Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 21 - Adiknya Eva

Chapter 21 - Adiknya Eva

"Ica."

Lisa menoleh, dia lalu membalik sempurna begitu tahu siapa yang memanggilnya, sedikit terkejut karena belum jam pulang kerja, tapi Gio sudah berdiri di kantor ini.

Lisa buru-buru menghampiri Gio, meninggalkan Renata yang kala itu sedang bersama seorang pekerja baru, dia masih muda dan tentu saja yang membuat mata Gio merah adalah bocah baru itu berjenis kelamin laki-laki.

"Gi, kok kamu sudah ada di sini?" tanya Lisa sudah cemas lebih dulu, bahaya kalau suaminya ini salah paham.

"Siapa dia?" kan, sudah mulai bertanya itu siapa.

"Oh, itu pekerja baru, dia-"

"Siapa dia, Ica?"

Astaga, siapa apanya!

"Ares namanya, anak magang yang ada di timku, dia baru masuk hari ini." ada apa sebenarnya sih, pandangan Lisa mengarah pada suaminya penuh, dia tak berbalik sama sekali ke arah jalannya Renata dan Ares, dia tidak mau Gio memikirkan hal yang bukan-bukan, kecuali kalau dia mau dihukum di kantor ini, disaksikan banyak orang.

"Ke mana? Kan, aku belum selesai kerjanya, Gi!" Lisa bingung, tasnya diambil paksa tak peduli pandangan pekerja, lalu ditarik ke luar. Katakan saja ini keberuntungan yang dia punya karena menikah dengan penguasa, siapa yang berani menegur apa yang Gio lakukan, Andreas saja tidak peduli. "Gi, mau ke mana?"

"Rumah sakit, Ica!" setengah berteriak menjawabnya, dia frustrasi. Sadar dia membentak Lisa, Gio lepas pegangannya, meminta Lisa masuk ke mobil dan yang terjadi berikutnya tentu kalian semua tahu.

Lisa mendengus lirih, bibirnya jadi pucat karena dia banyak tanya, seharusnya dia ikut saja mau diajak ke mana, sekalipun itu ke tepi jurang, daripada diciumi begini, di depan kantor lagi.

Eh, kaca mobilnya semakin gelap saja.

Entah apa yang ada dipikiran suaminya itu, Gio tampak cemas sekaligus takut, baru kali ini dia melihat Gio sedramatis ini padanya.

Tapi, apa yang Gio takutkan? Malaikat maut?

Sesampainya di rumah sakit, langkah kaki Gio melebar, dia bahkan meminta Lisa mengganti sepatu tingginya dengan sandal yang dia bawa di mobil supaya bisa mengejar langkahnya.

Ingin Lisa tanyakan ada apa, tapi dia ingat hukuman sialan itu, yang ada dia malah diobrak-abrik jadinya kalau terus bertentangan di sini.

"Ya ampun, ada apa ini?" tanya Lisa lirih, Gio mengambil berkas pemeriksaan seorang diri, dia mau mendengarkan itu seorang diri, tak mau Lisa mendengarkannya. "Suster, saya boleh tanya?" suster itu mengangguk. "Kira-kira apa yang dilakukan suami saya di dalam, kenapa dia sampai panik begitu?"

Suster tersenyum, "Pemeriksaan pria memang selalu menjadi tegang kalau kondisi istrinya bagus tapi tak kunjung hamil, bisa jadi masalahnya ada di si pria, misalnya kualitas sel spermanya kurang bagus atau ada indikasi lainnya," jelasnya.

Oh, jadi itu yang membuat suaminya tegang.

Lisa intip sedikit, ada pembicaraan serius di sana, yang menjadi tanyanya adalah kenapa Gio sampai setakut itu kalau ada masalah, bukannya kalau ada anak di sini malah menjadi masalah, mereka saja tidak jelas, terus apa Gio benar-benar menginginkan anak bersamanya, apa itu benar, bagaimana kalau Eva kembali lagi dan Gio memaafkannya.

Mereka akan menikah lagi dan hidup penuh cinta bersama anak-anak mereka, sedangkan Lisa hanya sendiri terbuang dan menjadi janda mengenaskan.

