Kei masih tak menyangka Rey benar-benar menggunakan nama itu sebagai nama minuman yang sudah dibuatnya. Kei jadi teringat tentang pertemuan pertama mereka waktu masih sekolah SMA dulu. Walau Rey berada dari kalangan orang berada. Bahkan bisa dibilang sangat kaya. Seharusnya mudah saja baginya ingin masuk ke sekolah elite. Namun ia justru lebih memilih masuk sekolah biasa. Dia tak ingin masuk sekolah elite karena dia sudah bosan mendengar para anak orang kaya itu membicarakan tentang harta, jabatan, kekayaan yang bahkan bukan punya mereka sendiri tapi punya orang tua mereka.
Kei dan Beno juga berasal dari kalangan yang berada. Namun alasan keduanya lebih memilih masuk di sekolah biasa karena mereka bisa lebih bebas tanpa harus mengikuti banyak aturan dan kegiatan yang dibuat di sekolah elite. Awal hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) Rey langsung menjadi pusat perhatian satu sekolah. Tidak ada yang tidak tau siapa itu Reygan Samudra. Mereka semua pun berlomba-lomba mendekati Rey hanya karena dirinya sangat kaya. Tapi Rey tidak peduli dan bahkan tidak merespon mereka semua. Bahkan banyak sekali wanita-wanita termasuk kakak-kakak senior mengirimkan sinyal cinta kepada Rey. Namun Rey dengan kejamnya menolak mereka.
Tidak heran Rey melakukan hal itu. Karena saat itu hanya satu orang yang berada dalam hatinya. Teman masa kecilnya. Yang juga bersekolah di SMA yang sama dengan Rey. Sebelum Rey mengenal Kei dan Beno. Rey selalu berdua dengan teman masa kecilnya itu. Seantero sekolah sempat heboh mengira mereka punya hubungan khusus, namun si teman masa kecil Rey justru mengatakan bahwa mereka hanya teman masa kecil biasa. Tidak ada hubungan istimewa antara mereka berdua.
Rey yang mendengar hal itu pun hanya diam saja, tidak membenarkan namun tidak juga menyalahkan. Sejak saat pernyataan teman masa kecil Rey itu, kedekatan mereka berdua jarang terlihat di sekolah. Kei dan Beno pun mencoba mendekati Rey dan dalam sekejap saja mereka bertiga sudah menjadi teman baik. Namun hubungan antara Rey dan teman masa kecilnya yang dikira Kei dan Beno sudah renggang justru terlihat baik-baik saja di luar sekolah.
Mereka ternyata sudah sepakat untuk tidak terlalu dekat di sekolah agar mereka bisa berbaur dengan teman-teman yang lain. Namun, di setiap tatapan mata Rey pada temannya itu, terlihat kalau Rey menyukai teman masa kecilnya. Sepertinya dia tidak menyadari perasaan Rey. Perasaan yang Rey tunjukkan bisa dibilang sangat halus sekali sampai bisa tak terlihat. Hanya orang yang memiliki kepekaan luar biasa yang bisa melihatnya. Dan itulah yang Kei dan Beno lihat antara Rey dan teman masa kecilnya.
Di dalam sekolah hanya ada Rey, Beno dan Kei. Namun ketika berada di luar sekolah, Zoya, teman masa kecil Rey ikut bergabung bersama. Mereka ber-empat akan menghabiskan waktu sepanjang hari setelah sekolah usai. Dan begitulah mereka melewati hari-hari selama di SMA.
Kebersamaan mereka masih terlihat selepas lulus dari SMA. Mereka ber-empat sepakat untuk memilih perguruan tinggi yang sama walaupun beda jurusan. Sama seperti di SMA, Rey, Beno, Kei dan Zoya sangat populer di perguruan tinggi mereka. Terlebih Zoya yang terlihat semakin dewasa dan sangat menawan, banyak lelaki yang mencoba mendekatinya namun semuanya di tolak. Mereka ber-empat pun melewati masa kuliah dengan baik.
Namun setelah lulus S1, Rey langsung ingin mengambil Program Magister ke Inggris. Kei, Beno dan Zoya memutuskan untuk mengambil Program Magister di Tanah Air saja. Dengan begitu, hubungan antara Rey dan Zoya merenggang bahkan mereka jarang sekali bertemu karena Rey juga jarang pulang ke Indonesia. Saat itu Kei menyadari bahwa Zoya memiliki rasa kepada Rey. Terbukti dengan perbedaan sikap saat ada Rey dengan tidak ada Rey.
