Chereads / Selembar Surat Kontrak / Chapter 12 - Terhempas Ke Bumi

Chapter 12 - Terhempas Ke Bumi

Hanya tinggal menghitung hari sebelum Rara melakukan operasi. Rasanya jantungnya tak bisa berhenti berdebar. Ini kali pertamanya melakukan hal ini. Bukan hanya karena memikirkan operasi yang akan dijalani Rara namun jantungnya juga berdebar kencang karena Rey. Sejak malam kemarin itu, Rara belum lagi menghubungi Rey berhubung karena Rara baru saja membeli ponsel baru setelah ponselnya rusak parah akibat dari lemparannya menabrak dinding dengan keras. Dirinya masih belum siap untuk mendengarkan suara Rey. Suara Rey yang tenang itu seperti sihir bagi Rara sehingga membuatnya terhipnotis. Dan itu membuat hatinya berdebar-debar, belum lagi tatapan mata dan bagaimana Ia tersenyum. Semua itu memberikan kehangatan pada Rara.

Rara jadi semakin takut untuk membiarkan perasaannya ini mengalir begitu saja. Rara takut tak bisa mengendalikan lagi perasaannya pada Rey. Padahal Rey belum tentu memiliki perasaan yang sama dengannya. Entahlah Rara tak tau mulai sejak kapan Rara merasa seperti ini. Rasanya setiap kali bersama dengan Rey, Rara seperti merasakan kehangatan yang dulu diberikan oleh orang tuanya.

Rara berpikir jika tatapan mata yang dingin dan bibir tanpa senyum itu hanyalah kedok untuk menyembunyikan diri Rey yang sebenarnya. Mungkin sama seperti Rara, Rey juga mengalami kejadian yang membuatnya sampai menjadi seperti itu. Rara jadi semakin penasaran dibuatnya. Sangat misterius sekali. Pikir Rara.

Rara ingin bertemu dengan Rey. Berbicara dengan Rey membuat pikirannya tenang. Saat-saat Rey menggenggam tangan Rara juga menjadi saat yang menenangkan untuk Rara. Rara melihat tangannya, kembali Ia merasakan bagaimana hangatnya tangan Rey. Saat itu Rara menahan tangan Rey yang hendak masuk ke dalam rumah, gerakan tangan Rara hanya spontan saja dan tanpa dipikirkannya terlebih dahulu. Namun melihat reaksi Rey yang tenang membuat Rara jadi tak ingin melepaskannya.

Tapi Rara tau baik Rey maupun dirinya masih sama-sama menutup hatinya dengan rapat. Rara juga pernah merasakan jatuh cinta, namun saat itu menjadi hal terakhir yang Rara tak ingin rasakan lagi. Tidak kepada orang itu lagi. Hati Rara hancur akibat dari perbuatannya. Namun Rara juga tau semua itu sudah terjadi di masa lalu. Jika memang dirinya akan merasakan jatuh cinta lagi. Rara hanya bisa berharap orang itu adalah Rey.

Semakin memikirkan Rey, semakin membuatnya ingin menghubungi Rey. Segera diambilnya ponsel barunya di atas meja dan mencari kontak nama Rey. Menunggu panggilan telepon tersambung itu benar-benar membuat jantungnya berdegup kencang. Namun mengapa Rey tidak kunjung mengangkat telepon darinya. Ah Rara lupa, hari ini kan hari kerja, dan Rara menelponnya disaat-saat jam kerja. Tentu saja Rey tidak akan mengangkatnya. Mungkin karena terlalu lama menganggur, Rara sampai lupa tentang penggunaan waktu selama jam kerja.

Akhirnya panggilan telepon itu pun tidak terjawab. Mungkin Rara akan mencoba menelponnya lagi saat jam istirahat. Namun ketika Rara hendak meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Ada panggilan masuk dan itu ternyata dari Rey. Buru-buru diangkatnya panggilan telepon itu seolah-olah memang sedang menunggu panggilan darinya.

"Halo Rey" Rara berbicara terlebih dahulu bibirnya bergetar karena tak sanggup menahan senyumannya.

"Hai Kazura. Aku menelepon mu karena melihat ada panggilan tak terjawab dari mu. Karena aku tak mau khawatir lagi, aku buru-buru menelepon balik. Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Rey ternyata juga sama, suaranya bergetar karena jantungnya yang serasa ingin meledak saat itu juga.

"Maaf, aku lupa kalau ini sedang jam kerja. Aku menelepon mu di saat yang tidak tepat. Aku hanya ingin mengembalikan jaket yang kau pinjamkan waktu itu pada ku. Apa kau ada waktu hari ini?" Rara harap-harap cemas menunggu jawaban Rey. Apakah Rey akan menerima tawarannya atau akan menghindarinya bahkan mengabaikannya.

