Pukul 5 sore. Sesuai janji Beno sudah menunggu Lola di depan pintu kamar hotelnya.
Beno bersandar pada dinding hotel dengan tangannya yang melipat di dada bidangnya seraya mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai hotel yang berbalut karpet itu. Menunggu dengan sabar kedatangan Lola.
Ceklek. Suara pintu tertutup. Lalu muncul lah seorang wanita, yang sedari tadi sudah ditunggu oleh Beno. Lola
"Apa kau siap?" Beno bertanya pada Lola yang tampak lebih segar dari saat terakhir kali dirinya melihat Lola.
"Ya" jawab Lola seraya mengangguk antusias.
"Baguslah jika kau bersemangat. Ayo" Beno tiba-tiba menarik tangan Lola dan membawanya dalam genggaman hangat tangannya.
Seketika jantung Lola berhenti berdetak sesaat karena terkejut Beno yang tiba-tiba saja menggenggam tangannya. Namun Lola segera membiasakan diri dan melemaskan pergelangan tangannya menerima sentuhan hangat tangan Beno.
"Aku hanya tidak ingin kau tersesat" ucap Beno tampak salah tingkah karena dirinya yang tiba-tiba saja melakukan sesuatu tak terduga.
"Kau akan membawa ku kemana?" Lola mencoba untuk mencairkan suasana yang entah mengapa terasa canggung.
"Kita akan ke Baturraden" Beno tersenyum lebar saat menyebut nama tempat itu.
Jika sudah datang ke Purwokerto tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi tempat wisata Baturraden.
"Baiklah. Aku ikut saja"
Jawaban Lola membuat Beno menjadi bersemangat dan menguatkan genggamannya pada tangan Lola seraya menuntunnya.
Ketika sampai di mobil, Beno segera menyalakan mesin mobil dan memacu mobil dengan kecepatan sedang.
Kira-kira hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke tempat wisata Baturraden.
"Sebenarnya apa yang ada di Baturraden ini? Kau terlihat senang sekali" Lola membuka percakapan lebih dulu. Jujur saja ini pertama kalinya Lola datang ke Purwokerto. Dan dirinya tak mencari tau mengenai wisata yang ada di tempat ini.
"Kau akan tau jika kita sudah sampai" senyum Beno dengan penuh kemisteriusan. Membuat Lola jadi semakin penasaran.
Setelah itu, keheningan mulai melanda mereka lagi. Lola tak tau apa yang harus dibicarakannya dengan Beno. Begitupun Beno yang tak tau harus membicarakan apa dengan Lola.
Perjalanan 15 menit itu pun tak terasa sudah terlewati.
Saat mereka sampai, Lola sudah terkagum-kagum melihat sekitarnya. Padahal Lola hanya melihatnya dari balik kaca jendela mobil.
"Apa kita sudah sampai?" mata Lola berbinar-binar senang.
Melihat itu, Beno semakin tersenyum senang. Rencananya membawa Lola ke tempat ini adalah keputusan yang benar.
"Ya, aku akan memakirkan mobil ini dulu" Beno mencari tempat parkir yang kosong. Walaupun ini hari selasa, namun tetap saja banyak pengunjungnya. Terlebih lagi pada sore hari seperti ini.
Setelah Beno memakirkan mobilnya, mereka pun turun.
Seketika mata Lola menjadi segar karena melihat pemandangan luar biasa di depannya.
"Jadi inikah yang namanya wisata Baturaden itu?" tanya Lola yang tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
"Ya. Ayo aku akan membawa mu melihat air terjunnya"
Beno kembali menggenggam tangan Lola.
Setelah Beno membayar tiket masuk, Beno langsung membawa Lola menuju lokasi air terjun yang dimaksud.
Saat sampai di lokasi tujuan. Lola benar-benar terdiam karena kekagumannya.
"Ini benar-benar sangat indah, Beno"
Lola tertawa senang dan tanpa sadar menarik tangan Beno.
"Ayo, bawa aku kesana. Aku ingin bermain air disana"
Lola menunjuk sebuah kolam yang menjadi tempat berlabuhnya air terjun itu.
Beno yang tangannya ditarik-tarik tak bisa menolak dan hanya membiarkan Lola membawanya.
Saat sampai di kolam itupun, Lola tak segan lagi bermain air disana.
Lola terlihat sangat bahagia, begitu juga dengan Beno.
"Aku senang kau membawa ku kemari. Terima kasih" ucap Lola dengan teriakannya hingga membuat suaranya bergetar.
"Terlalu cepat kau mengucapkan terima kasih. Kemarilah, aku akan membawa mu ke tempat lainnya" Beno mengulurkan tangannya hendak memegang Lola. Namun karena batu-batu kolam terasa licin, membuat Lola limbung dan nyaris saja terjatuh.
"Berhati-hatilah" Beno dengan sigap menahan tubuh Lola agar tak jatuh. Lalu menariknya perlahan.
"Maaf. Terima kasih" Lola sangat senang akan perlakuan Beno padanya. Mengapa Beno semakin terlihat peduli padanya. Namun Lola dengan senang hati menerima semua itu dan tak ingin terlalu memikirkannya.
"Selanjutnya kita akan kemana?"
"Aku ingin membawa mu melihat bioskop"
"Bioskop?" tanya Lola heran
"Ya bioskop. Namun bukan sembarang bioskop. Karena bioskopnya terletak di dalam pesawat. Orang biasanya menyebutnya dengan Teater Alam Baturraden"'
Mata Lola kembali bersinar terang, nampak semburat rasa penasaran di raut wajahnya.