Kei yang juga sudah tau bahwa Rey memiliki perasaan kepada Zoya meminta Rey untuk segera menyatakan perasaannya sebelum Zoya direbut orang lain. Tetapi Rey menolaknya dengan alasan saat itu Rey masih belum pantas untuk bisa mendampingi Zoya.
Beberapa tahun telah berlalu sejak Rey pergi ke Inggris. Dan semenjak itu pula Zoya terlihat sedih dan murung bahkan kadang menangis tiba-tiba.
Namun sebuah peristiwa mengubah jalan hidup Rey dan Zoya. Rey yang waktu itu tengah berada di Inggris harus pulang ke Tanah Air setelah mendengar kabar kedua orang tua dan adik perempuannya meninggal karena kecelakaan. Rey pun memutuskan untuk tinggal di Tanah Air, meninggalkan semua yang ada di Inggris dan mengurus perusahaan yang telah turun-temurun itu.
Kejadian itu membuat Rey tak ingin kehilangan Zoya juga. Hari dimana Rey melamar Zoya, di hari itu juga Zoya menolak nya. Tanpa disangka-sangka saat itu Zoya datang bersama pria yang mengaku sebagai calon suaminya Zoya. Kei dan Beno sangat terkejut mendengar hal itu karena selama ini mereka tau kalau Zoya tidak dekat dengan siapapun apalagi sampai memiliki calon suami.
Kejadian itu menambah rasa frustasi Rey dan dirinya pasrah tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai di hari Pernikahan Zoya, Rey hanya bisa mendoakan semoga Zoya mendapatkan kebahagiaan yang Rey tak bisa berikan.
Dan begitulah Rey kehilangan orang-orang penting dalam hidupnya dan kehilangan kebahagiaannya juga.
"Ahh kenapa aku harus sibuk-sibuk memikirkan dirinya. Dia saja tak pernah memikirkan aku." erang Kei sambil menghembuskan napas dengan keras.
Kei menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kerjanya. Memikirkan nasib asmaranya sendiri sambil menutup matanya. Jari-jarinya diketuknya ke meja sebagai tanda dirinya sedang berpikir.
Tidak seperti Rey dan Beno yang saat ini tengah mendekati seorang wanita, dirinya hanya diam menatap masa lalu dan terus memikirkan wanita itu. Kei masih dengan mata tertutup, tangan kanannya yang digunakannya untuk mengetuk meja, menyapu lehernya mengeluarkan sebuah kalung. Di kalung itu terdapat sebuah cincin, Kei menyentuh lembut cincin itu. Dingin. Pikir Kei. Ruangan ber-ac menyebabkan cincin yang terbuat dari berlian itu menjadi dingin. Lalu di genggamnya kuat-kuat. Model Cincin berlian ini dibuat mengikuti Model Marquise. Model Marquise ini konon katanya khusus diciptakan atas permintaan Raja Louis XIV asal Prancis demi sang selir kesayangan, Marquise de Pompadour. Kesan dramatis terlihat dari model marquise berkat bentuk yang melengkung dan kedua sudut tajam.
"Ya, benar sekali. Kesan dramatis pada cincin ini, juga sama seperti hidup ku yang penuh drama dan tragis." ujar Kei pada dirinya sendiri.
Cincin yang ada digenggamannya itu adalah cincin yang akan dipakai oleh tunangannya. Namun sebelum tunangannya sempat memakai cincin itu, dirinya sudah meninggal. Awalnya Kei tak percaya jika penyebab kematian tunangannya itu jatuh dari lantai 10 gedung apartemennya. Karena setau dirinya, tunangannya ini tidak memiliki kebencian atau dibenci oleh orang lain. Dan juga polisi tak bisa menemukan siapa tersangkanya. Kejadian itu sudah 3 tahun berlalu. Namun Ketika Kei mendapatkan petunjuk dari polisi dan mencari petunjuk sendiri. Semua petunjuk itu menunjukkan ke arah Satria, sepupu Rey.
