Chereads / Suamiku Duda Muda / Chapter 17 - Mau Bercerai?

Chapter 17 - Mau Bercerai?

"Gi, tangannya berat!" keluh Lisa.

Entah apa maunya duda satu ini, setelah meminta izin menikah lagi padanya, justru tak mau pindah dari kamar utama, memilih menerobos masuk lewat jendela dan melakukan apa yang dia suka bersama Lisa, terlebih lagi tak mau ditolak sama sekali.

Menolak suami itu dosa besar, sudah habis Lisa kalau diancam begini, mana dia masih menjadi suami dan istri yang sah bersama Gio, hanya saja semalam duda itu meminta izin menikah lagi, kejam sekali.

Lisa bergeser, dia turun lebih dulu sambil melilitkan selimut tipis pink ke tubuhnya, ada-ada saja apa yang Gio lakukan, naik ke kamar ini dengan mengambil selimut di kamar sebelah, memilih lagi warna merah muda, dasar, Lisa jadi mau tertawa mengingat bagaimana suaminya menerobos masuk seperti pencuri ke kamarnya, beruntung dia tak berteriak atau memanggil polisi, bisa ditangkap dan membuat kegaduhan tengah malam mereka.

Semalam,

Klek, klek, klek, brak!

Bruk!

Lisa singkap selimut tebalnya, dia hidupkan lampu di nakas sampingnya itu, mundur-mundur sambil satu tangannya mengambil penebah, akan dia pukulkan ke kepala penerobos itu kalau berani-berani menyentuhnya.

"Ica!"

Astaga, hampir saja dia pukul kepalanya, ternyata sang suami.

Grep!

"Ica, sini!"

"Tidak mau, kamu mau nikah lagi kan, sana!" langsung mengusir begitu tahu kalau itu Gio.

Gio tak mau dengar, dia malah menarik Lisa dan membuat Lisa jatuh ke pangkuannya.

Lisa yang memberontak jelas kalah kuat dengan tenaga Gio, Lisa hanya bisa memberontak dan meminta Gio melepaskannya dengan banyak kata yang mengulang apa yang Gio mau tadi, soal menikah lagi.

"Auh, sakit!"

"Diam, aku kangen kamu, Ica!"

"Tidak mau, tidak ada kangen-kangenan lagi!" Lisa terus menahan tangan Gio yang sudah mau membuka bajunya. "Aku benci sama orang yang tidak setia, aku benci sama orang yang ingkar janji pernikahan, aku benci sama orang yang tidak bisa diam lada satu cinta saja, kalau mau menikah lagi sana, Gi, menikah saja, tapi kembalikan aku ke keluargaku, ceraikan aku!"

Sumpah, dia mengatakan hal itu semalam dan satu kata itu menjadi tamparan keras Gio, dia langsung berdiri dan masih mengikat Lisa, matanya menyalang dan dia eratkan kedua tangannya ke pinggang Lisa.

Gio hempaskan Lisa ke ranjang, walau pelan, tapi tetap saja dia seperti melemparkan Lisa, lalu Gio merangkak ke atasnya, masih dengan wajah yang bengis dan seolah tak ada maaf untuk Lisa karena telah berkata soal perpisahan.

"Kamu bilang apa, Ica?" Gio bingkai wajah Lisa dengan jemarinya. "Kamu bilang aku harus bawa kamu pulang dan kita cerai, begitu?"

"IYA!"

"Ahahahahahahh," malah tertawa. "Tidak akan pernah terjadi, Ica. TIDAK AKAN!" napas Gio memburu, dia sangat benci kata-kata itu.

Lisa menjerit tertahan saat Gio membuka kancingnya kasar dan menggigit dadanya, terasa begitu sakit, bisa Lisa lihat mata merah Gio menahan amarahnya.

Satu senjata yang bisa Lisa lakukan, persetan dengan ucapannya tadi, dia bersalah di sini, Gio begitu marah dan kesal pada perceraian.

"Gi, ak-aku minta maaf, ampun, Gi, ampun!" sakit, itu yang Lisa rasakan walau Gio mengecupnya, tapi keras dan melibatkan gigi di sini.

"Gi, ampun, aku salah, iya aku mengaku salah, maafkam aku!" mata Lisa berkaca-kaca dan suaranya serak, dia menangis karena sakit. "Aku minta maaf, Gi. Auh, aku minta maaf!"

