Mobil melaju ke lantai dasar sebuah rumah mewah,tampak belasan mobil bermerek seperti mati suri di simpan di bagasi.
"asa...bangunlah kita sudah sampai"ujar wanita muda di samping asa yang merupakan kakaknya,Nadya Asima.Tanpa sengaja Nadya menyentuh lengan asa,seketika asa merintih kesakitan dan terbangun,
"kau baik-baik saja,maafkan aku.aku tak sengaja menyentuh lenganmu, apakah sakit? "ujar Nadya iba.
"tidak masalah aku baik-baik saja ayo kita naik ayah dan ibu pasti menunggumu kakak"ujar asa membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke sebuah pintu yang tidak jauh dari mobil mereka.
Sesampainya di dalam rumah tersebut tampak belasan pembantu berdiri berjejer menyambut asa dan Nadya,seperti biasa asa hanya berjalan mengabaikan semua pembantu itu dan berlalu menuju lantai 3 kamarnya namun langkah kakinya baru menginjak lantai 2 ia di hadang dengan pria paruh baya yang merupakan ayahnya sendiri.
"apa kau sudah bersenang-senang?jangan mengabaikan tugasmu kau hanya di izinkan bersekolah kau tak berhak yang lain itu membuang-buang uangku"ujar ayah asa dengar raut wajah tegas.
Asa hanya tertunduk dan mengangguk,ayahnya pun pergi menghampiri kakaknya dengan raut wajah yang senang sedangkan asa kembali berjalan ke lantai 3.
Sesampainya nya di lantai 3,tak ada perabot mewah ataupun dinding yang berkilau hanya sebuah tikar,tumpukan barang-barang rongsokan dan lemari baju yang tersusun rapi milik asa.
Asa pun mengganti pakaiannya dan membuka perban di sekujur lengannya, tampak hampir sekujur tubuhnya di penuhi bekas pukulan ayahnya.Ia di berlakukan oleh ayahnya bak anak buangan,ia hanya di perintah belajar dan meninggalkan kesenangan yang harusnya ia dapatkan.jika nilainya menurun pukulan ayahnya akan melayang dan bila dia bergaul atau mempunyai teman dia akan di pindahkan sekolah sedangkan kakak dan adiknya bak anak raja yang berfoya-foya menghabiskan uang orang tuanya itu.saudaranya tak tahu apa yang di alami asa selama ini karena asa hanya tinggal sendiri di lantai 3 rumahnya sedangkan ibu dan saudaranya mendapatkan fasilitas yang lengkap di lantai 2.Tidak ada yang peduli dengan asa yang hidup sendiri di lantai 3,mereka semua takut oleh ayah asa.
"tidak ada yang boleh naik ke lantai 3. lantai itu milik asa,ia hanya perlu fokus belajar.jika ada yang menginjakkan kaki di sana aku akan mengusirnya dari sini dan ku pastikan hidupnya akan sengsara"ujar ayahnya sambil memotong daging di piring makan dan menyantapnya.
Asa hampir tidak di kenal oleh siapapun bahkan kerabat dekatnya sendiri,setiap ada acara yang di adakan di rumah mereka asa tak pernah tahu,ia akan di izinkan keluar jika acara sudah selesai.
"kau aib keluarga,kau tak pantas hidup namun aku berbaik hati jadi balaslah kebaikan ku jangan kecewakan aku" ujar ayah asa sambil menyimpan makanan di atas meja belajar asa.
Hari pun berlalu begitu cepat, asa mulai terbiasa atas perlakuan orang-orang di rumahnya.Ia melakukan aktivitasnya di lantai 3 tanpa bantuan siapapun,setiap kali ia terluka karena pukulan ayahnya ia membalutnya sendiri.lambat laun bersama luka di tubuhnya yang semakin bertambah,senyuman asa pun menghilang.saudaranya bahkan tak ingat kapan terakhir kali asa tersenyum kepadanya.
Setelah mengganti pakaiannya,asa pergi ke kamar mandi dengan membawa handuk. Ia membilas wajah, seketika riasannya mulai memudar terlihat memar di wajahnya cukup banyak namun ia hanya bisa menghela napas dan kembali melanjutkan menggosok giginya.
Tok... Tok...
Suara ketukan pintu terdengar dengan wajah yang masih basah,asa dengan cekatan mengambil masker perawatan wajah agar memar di wajahnya tidak nampak. Pintu pun terbuka ternyata ibu asa datang,
"kau baik-baik saja,asa? "ujarnya
"sejak kapan kau peduli denganku? Sejak kapan kau bisa datang ke mari? Apakah suami mu memintaku pindah sekolah lagi? "ujar asa sambil menyibukan diri mengatur buku-bukunya yang berserakan.
"asa... Aku ini ibumu aku khawatir kepadamu. Tadi Nadya memberitahu ku bahwa kau terluka lagi di lenganmu,ayahmu pergi ke luar kota makanya ibumu kemari ingin mengobatimu"ujar ibunya asa sambil membuka kotak P3K.
"kenapa baru sekarang kau peduli padaku?kemana saja kau saat wajahku dan badanku di pukul habis-habisan oleh suamimu?aku tahu kau takut karena jika kau peduli padaku semua fasilitas yang mewah akan di cabut makanya kau baru datang kemari, tidak usah perhatian padaku...aku sudah terbiasa tanpa sosok ibu."ujar asa menutup kotak P3K dan menatap sinis ibunya.
"maafkan ibu nak.ibu tak mau kau kenapa-kenapa,kemarilah tidurlah di pangkuanku"
"aku tak perlu pangkuan siapapun!!!!aku tak perlu di pedulikan!!!!
Nasibku memang seperti ini dan aku menerimanya jadi ku mohon pergilah dari sini"
"tapi asa.."
"terima kasih sudah melahirkan ku walau kenyataannya aku akan jadi budak oleh ayahku sendiri,jagalah kedua anakmu itu.Dunia hanya mengenal kau memiliki dua anak bukan tiga"
Ibu asa pun pergi meninggalkan asa seorang diri di lantai 3.
Malam pun datang, asa yang tidur beralaskan tikar tampak nyenyak. Diam-diam ibunya datang menyimpan surat di meja belajar asa dan memperbaiki selimut asa.
"asa...maafkan ibu sudah menjadi ibu yang gagal menbesarkanmu"ujar ibu asa sambil mengelus rambut asa.Ia pun pergi dengan raut wajah bersalah,asa membuka matanya ia tahu ibunya baru saja datang.Asa pun menghampiri meja belajarnya ternyata ibunya memberikan surat hasil dokter 10 tahun yang lalu, asa pun membacanya ia kaget ternyata itu adalah hasil laporan kesehatannya. Ia baru mengetahui bahwa ia sedang mengidap penyakit TGA ( Transposition of the great arteries)dengan cepat ia mencarinya di laptop miliknya,semua sumber ia baca dengan rinci. Selama ini dia tak tahu ternyata dia memiliki penyakit serius,ia pun menyimpan surat itu dengan aman agar ayahnya tak mengetahuinya dan juga ia berencana akan berbicara kepada ibunya esok hari.
Ia pun mengambil selimut dan melanjutkan tidurnya karena besok ia sudah masuk sekolah baru lagi.