Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 28 - Surat Pengunduran Diri

Chapter 28 - Surat Pengunduran Diri

Renata menganga mendengar pengakuan Lisa pagi ini, memangnya ini kantor siapanya Lisa sampai bisa mau mengundurkan diri dalam waktu harian, bahkan kalau menurut kesepakatan yang ada, mereka yang mengundurkan diri harusnya memberi kabar satu bulan sebelum itu, perusahaan akan mencari ganti untuk mereka ajari, baru mengeluarkan semua kompensasi untuk karyawan yang akan resign.

"Siapa lagi yang berulah kalau bukan suamiku, Ren!" Lisa bahkan masih mendekap surat pengunduran dirinya.

"Yang benar saja, aku sama siapa setelah ini, hah? Apa dia tidak mau istrinya bekerja di sini saja, lagipula di rumah akan membuat istri seperti selimut baru dicuci, lembab dan kusut, kamu bisa kan merayu dia, Lis?!"

"Percuma, mau dirayu seperti apa, memangnya kamu pernah melihat dan mendengar aku menang melawan dia, memang dia masih muda, tapi dia berkuasa dan aku lebihnya lagi tidak bisa melawannya, dia itu menantu kesayangan di rumahku tahu!" kalau saja dia bisa tentu dari jaman bahula dia akan melawan Gio.

Andreas belum juga tiba, entah Andreas sudah tahu atau belum akan niat terselubung suami Lisa itu, yang jelas surat pengunduran diri Lisa sudah ada di sini, siap untuk dia serahkan padanya, Lisa akan terima kasih kalau Andreas mengizinkannya bekerja satu bulan lagi, jujur dia tidak siap menjadi selimut setengah basah di rumah, mana dia ada maid, hal gila apa yang suaminya putuskan itu.

Tadi pagi sebelum pergi bekerja,

Lisa kalungkan dasi yang sudah jadi itu, tinggal pasang karena dia berhasil menemukan toko dasi instan yang sesuai dengan suaminya, mata Gio terus mengintai dirinya yang mencuri pandang.

Dia tengah datang bulan, Gio akan sensi kalau Lisa datang bulan.

Kebalik memang, seharusnya Lisa yang sensitif, tapi ini Gio yang sensitif karena dia kalau rindu tak bisa melakukan hal yang dia suka pada Lisa, membuka celana Lisa akan dilarang keras oleh istrinya, bahkan Gio memeriksa sendiri untuk memastikan Lisa benar-benar datang bulan atau hanya menghindarinya.

"Obat yang dari dokter itu aku benci!"

"Loh, apa sih, Gi?" Lisa mengesah pelan. "Kan itu obat untuk menyuburkan rahim aku dan memperlancar datang bulan, kenapa dibenci?"

"Ya iya, waktunya aku mau buat, dia malah bikin kamu datang bulan, aku benci, seharusnya kamu tidak minum itu, Ica!"

"Kalau tidak minum, nanti bulan depan tidak bisa program, makanya harus aku minum, sabar dong!"

"Mana bisa aku sabar kalau aku sering lihat kamu?"

"Yasudah, biarin aku kerja saja ya, jangan-"

"Tidak, kamu harus mengundurkan diri sekarang dan hari ini kamu harus terakhir kali bekerja, besok kamu sudah menjadi ibu rumah tangga!"

Duar!

Lisa ingin merapatkan dasi itu saja, sekalian dia cekik kalau menyebalkan seperti ini, sudah obat dokter itu dibenci, sekarang ganti lagi mau meminta dia mengundurkan diri dalam waktu satu hari.

"Gi, aku kan harus bilang dulu sama pak Andreas teman kamu itu, terus kamu tahu kan kalau ke luar kerja itu apa saja yang harus dilakukan, mana bisa satu hari?"

"Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu besok harus jadi ibu rumah tangga, mau aku ajak ke rumah orang tuamu!"

Lisa sebal, "Kenapa tidak ke rumah mama saja, hem?" dia tahu suaminya akan marah kalau membahas ini.

