?"

Lisa mengangguk, dia langsung peluk sama Gio, tidak melakukan apapun selain berpelukan, dia rasa ini cara paling aman menenangkan suaminya, satu lagi, dia tak akan membahas siapapun, terutama laki-laki, bisa mati dia dipelukan Gio.

"Gi-" tubuhnya melayang. "Mau apa?"

"Terserah aku, Ica!"

Kan, bisa apa kalau begini, Lisa ikuti saja, lagipula dia benar-benar takut semalam kalau dia terbangun dan suaminya bersama wanita lain atau mungkin tidak tertarik lagi kepadanya.

"Gi," panggilnya.

"Hem." sudah sibuk dengan yang dia suka.

***

Urusan Ares masih saja mengganggu pikirannya, Andreas sudah mengatakan kalau semua akan baik-baik saja dan Ares tidak akan mengganggu Lisa, terlebih lagi kalau sampai Eva datang, itu hal yang sangat tidak mungkin.

Namun, Gio masih saja khawatir, dia tak hanya mengantarkan Lisa di depan, melainkan ikut masuk saat Lisa sudah aktif bekerja.

"Jangan tanya kenapa dia mengantarku sampai ke depan ruangan!" Lisa berikan peringatan pada Renata.

"Memangnya kenapa? Apa yang terjadi? Dia cemburu pada siapa?"

"Ren-" Lisa perhatikan, Gio sudah berjalan ke ruangan Andreas. "Dia itu, astaga aku malu mengatakannya, bagaimana bisa dia cemburu pada anak baru yang magang itu!"

"Siapa?" dia ingat-ingat. "Ares, maksudmu?"

Lisa mengangguk, dia menjatuhkan kepalanya ke meja, tidak tahu harus apa lagi dengan suaminya itu, padahal seharian kemarin dia dan Gio di kamar tidak ke luar sama sekali, yang mereka lakukan hanya mandi dan tidur lagi.

Bahkan, Gio membuatnya gila karena mengeluh senjatanya tidak bisa tegak lagi, astaga dia bisa gila dibuat suaminya itu.

"Gio berubah entah karena apa, aku sendiri tidak tahu, Ren. Dia mendadak mengajakku program kehamilan, lalu dia cemas masalah Andreas, dia cemas masalah Ares, dia cemas masalah kesuburannya, dia tidak seperti Gio biasanya. Satu lagi, Gio benar-benar menginginkan anak dariku, kamu tahu kan itu hal yang mustahil selama kami menikah, Ren!"

Renata mengangguk, hari ini pun tatapan mata Gio berubah pada Lisa, ada rasa yang berat dan tak bisa Gio katakan pada Lisa sampai harus dia jaga begitu.

"Lisa, jangan-jangan dia jatuh cinta padamu," ujar Renata menyimpulkan.

Duar!

"Tidak mungkin!"

"Kenapa kamu berkata begitu?"

Lisa duduk tegak, menyandarkan punggungnya ke punggung kursi, sementara Renata duduk di meja kerjanya.

"Dia bilang kemarin malam aku merancauh minta agar dia mencintai aku, lalu aku tanya apa dia akan melakukan dan mempunyai rasa itu, kamu tahu dia menjawab apa, Ren?"

"Apa yang dia katakan?"

Lisa tepuk keningnya berulang kali, dia mau memberikan penghargaan pada suaminya sebagai manusia paling menjengkelkan di muka bumi ini.

"Dia bilang, berikan aku anak dulu, Ica, berikan aku anak!" Lisa menirukan gaya Gio. "Dia meminta aku mengandung anaknya, baru dia pastikan kalau dia cinta atau tidak padaku, Ren. Coba, aku yang takut saat aku hamil anaknya, lalu Eva datang, apa yang harus aku lakukan?" Lisa kembali dilanda ketakutan. "Aku takut Gio pergi meninggalkan aku, Ren. Bahkan, seharian kemarin aku menangis di depannya karena aku takut dia pergi meninggalkan aku." Lisa terisak.

Renata tenangkan temannya itu, sementara tanpa mereka sadari, Gio berdiri di pintu ruangan Lisa, di tangannya ada semangkok salad buah hasil rampokannya pada Andreas.

"Dasar bodoh, apa dia tidak tahu kalau aku jauh lebih mencintainya, bodoh sekali dia!" gumam Gio.

Tok, tok, tok.

"Ica, jadi begitu kelakuanmu di kantor, memeluk selain aku?"

Sial, Renata segera menjauh, hampir dia terjungkal karena kaget.