Chereads / Selembar Surat Kontrak / Chapter 38 - Impian Lola (8)

Chapter 38 - Impian Lola (8)

Lola sudah diperbolehkan pulang, setelah Dokter memeriksanya.

Ya, semoga ini tidak terjadi lagi nanti. Gumam Lola

"Apa yang kau bicarakan?" Beno ternyata mendengar gumaman Lola, padahal Lola sudah mengatakannya dengan sepelan mungkin.

"Tidak ada" jawab Lola singkat

"Ayo kita bergegas kembali ke hotel" Beno mengulurkan tangannya agar Lola dapat berpegangan padanya.

Lola pun menyambut uluran tangan itu dengan hati yang bergejolak senang.

Tak ingin memikirkan yang tidak-tidak, Lola lebih memilih menikmati momen seperti ini yang ntah kapan lagi akan datang.

"Oh iya, maaf aku tak membalas pesan mu" ujar Lola pelan.

"Tidak apa. Bukan masalah" jawab Beno ringan

"Sejujurnya aku ingin membawa mu ke suatu tempat, tapi tidak jadi mengingat kau yang justru berakhir di rumah sakit" Beno mengedikkan bahunya, terdengar nada kecewa dalam suaranya namun Beno tak terlalu jelas menampakkannya. Jika tak benar-benar jeli maka tidak akan tau bahwa ada kekecewaan yang tersembunyi dari Beno.

"Aku minta maaf. Dengan cara apa aku bisa menebusnya? Maksudku, kau sudah memperlakukan ku dengan baik. Jadi aku ingin membalas mu" Lola terbata-bata mengucapkan hal tersebut. Dirinya juga merasa tak enak karena Beno yang selalu memperhatikan Lola dengan baik.

"Tak perlu memikirkan hal itu" seru Beno seraya tersenyum manis.

Oh Tuhan. Lola benar-benar sudah tak sanggup melihat Beno yang tersenyum seperti itu. Hanya dengan senyumannya saja membuat hati Lola cerah kembali.

Sesampainya di mobil, Beno segera melesat di jalanan ramai Purwokerto kembali ke hotel tempat mereka menginap.

"Apa aku boleh menyetel radio?" pinta Lola singkat dan langsung pada intinya.

"Ya, silahkan"

Lola memutar saluran radio favoritnya. Lola dan Rara sama-sama suka mendengarkan radio, namun saluran yang mereka dengarkan berbeda. Jika Rara lebih menyukai mendengarkan saluran radio dengan tema puisi, maka Lola lebih ke musik. Mendengarkan lagu-lagu baru dan trending, jika bagus Ia akan mengunduhnya. Namun Lola juga menyukai lagu-lagu lawas, karena menurutnya lagu lawas itu memiliki kesannya sendiri dan tak dapat tertandingi.

Seperti lagu yang diputar saat ini yaitu Iris milik Goo Goo Dolls yang menjadi hits pada masa itu bahkan hingga saat ini. Lagu ini haruslah berada di playlist lagu favorit karena mengandung makna yang dalam dan musiknya yang indah, terutama petikan gitarnya itu.

"Kau menyukai lagu ini?" tanya Beno seraya ikut mendengarkan lagu tersebut.

"Ya" Lola menjawab singkat, sibuk mengikuti alunan musiknya.

"Kau sudah melihat filmnya?" Beno bertanya lagi

"Maksudnya?" Lola merasa heran akan pertanyaan Beno

"Apa kau tak tau, lagu ini menjadi soundtrack sebuah film yang dibintangi Nicholas Cage" Beno menjelaskan secara singkat.

"Benarkah? Aku baru mendengar hal itu" Lola tak menyangka jika lagu ini merupakan soundtrack sebuah film

"Lalu apa judul filmnya?" Lola ingin melihat film yang dimaksud Beno.