"Gi, kamu bakal bertahan di rumah tangga ini, kan? Kamu tidak hanya main-main dengan aku, kan? Aku takut kamu kembali ke mantan istri kamu, Gi. Tidak masalah kalau hatimu tidak pernah jelas ke aku, tapi jangan pergi, jangan buang aku, Gi. Mau ke mana aku dan sama siapa kalau kamu tinggalin aku, Gi?" gumam Lisa sambil meremat jemarinya, dia duduk seorang diri sampai tak sadar air matanya menetes.

Dia cinta pada suaminya, walaupun Gio lebih banyak uring-uringan di depannya, setelah itu Gio selalu berlaku lembut, membawanya ke puncak cinta lalu terkadang berlaku lembut dan pengertian di luar dugaan.

Hatinya sakit kala membayangkan mimpi buruk itu, suaminya akan kembali ke mantan istri, mengingat gadis itu menjadi cinta pertama Gio.

"Ica, Ica!"

Hah?

Lisa sontak mengangkat wajahnya, dia bangun lalu berlari mendekat, tidak, dia langsung memeluk Gio sampai dokter yang mau ke luar gelagapan masuk lagi, takut mengganggu moment yang ada.

Dokter Karina meminta suster yang ada di ruangannya diam saja, menikmati drama yang ada dari suami bucin level akut yang jual mahal ini.

"Ica, kenapa? Siapa yang mengganggumu di sini?" tanya Gio, dia hapus air mata itu, dia perhatikan barang kali menemukan bekas pukulan atau penghinaan pada istrinya. "Ica?"

Lisa bergeleng, dia berbisik mau pulang, dia mau pulang dan tidak mau berlama-lama di sini.

"Iya, kita pulang. Berhenti menangis, aku tidak suka, kalau menangis itu harus aku yang menjadi sebabnya!"

Plak!

Dokter Karina hanya bisa mengelus dadanya, jadi harus suami yang menjadi sebab istri menangis, apa itu bukan dosa, mereka perang pendapat sendiri di sini.

"Dokter," panggil suster itu.

"Iya, apa?"

"Hasilnya tadi bukannya bagus ya, kenapa istrinya sampai menangis begitu?"

"Mana aku tahu, mungkin dipaksa lima kali sehari, ahahahah."

"Ahahahahah." semua tertawa.

Ahahahah, kepalamu!

***

Gio merangkak turun dari ranjang, dia tutupi tubuh polos Lisa dengan selimut putih tipis itu, setidaknya masih hangat meskipun tipis, mau dia tutup pakai yang tebal nanti Lisa terbangun.

Dia duduk di sudut kamar, melihat isi ponselnya, kedatangan Ares di kantor Andreas sungguh membuatnya terkejut, terlebih lagi saat di rumah sakit, Lisa menangis memeluknya.

Gio khawatir Lisa tahu siapa Ares sebenarnya, bodohnya lagi kenapa sampai Andreas menerima Ares di kantor itu, kantor di mana Lisa juga ada di sana.

Bagaimana kalau Lisa bertemu dengan Eva?

"Hmmm."

Gio intip sedikit, Lisa kembali tidur, dia hanya bergumam, karena banyak menangis akhirnya makannya sedikit dan Gio makan saja, siapa suruh menjadi kucing manja malam ini, tahu Gio sedang senang tentulah lupa harus apa, dia malah tidur dengan Lisa, tidak membalas pesan Andreas sejak tiga jam lalu.

"Apa kau sudah gila, bagaimana kalau Ica-ku bertemu dengan Eva, hah?"

"Apa Lisa tahu wajahnya Eva?"

"Dia belum tahu sempurna, hanya dari foto sekilas, katakan apa alasanmu menerima Ares di kantor yang sama dengan Ica-ku, bahkan satu tim dengan dia, Andreas?" dia geram. "Ica-ku bisa berfikir macam-macam saat aku mengantar jemputnya kalau dia tahu Ares itu adiknya Eva!"

"Tenanglah, Yo. Ini salah satu rencana agar Eva juga tak menyerang lagi, kita perlu bicara masalah ini. Kapan ada waktu? Sekarang?" mau dia ajak ke luar dini hari.

"Besok saja, aku lelah baru bercinta dengan Ica!"

Tut,

Kampret!