Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 26 - Hallo, Gio

Chapter 26 - Hallo, Gio

Lisa pandangi wajah Gio, ada yang tak biasa dari hari ke hari, siulan Gio yg biasa tak pernah ada di rumah ini, hari ini dia dengarkan, bahkan sebelum mandi tadi, Gio bermanja dengannya, ponsel yang tak pernah Lisa tahu isinya apa, dia tahu sekarang.

Ada rasa bersalah dari Lisa, secara tidak langsung tadi Gio menunjukkan bahwa selama ini tidak ada wanita selain dirinya yang bertahta di ponsel Gio, bahkan di layar itu ada foto Lisa tampak samping, Gio jadikan wallpaper kunci dan beranda, air matanya sontak menggenang, entah apa yang mau Gio tunjukkan kepadanya, yang jelas Lisa merasa sesak akan apa yang dia ketahui.

"Ica, dasinya!" berputar menghadap Lisa, dia angkat dagunya itu, melirik Lisa yang sembab. "Ica, kenapa?"

Bug!

Lisa tak menjawab, tapi dia pukul dada Gio, susah sekali suaminya ini menyatakan cinta, bahkan harus menunggu tahunan dulu, berbeda dari dia yang begitu Gio sentuh langsung jatuh terperosot.

"Ica-"

"Mau sarapan apa, aku buatin?"

Gio tersenyum, "Kamu kerja hari ini, Ica? Sudah kangen sama simpananmu?"

"Iya, kangen sekali, memangnya kenapa? Ayo, kamu mau makan apa?" suara Lisa terdengar serak, dia tak secentil biasanya, begitu lembut di depan Gio, bahkan tak ada tawa jengkel dan umpatannya pada Gio.

Gio tarik tangan Lisa begitu mau ke luar kamar, dia putar sampai menghadap kepadanya, Gio cium kening Lisa, memandang wajah yang sangat dia sukai yang tengah sembab itu, lalu Gio lepaskan.

Lisa tak membalas ucapan sama sekali, dia hanya tersenyum tipis sebelum berlalu, sungguh ini membuatnya sesak, dia memang berharap dicintai suaminya, dia sangat takut ada Eva yang kembali dan membuat Gio pergi darinya setelah semua yang dia rasakan pada Gio, nyatanya sebaliknya semua, tak ada yang perlu dia ragukan pada Gio, dia menjadi wanita satu-satunya yang Gio perhatikan, semua yang ada di ponsel Gio adalah serba Lisa.

Menu sarapan dia siapkan di meja, memanggil Gio dengan suara seraknya, dia ingin tak bertemu Gio dulu, dia takut salah bicara dan nanti Gio menjawab berbeda, tentu dia tak siap sakit hati, atau dalam kata lain dia tak siap kalau Gio katakan sebaliknya, sekalipun itu hanya bercanda, dia tak bisa sama sekali.

Lisa ambilkan nasi dan lauknya, "Kamu mau bawa bekal?"

Gio bergeleng, "Kan aku belum coba makananmu ini enak tidak, kalau tidak enak, aku malu membawanya!"

"Gi, kamu ini!" Lisa tertawa akhirnya, ini baru suaminya yang menyebalkan, bukan yang sendu dan membahas hati.

Lisa ambilkan kotak bekal biasanya, dia aturkan sambil melirik Gio yang kunyah-kunyah genit, menggoda lewat kedipan matanya.

"Gi, kamu anterin aku?"

"Iyalah, kalau memang harus begitu, aku antar kamu, aku tidak mau kalau sampai kamu sama Ares-"

"Gi, tidak ada yang kayak gitu, siapa yang mai sama dia sih?!" Dia tarik telinganya.

"Ahahahahahah, orang selingkuh itu sulit ditebak, Ica!"

Lisa peluk suaminya, dia miring sedikit. "Tidak ada yang mau selingkuh, kamu sudah cukup buat aku pusing, Gi!"

Gio semakin tergelak kencang, dia lepaskan pelukan Lisa lalu dia raup bibir itu, dia tak ikut turun karena Lisa telah menjamin kesetiaannya.

Walau belum ada pengakuan, Lisa yakin suaminya itu sudah mencintainya, buktinya sudah banyak.