"Sepertinya aku melupakan judulnya. Namun aku ingat bagaimana sinopsisnya. Film ini menceritakan kisah cinta antara malaikat dan manusia. Lebih tepatnya malaikat yang jatuh cinta pada manusia. Kau tau kan, kalau hal itu tak akan mungkin pernah terwujud? Ya begitulah akhirnya ceritanya. Si pemeran utama wanitanya mati dan meninggalkan si malaikat sendirian" terang Beno panjang lebar, Beno bukan hanya memberikan sinopsisnya namun memberikan bocoran film tersebut.

"Namun, jika tidak terlalu menyukai film dengan alur romantis fantasi seperti ini, kau akan cepat bosan. Dan juga menurut ku, bagaimana peran sang karakter utama tidaklah terlalu luar biasa. Tapi aku memuji bagaimana khemistri yang mereka bangun" Beno memberikan responnya terhadap film ini.

"Lalu apa yang membuat mu melihat film ini?" Beno terlihat seperti tidak terlalu menyukai film-film dengan alur fantasi apalagi romantis, namun melihat Beno yang berjuang untuk melihatnya pasti ada sesuatu dari film itu yang membuat Beno tertarik.

"Aku cukup menyukai film-film yang diperankan oleh Nicholas Cage, dan begitulah aku berakhir melihat film dirinya yang memerankan tokoh malaikat itu"

"Dan juga karena pemeran utama wanitanya yang juga membintangi film top gun"

Beno kemudian membelokkan mobilnya ke arah kiri, dan terlihatlah bangunan hotel yang cukup mewah itu.

"Kita sudah sampai"

Mereka berdua kemudian turun dan langsung menuju kamar masing-masing.

Selama perjalanan itu, Beno dan Lola sama-sama diam.

"Apa-"

"Hei-"

Mereka berdua berbicara disaat yang bersamaan dan karena itu membuat mereka jadi tertawa.

"Kau dulu saja" Beno mempersilahkan Lola berbicara lebih dulu

"Ah tidak, aku hanya ingin bertanya, apakah kau ingin menonton film yang tadi itu? yang malaikat mencintai manusia itu?"

Beno tiba-tiba berhenti berjalan dan seketika tertawa terbahak-bahak.

"Oh Tuhan. Tolong jangan suruh aku untuk melihatnya lagi, cukup sekali saja. Aku tak tahan karena itu sungguh membuat ku bosan" Beno mengibas-ngibaskan tangannya berkata tidak namun masih tetap tertawa.

Lola yang melihat itupun, ikut tertawa bersama.

Apa memang sebegitu membosankannya hingga Beno tak ingin melihatnya lagi. Pikir Lola. Well, selera orang juga mempengaruhi karena setiap orang memiliki selera yang berbeda dalam menyukai suatu hal.

Beno yang masih tertawa itu tak kuasa menahan dirinya, bahkan beberapa orang yang berjalan di lorong kamar yang sama, melihat dengan aneh ke arah Lola dan Beno.

"Sudahlah berhenti tertawa" Lola memukul lengan Beno pelan seraya memintanya untuk berhenti tertawa.

Beno pun mencoba mengendalikan dirinya, dan mulai berjalan lagi.

Saat sampai di kamar Beno, dirinya tidak berhenti justru ikut mengantar Lola hingga tiba tepat di depan kamarnya.

"Baiklah, selamat beristirahat. Jangan sampai ketinggalan, nanti pukul 1 siang" Beno mengingatkan kembali tentang kompetisi itu.

"Terima kasih" setelah mengatakan itu, harusnya Lola segera masuk ke kamarnya. Namun sesuatu menahannya membuatnya tak ingin segera berlalu dari pandangan Beno.

"Apa ada yang ingin kau katakan lagi?" Beno merasa aneh karena melihat Lola yang tak kunjung masuk ke kamarnya.

"Mungkinkah ada film yang ingin kau lihat lagi?" Lola takut-takut bertanya hal itu pada Beno. Sejujurnya Lola ingin mengajak Beno melihat film sebagai tanda terima kasih Lola kepada dirinya.

"Karena kita tadi sempat menyinggung soal Top Gun. Membuat ku ingin melihat film itu lagi" Beno melipat kedua tangannya di depan dada, menampilkan sosok keren dan aura dingin.