"Aku tidak bisa hari ini, karena ada yang mau ku selesaikan terkait pekerjaan ku. Bagaimana jika besok? Apa kau ada waktu besok?"

Rara buru-buru menjawabnya, karena tak ingin kehilangan kesempatan bertemu Rey.

"Ya.. Ya tentu saja. Aku besok luang. Lagipula aku memang selalu luang karena tak ada yang ku kerjakan." Rara tertawa canggung namun kenyataannya memang seperti itu. Rara hanya akan berdiam diri di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah dan menunggu Lola pulang kerja.

"Hahaha... Kau ini. Sebaiknya kau lebih menikmati lagi waktu menganggur mu." Rey tertawa renyah dan itu membuat Rara tersenyum sumringah. Rey seperti sedang sengaja mengejeknya namun Rara tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Hahaha... Apa kau sedang sarkasme terhadap ku. Hey Tuan, kau tidak boleh seperti itu. Itu tidak baik loh " Rara berbicara santai namun perkataannya itu ternyata dibalas Rey dengan tawa yang lebih keras. Rara sampai mendengar tarikan napas Rey yang mencoba menenangkan diri.

"Berpikiran negatif itu juga tidak baik loh. Aku hanya ingin berkata, aku ingin kau menikmati waktu menganggur mu, karena ke depannya bisa saja kau menjadi sangat sibuk sampai tak ada lagi waktu istirahat. Aku hanya ingin kau menghargai semua waktu yang kau lewati Kazura. Pergilah bersenang-senang dan carilah hiburan. Karena bisa jadi ditengah-tengah perjalanan mu kau menemukan sebuah kesempatan yang pasti tidak akan kau lepas." Rey bicara lembut sekali. Telinga Rara sampai terasa panas saat Rara menyentuhnya. Pasti saat ini Rara merasakan malu karena apa yang baru saja dikatakan Rey. Rey hanya ingin Rara menikmati waktu menganggur ini dan pergi bersenang-senang.

Apa yang dikatakan Rey benar sekali. Selama ini Rara hanya terus bekerja dan bekerja. Jalan-jalan pun jarang kalau bukan Lola yang mengajaknya. Untuk itu Rey meminta Rara supaya bisa pergi cari hiburan. Lagipula Rara juga sudah mendapatkan setengah dari uang hasil menjual ginjalnya. Walaupun sebagian uangnya sudah dibuat untuk keperluan yang lain.

"Kalau kau tidak keberatan aku bisa menemani mu. Setidaknya kau harus dalam kondisi fit sampai saat kau operasi nanti. Penting untuk menjaga perasaan mu tetap dalam keadaan bahagia Kazura." Rey melanjutkan kalimatnya.

Ah benar. Rara ternyata sudah berharap terlalu tinggi. Semua yang Rey katakan demi menjaga kondisinya fit sampai saat operasi tiba. Menjaga perasaannya tetap dalam keadaan bahagia apalagi tentang kejadian malam kemarin. Tentu Rey tak ingin sesuatu terjadi pada saat-saat operasi nanti. Mengapa Rara merasa kecewa. Mengapa Rara merasa sedih karena jawaban Rey. Mengapa Rara merasa seperti baru saja terhempas ke bumi setelah terlempar jauh ke atas langit. Rara berpikir semua yang Rey katakan barusan adalah bentuk perhatian dari Rey kepada dirinya sebagai Rara bukan sebagai Orang yang mendonorkan ginjal untuk kakeknya. Pemikiran itu membuat Rara jadi pusing.

Rara tersadar karena sepertinya Rey sedang memanggil-manggil namanya.

"Ah maaf, aku sedang kepikiran hal yang lain tadi. Baiklah saran dari mu sudah ku tampung. Aku akan memikirkannya dengan baik. Untuk besok, aku akan menunggu mu jam 8 malam di Banjir Kanal Barat. Sampai jumpa besok Rey." Rara hanya bisa tersenyum getir, ingin menangis rasanya tapi Rara menahan semua air matanya.

"Baiklah. Sampai jumpa besok." Panggilan telepon pun terputus.

****

Rey merasa sangat aneh, mengapa nada bicara Rara berubah. Terdengar sedih.

"Apa aku ada mengatakan hal yang salah? sepertinya tidak. Lalu mengapa dia tiba-tiba menjadi sedih." kata Rey bergumam pada diri sendiri.

tok..tok..tok. Suara pintu diketuk. Rey langsung menyuruh masuk si pengetuk pintu. Ternyata Raditya.

Sudahlah nanti saja itu dipikirkan. Saatnya kembali bekerja. Pikir Rey.

"Saya membawakan laporan dari bagian produksi dan bagian marketing sesuai dengan yang bapak minta serta laporan penjualan perusahaan cabang bulan lalu." Radit memberikan setumpuk laporan pada Rey.

