Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 27 - Fokus Membuatnya

Chapter 27 - Fokus Membuatnya

"Jadi, kamu sekarang mau aku di rumah sama bik Nur, Gi?" Lisa kejar suaminya.

Gio mengangguk, sengaja dia siapkan di rumahnya ini, selain ada maid, juga ada penjaga, dalam sekejap dia ubah semuanya untuk Lisa, tidak lain karena Gio tak mau kalau sampai kakaknya atau Eva datang ke sini menghancurkan mental Lisa.

Apa!

Lisa melotot, dia rapatkan bajunya, tadi begitu Gio berbalik langsung saja dibuka dan tak melepaskan dia sama sekali sampai banyak bekas merah di atas dada, begitu terus yang Gio lakukan penuh dengan ketidak jelasan.

"Kamu mau aku juga resign? Gi, kan kamu tahu itu pekerjaan yang aku dapatkan susah payah, itu juga aku bisa penuhin kebutuhan rumah ibu dan ay-"

Gio bekap mulut itu dengan tangannya, "Ica, suamimu itu bukan pengangguran, dia masih punya kedudukan yang bisa mencukupi semuanya, termasuk keluarga kamu!" dia cium lagi leher Lisa sampai istrinya geli sendiri. "Bilang sama Andreas besok kalau kamu resign kerja!"

"Tapi, Gi-" dia cinta pada pekerjaannya itu, di rumah menunggu Gio saja akan sangat membosankan. "Gi, aku mau kerja, pokoknya aku mau kerja, aku tidak mau di rumah saja, itu membosankan, Gi!"

"Sebentar lagi tidak akan bosan, Ica. Kamu dan aku sedang program anak, begitu kamu hamil, lalu melahirkan, kamu akan sibuk dengan bayi kita, jadi sekarang karena sudah ada maid yang mengurus rumah dan penjaga yang merangkap kang kebun, kamu tidak perlu capek-capek, kita fokus membuatnya saja!"

Anak yang dia maksud, lalu melahirkan secepat kilat begitu maksudnya, Lisa ingin menggigit telinga suaminya saja. Fokus membuatnya yang bagaimana sampai harus tidak bekerja dan tidak membereskan rumah seperti biasa, lagipula kehamilan tak bisa ditebak, selama ini juga Gio suka sekali meminta jatah, hanya saja memang belum rejekinya, hasil tes mereka dinyatakan bagus semua, Lisa masih memohon pada Gio.

Namun, sekalinya Gio membuat peraturan, itu artinya tak ada kata tolak, Lisa harus membuat surat pengunduran dirinya esok hari pada Andreas.

***

"Kamu sudah bertemu dengan dia?"

"Iya, dia tidak mau berbicara denganku, takut istrinya mengira dia sama hinanya dengan aku, persetan!" Eva tampak begitu kesal di ruangan Johan, kakak pertama Gio. "Jo, sekarang katakan kepadaku, kapan kamu nikah sama aku?!"

Johan berdecih, dia sebenarnya memang masih mencintai Eva, hanya saja dia akan memilih karirnya dibandingkan Eva dan rasa di hati itu, karirnya di sini lebih penting untuk masa depannya, bersama Eva tentu bisa membuat namanya buruk, dia tak memikirkan hal itu dulu begitu buta dengan cinta gelapnya bersama Eva.

Eva duduk ke pangkuan Johan, dia cium bibir itu seperti yang dia lakukan biasanya dulu bersama Johan di belakang Gio, pria itu pun membalasnya, bahkan membelitkan lidahnya dalam pada Eva.

"Ayo, kita menikah, Jo!"

"Eva, tunggu dulu, aku belum mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan, mau aku bersaing nama dengan Gio jadi nantinya aku kalah sama dia, mau kamu cuman jadi cadangan saja, hah?" Johan mencari alasan.

"Tapi, Jo ... aku itu tidak bisa dong lama sendiri seperti ini, apalagi sama kamu harus terus sembunyi, kan itu tidak enak!"