"Bagus. Kalau begitu ayo kita lihat bersama" Lola sudah mengutarakan niatnya, hanya perlu menunggu jawaban Beno.

"Baiklah, aku setuju" ucap Beno seraya tersenyum senang

"Oke. Aku masuk duluan" Lola pun tersenyum malu-malu karena Beno yang menerima ajakannya.

Setelah masuk, Lola langsung berjingkrak-jingkrak di ranjangnya dan tertawa-tawa.

****

Siang ini Lola sudah siap bertempur kembali dengan peserta lainnya.

Kembali jantung Lola berdegup kencang, memikirkan akan membuat olahan apa.

"Hei, apa kau sudah baik-baik saja?" tanya seorang peserta, yang Lola lupa siapa namanya.

"Ya, aku sudah baik-baik saja. Terima kasih" jawab Lola seraya tersenyum.

"Syukurlah kalau begitu. Kau pasti bisa melakukannya dengan baik" ucapnya seraya meninggalkan Lola, sambil mengingat-ingat siapa nama peserta yang menyapanya itu. Tapi nihil Lola tak dapat mengingatnya

Tak lama kemudian ketiga juri itu masuk. Seperti biasa aura menegangkan selalu terlihat dari mereka.

Namun, sepertinya Kevin lebih terlihat luwes, karena dirinya terus tersenyum.

"Selamat siang. Selamat datang kembali di kompetisi ini" Kevin berdehem sebentar lalu melanjutkan bicaranya.

"Kami sengaja merahasiakan tentang tema yang akan kalian buat olahannya. Karena kami ingin membuat sebuah kejutan untuk kalian. Kalian sudah berada di 10 besar, untuk itu diperlukan tingkatan yang lebih tinggi lagi untuk membuktikan bahwa kalian pantas lolos ke babak selanjutnya"

"Kalian bisa lihat disana" Kevin menunjukkan sebuah meja yang diatasnya ada sebuah kotak persegi.

"Di dalam kotak itu, ada sebuah petunjuk tentang tema kali ini. Dan yang akan membukanya adalah salah satu dari kalian."

Kevin kemudian menunjuk secara acak, siapa peserta yang beruntung untuk membuka kotak itu.

Dan yang terpilih adalah peserta yang berbincang dengan Lola tadi.

"Baiklah, silahkan maju dan berdiri tepat di depan kotak" Kevin mengarahkan peserta yang terpilih untuk berdiri di depan kotak yang dimaksud.

"Sekarang silahkan buka kotak itu, dan tunjukkan kepada peserta lain apa isi yang ada di dalamnya"

Peserta itu kemudian membuka kotaknya dan mengeluarkan isinya yang ternyata secarik kertas.

Merasa bingung, peserta itu kemudian membuka isi kertas itu, setelah membacanya, peserta itu menunjukkan kepada peserta lainnya.

Lola dapat melihat dengan jelas kalimat yang ditulis dengan ukuran yang cukup besar dan menggunakan spidol itu.

Mochi.

Lola mengumpat dalam hati. Dirinya sangat membenci membuat Mochi, karena gagal terus. Dan kali ini benar-benar hari sialnya, membuat Mochi yang jelas-jelas tidak akan berhasil.

"Ya, Mochi. Kalian akan membuat hidangan apapun yang terbuat dari Mochi." Kevin kemudian meminta peserta itu untuk kembali ke tempatnya.

Saat itu juga terdengar nada kecewa dari para peserta lainnya. Sepertinya bukan hanya dirinya saja yang kesulitan membuat Mochi.

"Jadi silahkan buat hidangan apapun asalkan dari Mochi. Saya harap kalian bisa membuat sesuatu yang istimewa" Kevin mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke udara, seperti memberikan semangat, yang jelas-jelas para peserta itu sudah lemas karena diminta membuat hidangan dari Mochi.

"Waktunya selama 180 menit. Dan dimulai dari sekarang" Kevin dengan lantangnya bersuara.

Sedangkan Lola kembali mengumpat mengutuk hari ini.

"Sial. Aku benci hari ini"