"Aku kalau kamu tanya begitu juga tidak tahu, Gib. Masalah hati hanya kamu yang tahu dan yang berhak menentukanya." Rio tidak ingin memberi saran yang salah, apalagi soal pilihan Gibran.
"Aku butuh solusi," kata Gibran.
"Aku masih belum bisa berfikir jernih kalau soal begitu." Rian ikut menimpali.
"Memangnya pernah ya fikiran kamu jernih," ledek Rio kesekian kalinya.
Rian menatap ke arah Rio, rahangnya mengeras karena merasakan kesal dengan ucapan Rio yang berkali-kali meledeknya.
"Sudahlah. Aku mau pulang dulu," pamit Gibran. Setelah dari rumah Pak Abraham Gibran langsung ke rumah Rian, tetapi saat sampai disana kedua laki-laki masih belum datang. Pembantu di rumah Rio sudah sangat kenal dengan Gibran, jadi ia mempersilahkan Gibran masuk kedalam rumah.