"Baiklah, terima kasih Radit." Rey membolak-balik laporan itu. Hanya membolak-balik dan tidak membacanya. Rey sedang dalam perasaan tak enak hati karena ada yang mengganggu pikirannya. Rey langsung menanyakan saja pada Raditya.

"Bagaimana dengan perkembangan produk baru kita. Apa ada masalah dari bagian produksi?" Tanya Rey masih menatap laporan dari bagian produksi.

"Sejauh ini tidak ada masalah apapun Pak. Bagian produksi sedang dalam pengerjaan tahap akhir. Setelah pengemasan selesai. Akan langsung didistribusikan ke masyarakat untuk melakukan uji coba pada produk baru kita." Radit menjelaskan secara singkat.

Rey hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Review dari konsumen sangat penting. Jangan remehkan apapun pendapat mereka tentang produk baru kita. Karena seperti sebelum-sebelumnya, akan ada yang menerima dengan baik ada juga yang menolak produk kita. Karena ini produk baru yang belum pernah diluncurkan maka membuat konsumen yakin terhadap produknya akan menjadi sedikit sulit. Pastikan bagian produksi memberikan yang terbaik dalam produk ini." Rey berkata sambil mengetuk-ngetukkan jarinya.

"Baik pak." Radit pun berkata seraya mengangguk mengerti.

"Lalu bagaimana produksi di perusahaan cabang? karena produk baru akan di produksi terlebih dahulu di perusahaan induk, jadi perusahaan cabang tak boleh sampai menunda produksi produk kita yang lain."

"Semua perusahaan cabang tetap memproduksi produk lainnya. Dan tidak ada kendala apapun. Bahkan perusahaan cabang di Bekasi juga sudah berjalan lagi pak. Itu semua berkat bapak yang sudah turun tangan mengganti kepala produksinya. Namun penjualan untuk produk Permen Jahe Susu di perusahaan cabang Surabaya 2 bulan ini mengalami penurunan pak. Hal ini disebabkan karena banyak juga pesaing kita yang sudah melakukan inovasi di produk yang serupa. Dan para konsumen pun beralih memilih merek yang lain. Jika terus seperti ini, maka produk kita untuk Permen Jahe Susu akan tergantikan dan mengurangi pendapatan perusahaan cabang Surabaya. Mengingat produk ini menjadi kekuatan bagi perusahaan cabang Surabaya. Para investor bisa berpindah ke perusahaan lain yang jauh lebih menguntungkan." jelas Radit sambil menunjukkan laporan penjualan perusahaan cabang Surabaya.

"Baiklah. Saya akan memikirkan bagaimana solusinya. Kita fokuskan saja dulu untuk produk baru kita. Segera siapkan meeting untuk besok dengan bagian produksi dan marketing. Ah dan juga saya akan lembur hari ini. Kamu tidak usah menunggu saya." Ucap Rey seraya menatap kembali lembaran laporan-laporan itu.

"Baik pak, saya permisi." Rey menganggukkan kepalanya dan Radit pergi meninggalkan ruangan Rey.

Rey menghela napas. Perusahaan ini sudah berada ditangannya sejak umurnya 25 tahun. sejak saat itu banyak sekali hal yang dialaminya. Namun yang lebih membuatnya harus menguras pikirannya adalah bagaimana melakukan inovasi pada setiap produk perusahaan.

HNS Company adalah perusahaan industri makanan dan minuman dengan bahan dasar dari jahe dan kayu manis. Saat ini HNS Company menjadi perusahaan terbesar di Semarang yang memproduksi kedua rempah tersebut. Awal kakek Rey membangun perusahaan ini hanya menggunakan bahan dasar jahe saja. Namun ketika diwariskan kepada Ayah Rey, Ayah Rey menambahkan kayu manis sebagai bahan dasar utamanya.

Sejak penambahan kayu manis sebagai bahan dasar utama. Produk-produk HNS Company disukai banyak orang dan dalam sekejap saja sudah mendirikan beberapa perusahaan cabang. Kini saatnya lah bagi Rey untuk mempertahankan semua yang sudah dimulai oleh kakek dan ayahnya. Dan ternyata itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Bahkan Rey harus turun tangan secara langsung dalam mengatasi masalah yang ada. Baik perusahaan induk maupun di perusahaan cabang.

Rey kembali menghela napas panjang. Pikirannya terus berputar-putar di sekitar percakapan antara Rey dan Rara tadi. Banjir Kanal Barat adalah tempat mereka pertama kali bertemu. Mengapa Rara ingin bertemu dengan Rey di tempat itu. Kesedihan dalam nada bicara Rara masih terngiang-ngiang di telinga Rey.

Namun apa yang dikatakan kakek kemarin malam juga tak kalah menguasai pikirannya. Rey merasa sangat frustasi. Tak tau harus apa. Apa yang dikatakan oleh kakek benar-benar membuat Rey tak percaya. Rey memijat pelipisnya dengan kasar.