"Mau bercerai dariku, begitu?"

Lisa bergeleng, "Tidak, tidak, aku salah bicara. Aku tidak akan mau bercerai, aku mau sampai mati denganmu, sungguh!"

"Begitu? Tadi?"

"Tidak, aku asal bicara." Lisa peluk Gio, membuat Gio jatuh ke samping dan bisa menempel di dada bidang suaminya itu. "Aku minta maaf, aku tidak mau bercerai, Gi, tidak." tangisnya begitu pedih di telinga Gio.

Lisa pejamkan matanya saat Gio mengangkat satu tangan, dia kira akan menampar atau mungkin menjauhkan tubuhnya yang entah mau dilempar ke mana, nyatanya tidak.

Gio usap dan belai rambut Lisa, dia ciumi aroma yang dia suka itu, ada helaan napas besar di sana, lalu Gio cium lagi.

"Ica," panggilnya, dia menjauh sedikit demi bisa menyentuh bekas gigitannya di atas dada Lisa dengan jemarinya. "Ica, kamu tahu kenapa aku menikahimu dan menghukummu begini?"

Lisa menggeleng sekaligus mengangguk, dia tahu alasan keduanya, tapi ada keraguan.

Gio dekap, "Jangan berbicara perceraian, Ica. Aku juga sama bencinya denganmu pada orang yang mengingkari janji suci pernikahan, aku benci itu." dia cium bekas merah itu, seolah dia ingin mengatakan kalau menyesal telah membuat kulit Lisa berbekas luka giginya. "Tadi, kamu bilang mau ke kamar istri kedua'kan, bukannya kamu itu istri keduaku, hem? Jadi, malam ini aku tidak salah masuk kamar, aku berada di kamar yang tepat, kamar istri keduaku, Ica."

Sret,

Heh, sepertinya Lisa tahu kalau dia salah kata tadi, bisa-bisanya dia lupa kalau dia memang istri kedua Gio setelah Eva yang bercerai, seharusnya dia berkata istri ketiga, sial, dia salah ucap.

"Gi, kamu memaafkan aku kan?" takut tidur tanpa maaf suaminya yang baru memejamkan mata.

Gio membuka matanya, lalu dia cium bibir itu, dia tersenyum menang seperti biasanya.

Eh, Gio menindih Lisa lagi.

"Gi, kam-"

"Kamu kan minta maaf, ya ini kalau mau dimaafin, harus mau. Kita nikmati malam indah kita, istri keduaku!"

Heh, Gi!

***

Gio tak pernah bersiul sepanjang pagi, tapi pagi ini berbeda, dia terus saja bersiul seolah harinya menyenangkan, bersenandung sepanjang dia melangkah juga, menghampiri Lisa lalu dia cium puncak kepalanya.

Lisa hanya memperhatikan tanpa bertanya apa alasan Gio begitu, lagipula kalau dia salah kata, bisa-bisa banyak bekas gigitan di dadanya, walau tak mengatakan isi hati, entah kenala Lisa merasa semalam suaminya itu membisikan kata cinta kepadanya, entah dia benar atau berkhayal, nyatanya Gio biasa saja.

"Ica, aku pulang larut hari ini."

"Mau bekal double?" sudah mau mengambil kotak satu lagi.

"Mm, aku makan bersama teman saja," jawabnya.

"Oh, aku bawa buat siang saja ya kalau begitu, Gi." meletakkan kembali box kedua yang mau dia buka.

Gio bergeleng, dia memandang Lisa penuh arti, sementara Lisa sibuk merapikan tas kecil berisi kotak makan siang suaminya.

"Ica, bagaimana kalau makan malamku itu tidak berselera, terus aku butuh minum tambahan dan aku-"

Lisa tahu, dia dekati suaminya dan berkata, "Kamu mau aku temani?"

Gio mengangguk, "Aku jemput nanti, Ica. Kamu yang menawarkan ya, jadi kalau sampai malam dan ngantuk, kamu tidak boleh mengeluh loh ya!"

Baiklah, dia tak akan menang melawan suaminya itu, tapi anggap saja ini ucapan maaf Lisa yang semalam mengatakan hal terlarang dalam rumah tangga, dia harus bisa menahan itu, kata yang sangat bahaya, berdosa sekali dia memancing suaminya dengan kata itu.

"Ica."

"Iya, aku ambil tas, Gi." dia berlari menyusul suaminya.