Kei tak pernah menceritakan ini kepada siapapun termasuk Rey. Karena Rey bisa saja marah dan merusak persahabatan mereka. Lagipula tidak ada bukti yang benar-benar valid untuk membuktikan bahwa Satria lah yang mendorong tunangannya jatuh dari lantai 10 gedung apartemennya. Namun Kei juga tak menyerah untuk mencari tau apakah memang benar Satria yang melakukannya atau bukan. Pembalasan terhadap tunangannya akan Kei lakukan.
****
Kemarin Lola memang tidak menghubungi Rara kalau dirinya akan pulang terlambat. Saat itu Lola sedang membersihkan cafe, namun tiba-tiba terjadi pemadaman listrik. Semua rekannya panik tetapi mereka kembali seperti biasa karena cafe sudah menyalakan mesin gensetnya. Seperti ada yang mengganjal di hati Lola tapi Lola lebih memilih untuk mengabaikannya.
Lola merasa sangat gelisah dan resah. Entahlah Lola tak mengerti. Namun sesaat kemudian, Lola menyadari apa yang sedari tadi mengganggu nya. Rara. Ya Rara. Rumah kontrakan Lola dan Rara berada di daerah yang sama dengan Cafe My Taste. Untuk itu pasti terjadi pemadaman listrik juga di rumah mereka. Lola yang menyadari hal itu panik saat dirinya teringat bahwa Rara takut akan kegelapan karena apa yang terjadi pada kedua orang tuanya.
Buru-buru Lola mengambil tas di loker, izin pulang lebih dulu dan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Lola yang sudah panik langsung berlari dengan sekuat yang dia bisa, namun tiba-tiba Beno menahan langkahnya. Beno yang melihat Lola berlarian dengan panik begitu, mencoba menahannya agar Beno bisa tau masalahnya.
"Kau mau kemana. Kenapa buru-buru sekali. Jangan berlarian saat keadaan gelap seperti ini." Suara Beno terdengar khawatir melihat Lola. Sejak saat Lola merawat dirinya yang tengah sakit, Beno belum memiliki kesempatan untuk berbicara lagi dengan Lola.
"Saya mau pulang. Tolong lepaskan tangan saya." Lola meronta-ronta melepaskan tangannya dari genggaman Beno. Namun Beno menggenggam nya dengan sangat kuat. Beno tidak bereaksi.
"Aduh pak, saya minta maaf tapi saya sedang buru-buru pak. Temen satu rumah saya tidak bisa berada di tempat gelap. Saya khawatir sama dia." Panik yang melanda Lola membuat Lola ingin menangis. Lola sudah melihat bagaimana Rara mengatasi PTSD nya namun itu belum sepenuhnya berhasil. Apalagi dia sudah membuang obat antidepresan yang biasa diminumnya. Lola juga tak menyangka kejadian ini akan terjadi. Karena PTSD Rara sudah lama tidak kambuh.
Ditengah gelapnya jalanan, Beno bisa melihat Lola yang ingin menumpahkan tangisannya. Ingin rasanya Beno mendekapnya namun sekarang bukan lah saat yang tepat untuk melakukan itu.
"Saya akan mengantarkan kau pulang. Jadi ayo masuk ke mobil saya." Beno menuntun Lola masuk ke dalam mobilnya. Lalu memacu mobil dengan kecepatan sedang karena jalanan yang gelap membuat jarak penglihatan menurun. Lola yang tidak sabaran sampai di rumah, menggigit kuku-kuku jarinya.
"Jangan lakukan itu. Kau bisa menyakiti diri sendiri." Beno menggenggam tangan Lola dan meremasnya. Andai saat ini Lola sedang tidak dilanda panik dan khawatir pasti Lola akan merasa sangat senang.
Sesampainya di depan rumah mereka. Lola segera turun dan terenyak melihat Rara yang terduduk lemas di teras rumah sambil menangis dengan seorang pria yang sedang memegang kedua sisi pipi Rara. Lalu seketika listrik mulai menyala lagi, rumah sudah terang benderang dan lampu jalan juga sudah menyala. Namun satu hal yang membuat Lola kaget, pria itu memeluk Rara, mendekap nya dengan sangat erat. Lola penasaran apa yang dikatakan pria itu sehingga berani memeluk Rara. Tapi disatu sisi Lola bersyukur ada pria itu di samping Rara. Beno segera menarik tangan Lola untuk masuk ke rumah menemui Rara dan pria itu.
"Ayo kita masuk."