Siapa bilang enak menjadi selingkuhan, dulu saja enak karena ada sensasinya, begitu tahu dampaknya saat ini Johan rasa tak mau lagi dekat dengan Eva, bukan karena apa, dia akan diancam nama itu buruk walaupun Gio sudah pernah menggantikan nama buruknya itu sebagai suami yang digugat istrinya, tetap saja dia akan menjadi buruk juga.

Johan masih mengulur waktu, dia masih sering mengunjungi Eva, hanya saja untuk intesitas menginap bersama dia kurangi.

"Kamu tidak mau melakukannya?"

"Aku ada jadwal setelah ini, Eva. Bagaimana bisa aku-mmmm ...."

Terlambat, Eva selalu bisa membuatnya bergairah, perang ranjang pun kembali terjadi. Hanya dengan ini bila nanti Eva hamil anak Johan, dia tentu dengan mudah bisa masuk ke keluarga Gio, bahkan setelah menjadi istri, dia akan naik satu level menjadi kakak ipar Gio.

Dengan mudahnya dia perdaya hasrat Johan yang memang mudah terpancing, terlebih lagi dia sudah lama tak tidur bersama wanita. Seruan nama Eva melangit di ruang pribadi sore ini, Eva begitu ahli memanjakan Johan sampai pria itu lengah dan meledak di dalam Eva, membuat senyum Eva penuh kemenangan.

"Kalau aku bisa hamil anaknya, aku tidak akan susah lagi, mau menggoda Gio juga butuh waktu, tapi akan aku lakukan, anggap saja ambil lotre!" Eva basuh tubuhnya yang basah dan lengket.

***

Fokus membuatnya, dua kata yang berputar rapi di kepala Lisa, dia sampai melamun di dapur begitu saja.

Maid baru itu hiburannya, anggap saja lebih lucu dari Gio, tapi dengan adanya maid dijamin dia akan lebih gemuk dari sebelumnya, kerjaannya hanya makan, sebelum bekerja dia gemuk, lalu ini setelah dia resign, dijamin akan gemuk juga.

"Non, jangan lupa makan kecambah yang banyak kalau mau program anak!" cetus bik Nur.

"Maunya ya gitu, Bik. Di sini tuanmu yang tersayang itu tidak mau makan cambah, maunya program di kamar!" biar dia frustasi dengan semua yang ada, suaminya juga menggila sekarang.

Ica!

Lisa sudah berdiri, dia tunjuk kamar atas pada bik Nur, lalu bik Nur tertawa karena paham akan apa yang Lisa maksud. Gio kalau sudah di rumah tak akan mau jauh dari Lisa, walau sama-sama di dalam rumah ini, hanya Lisa ada di ruang yang berbeda, sudah berteriak mencari kalau Lisa tak ada di dekatnya, bik Nur jadi membayangkan nonanya ikut mandi kalau Gio mandi.

"Pasangan baru yang penuh gairah, lah kalau nggak mau didukung cambah, terus mereka mau makannya apa coba?!" oceh bik Nur bingung dengan keputusan Gio itu.

Lisa menyembulkan kepalanya sedikit ke pintu kamar, melambaikan tangan dan mengangkat satu alisnya, yang di kasur sudah melepas baju.

Astaga!

"Gi, aku mau ngopi, kamu mau?"

Sial, Gio menggelengkan kepala.

"Gi-"

"Ica, ayo tidur sini, mulai malam ini kita fokus membuat anak!" mengajak seenak kepalanya.

Lisa mundur, dia tertawa garing, dia masih memikirkan surat resignya, tidak mau disentuh lebih.

"Ica!"

"Gi, aku mau minum kopi. Boleh ya?"

"Ica, kapan mulai suka membantah aku?"

Kapan ya? Lisa sendiri tak tahu jawabannya.

Gio turun dan berjalan ke ambang pintu, tampak tubuh kekar itu endak ke luar dan menarik Lisa, memaksa ke dalam.

"Aku mau kasih tahu otot ini ke bibik, mana ya?"

Heh, jangan!

Lisa tahan dan rengkuh tubuh itu dari belakang, dia bawa masuk saja daripada mengotori pikiran liar janda di rumahnya itu, bik Nur kan sudah lama sendiri.