"Aku baik, Mas." Semua orang pasti akan jatuh hati bila mendengar ucapan lembut Gita. Namun, sepertinya tidak bagi Gibran yang hanya menganggap senyuman itu tidak berbeda dari perempuan-perempuan lain.
"Mas, maaf ya," ujar Gita.
"Maaf, maaf untuk apa?" Bingung Gibran.
"Soal Papa yang menjodohkan kita," terang perempuan itu sungguh-sungguh.
Gibran tidak langsung menjawab, ia tertegun beberapa saat. Seakan kalimat itu berputar-putar di otaknya.
"Kalau kamu di jodohkan denganku, apakah kamu menyetujuinya?" Dari kalimat yang Gibran lontarkan tidak bisa di simpulkan sebuah pertanyaan atau tawaran.
Gita diam, lalu ia mengangkat sudut bibirnya untuk tersenyum. Senyuman itu sulit di jabarkan karena senyumanya tidak menjawab pertanyaan Gibran. Apalagi perempuan berjilbab itu selalu menebar senyuman pada semua orang.
"Hmm?" Tagih Gibran.
"Aku --."
"Git, ajak Gibran makan di di belakang," ujar mama Gita, Arum.
Saat Gita hendak menjawab, Arum memanggil Gibran dan Gita untuk makan.