"Bagaimana dengan keputusanmu, Gib?" Tanya Safira saat semuanya sudah selesai makan.
"Hah? Keputusan apa Mbak?" Kaget Gibran.
"Soal hubunganmu dan Gita. Aku setuju sekali kalau kamu dan Gita menikah," ungkap perempuan itu apa adanya.
"Emm, aku belum tau Mbak. Aku juga jarang bertemu dengan Gita. Jadi seperti ada yang masih perlu aku pikirkan lagi soal perjodohan ini." Meskipun laki-laki itu kebingungan untuk menjawab. Namun kepintarannya seperti masih berfungsi saat menjawab pertanyaan Safira.
"Aku tau Gib. Kita juga ingin memberi waktu kepada kalian untuk saling mengenal, atau sering di sebut taaruf."
Gibran benar-benar merasa di buat bungkam seribu bahasa. Pernyataan itu saling sulit Gibran tolak. Tidak mungkin juga Gibran jujur kalau di hatinya masih tersimpan nama perempuan lain.
"Bisakah saya fikir-fikir dulu?" Meski berat menjawab, laki-laki itu berusaha agar tidak menyakiti siapapun, termasuk Safira.