Gio benar-benar mengubah mimik wajahnya, membahas rumah aslinya akan membuat dia kesal dan sampai sekarang mana dia tahu penyebabnya, kenapa rumah itu dibenci dan hubungan Gio bersama orang tua juga kedua saudaranya renggang, itu kenapa, padahal Gio nanti juga akan mewarisi perusahaan itu, bekerja sama dengan mereka semua, kalau kakaknya sudah pada menikah, maka dia akan mengajari anak dan keponakannya, pusing sendiri Lisa memikirkan hal itu.

Tugasnya hari ini sudah berat, yakni dia harus mengundurkan diri dalam satu hari.

***

"Gio benar-benar melakukan ini?" Andreas berdecak di depan Lisa yang sudah mau mencakar wajahnya karena malu. "Aku kira dia hanya bercanda menelponku pagi tadi soal pengunduran dirimu, kenapa tidak betah di sini, Lisa?"

Heh, bukannya aku tidak betah, tapi temanmu yang aneh itu yang melarangku bekerja.

Kalau bisa jelas akan Lisa jawab seperti itu, sayangnya dia tidak bisa, aahahahaha.

"Aku hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, tapi Pak ... saya tidak keberatan kalau harus menunggu ada pengganti di kantor ini, saya akan siap-"

Andreas akan satu tangannya, dia bergeleng seolah tak ada kesempatan bagi pekerja kurang ajar seperti Lisa.

"Aku rasa kau bisa ke luar hari ini, tidak perlu menunggu ganti atau mengajarinya."

"Heuh, kenapa bisa begitu, Pak?" dia mau bekerja, tolong dukung dia.

"Aku akan lebih rugi kalau bertengkar dengan suamimu daripada membayar kompensasimu selama bekerja di sini, Lisa. Jadi, lebih baik sore ini pulang dan jadilah ibu rumah tangga yang baik esok hari!"

Heh, boleh tidak aku mencekik suami dan pria di depanku ini!

Geram-geram Lisa ke luar dari ruangan Andreas, dia yakin sebelum ini Gio sudah menghubungi Andreas dan mengancam, kedua tangannya terkepal, dia masih mau bekerja, bahkan dia masih belum puas memegang komputer dan bercanda dengan Renata.

Brak!

Renata mau terjungkal, "Yang benar?"

"Iya, sudah jangan banyak tanya lagi, ayo makan bersama siang ini, aku resmi tidak bekerja, aku traktir kamu sebagai kenangan pertemanan kita." Lisa lemas, sudah seperti mau berpisah dunia dan akhirat saja dia.

Hal yang sulit dipercaya, dalam sekejap dia menjadi pekerja, lalu dia menjadi istri seorang duda, lalu dia harus menjadi istri yang bucin pada suaminya, sekarang dia harus menjadi ibu rumah tangga tanpa banyak pilihan.

Mau tidak mau Renata nikmati sajian perpisahan mereka itu, biar saja siang ini Lisa agak melawan suaminya, dia makan di luar kantor dan dia mengajak teman satu ruangan termasuk anak magang yang bernama Ares itu, persetan dengan suaminya.

Renata yang takut, dia cemas kalau mendadak duda muda itu, maksudnya Gio tiba dan mengejutkan mereka semua sampai mie ayam itu ke luar kembali beserta isian perut, pasti akan ada drama rumah tangga mengasikkan di sini.

"Kenapa Kakak ke luar dari pekerjaan?" Ares merasa perlu bertanya masalah ini pada Lisa, dia takut karena kehadirannya, padahal waktu itu Gio sudah baik padanya. "Apa karena aku ada di sini?"

"Tidak, tidak ada hubungannya dengan kamu. Aku dan suamiku mau program punya anak, dia mau aku di rumah dan bisa ikut dia kalau bekerja di luar kota. Jangan berpikiran buruk ya!" Lisa pandang hangat Ares.

Ares mengangguk, dia tampak lega mendengarnya, "Aku senang sekali kalau punya kakak sepertimu, Kak Lisa. Sayang sekali kakakku tak sebaik kamu."

Loh, kenapa memang dengan Eva?