***

Tak pernah tergambarkan bagaimana bila Gio ada di kantor dan dia bergaya peran seperti apa, bahkan bisa dibilang Lisa ragu kalau suaminya itu benar-benar atasan, sebab selama ini Gio tampak seperti pekerja biasa yang bermimpi menjadi pimpinan, tapi bila dia mau ragu tentu saja akan terbentur dengan kenyataan yang sering Lisa lihat, tak lain kenal dan beraninya Gio pada Andreas, bahkan mengatur bagaimana laju perusahaan yang Andreas pimpin seperti presiden saja.

"Ica, kenapa diam saja?" Gio tempelkan ponsel itu, dia baru saja keluar dari ruang meetingnya.

"Gi, ehem, maaf tadi ada pak bos, Gi. Kamu kenapa tumben hubungi aku jam segini, kamu sudah istirahat?"

"Belum, makanya aku laporan ke kamu, Ica. Aku baru selesai meeting, Ica, aku-"

Hallo, Gio!

Duar,

Lisa mendelik mendengar suara asing di panggilan suaminya, bahkan Gio tak melanjutkan kalimatnya itu.

"Hallo, kamu kenapa?" Lisa panik, takut kalau suara wanita itu benar ada di dekat Gio, dia berulang kali memanggil suaminya.

"Ica, nanti aku hubungi lagi, daaa Ica!"

Tut!

Dalam sekejap langsung Gio tutup panggilan itu, dia tak salah lihat kalau yang ada di depannya ini adalah Eva, sosok yang telah dia kubur dan tak berniat kembali, sama sekali tak ada sejak kasus waktu itu, kasus yang memakan banyak tenaga untuk menyelesaikannya.

"Gi, aku senang sekali bisa bertemu denganmu, apa ini sambutan setelah satu tahun aku tidak bertemu denganmu, hah?" Eva berlenggang mendekat, dia angkat satu tangan endak menepuk bahu Gio, tapi dengan cepat Gio hindari.

Dia memang diam, tapi juga bukan karena dia senang, kalau bagi Eva sudah satu tahun, Gio malah berabad-abad telah melupakan Eva, bukan untuk dirinya dia menjauh seperti ini, tapi untuk Lisa.

"Hentikan, Eva!" suara Gio terdengar ketus. "Bagaimana bisa kau masuk ke kantor ini, hah?"

"Ahahahahwh, apa itu artinya kamu sudah melarang aku datang ke sini?" Eva tergelak. "Aku bersembunyi di boncengan pekerjamu lah, mereka kenal cuman sebentar dan sedikit, jadinya-"

"Pergi dari sino, Eva!" usir Gio.

Eva berdecak, "Gi, aku datang untuk meluruskan masalah denganmu, ak-"

"Sudah, tak ada yang perlu diluruskan, jadi pergilah dari sini, aku tidak mau sampai berbohong pada Ica, istriku jelas tidak suka aku sama hinanya denganmu meskipun dia belum tahu!" Gio pukul mundur pertahanan Eva, dia singkirkan Eva dari pandangannya.

Jangan salah paham dengan lugunya seperti Lisa, menganggap kalau mantan bertemu itu selalu akan memberikan dia info, nyatanya Gio sama sekali tak tertarik bertukar info pada Eva.

Eva meradang di depan ruangan Gio, di kantor ini juga ada kakak tertua Gio yang bisa dia manfaatkan, dia putuskan menemui pria itu dulu.

***

Lisa menunggu sampai semua jelas, dia mungkin dulu bisa bersembunyi dan seolah tak peduli pada suaminya.

Sekarang tidak, dia tahu suaminya itu mencintainya meskipun Gio tak melakukannya.

Plak,

Lisa selalu saja menggambarkan kondisi di mana dia menjadi istri yang tersakiti.

Brum..

Begitu suara mobil suaminya terdengar, hari ini Lisa dijemput orang yang mengaku supir papa.

"Gi-" ingin dia bertanya, tapi suaminya baru pulang. "Gi, kamu sudah pulang?"

"Ini memangnya belum pulang Ica?"

Hilang, Lisa tak punya keberanian cukup di sini.

"Eh, iya." balas Bik Nur ikut tidak jelas.