"Ayo kita kesana" Lola kembali menarik tangan Beno dengan antusiasnya.
Namun, Beno segera mengambil langkah lebih dulu, karena Beno yang tau letak tempatnya dimana.
Selama perjalanan menuju "bioskop" yang dimaksud, Lola tak hentinya merasa takjub. Lola merasa sangat senang karena Beno membawanya. Setidaknya Lola bisa melupakan rasa gugup karena pertandingan kompetisi esok hari.
"Disini tempatnya"
"Wow, luar biasa" Lola menangkupkan bibirnya dengan kedua tangannya tak kuasa menahan kegembiraan di hati.
Beno yang melihat Lola masih terkagum-kagum itu, pun membiarkannya saja. Dan Beno memilih untuk membeli tiket masuknya. Namun beberapa detik kemudian Beno kembali dengan tangan kosong.
"Ada apa?" Beno menggelengkan kepalanya pelan.
"Bioskopnya sudah tutup, Lola. Mereka tutup pukul 6 sore. Dan sekarang sudah pukul 6 lebih 15 menit"
"Yahh" terdengar nada kecewa dalam suara Lola. Lola benar-benar kecewa karena tak bisa melihatnya.
"Masih ada hari esok. Ayo kita datang lagi nanti. Sebagai gantinya aku akan membawa mu ke tempat lain" Beno menarik tangan Lola agar Lola mengikutinya.
Lola yang sudah kecewa tampak lemas dan tak bersemangat lagi. Bahkan Lola membiarkan Beno menuntunnya.
Beno segera memacu mobil meninggalkan kawasan wisata Baturraden. Dan kembali ke Purwokerto. Lebih tepatnya Beno membawa Lola menuju Alun-alun Purwokerto.
Setiap malam selalu ramai dikunjungi, bahkan terdapat juga wisata kuliner. Oleh karena itu, Beno membawa Lola pergi kesana.
Sesampainya disana, Beno langsung memakirkan mobilnya.
"Kita keluar" Lola melihat keadaan sekitar, tampak orang-orang ramai berada di suatu lapangan.
Apa ini seperti alun-alun. pikir Lola.
Lola pun memutuskan untuk keluar dan bertanya pada Beno.
"Tempat apa ini?"
Mendengar itu, Beno menaikkan sebelah alisnya. Dan itu semakin membuat dirinya terlihat tampan. Rasanya Lola tak sanggup melihat pesona Beno yang luar biasa itu.
"Ini adalah Alun-alun Purwokerto. Kita akan berwisata kuliner disini. Selagi menunggu mu untuk meeting."
Seperti sudah kebiasaan, Beno menggenggam tangan Lola tanpa bertanya lebih dulu. Membuat Lola lagi-lagi berdebar.
"Kau harus mencoba tempe mendoan asli Purwokerto" Beno mengerlingkan sebelah matanya.
Lola mengangguk. Dirinya belum pernah mencoba tempe mendoan asli khas Purwokerto. Maka dari itu, kesempatan ini tak akan di sia-siakan nya.
****
Setelah puas berwisata kuliner di alun-alun Purwokerto, Beno membawa Lola kembali ke hotel.
"Sudah hampir pukul 8 malam. Sebaiknya kau pergi untuk melakukan meeting nya"
"Ya, aku akan menghubungi penyelenggaranya dulu. Aku tidak tau dimana tempat meeting nya"
Lola kemudian agak menjauh dari Beno.
Setelah beberapa detik berlalu, Lola kembali
"Aku akan menunggu di lobi saja. Nanti akan ada staf penyelenggara yang menjemputku. Kau bisa pergi lebih dulu"
"Baiklah kalau begitu. Hubungi aku jika ada sesuatu" Beno berjalan sambil memberikan isyarat 'sedang menelpon' kepada Lola agar jika sesuatu terjadi, Lola segera menghubunginya.
"Ya. Akan kulakukan" jawab Lola seraya mengangguk.
Hari ini Lola sangat menikmati perjalanan pertamanya di Purwokerto. Sedangkan bagi Beno sudah entah yang keberapa kalinya. Itulah sebabnya Beno mengenal tempat ini.
Lola kembali melihat tangannya yang di genggam Beno tadi. Lola seperti masih merasakan hangatnya genggaman tangan Beno dan entah bagaimana hal itu membuat hatinya juga terasa hangat.
"Ibu Lola?" seorang laki-laki petugas penyelenggara kompetisi datang menemui Lola
"Ya benar"
"Silahkan ikuti saya" petugas itupun meminta Lola untuk mengikutinya menuju ruang meeting terkait kompetisi esok.
Ternyata petugas tadi membawanya ke sebuah meeting room yang telah disediakan. Namun saat Lola masuk, tidak terlihat terlalu ramai. Jika dihitung saja ada sekitar 30 orang di dalam ruangan dan termasuk Lola.
Tepat saat Lola duduk di kursi ruang meeting itu, sosok yang Lola duga sebagai ketua penyelenggara itu masuk dan tanpa basa-basi memulai pertemuan itu.
"Selamat malam. Saya ucapkan selamat datang kepada para peserta kompetisi ini. Sebanyak 20 orang telah terpilih untuk mengikuti kelanjutan dari kompetisi olahan dessert ini. Dan malam ini saya akan menyampaikan teknis mengenai kompetisi esok" ketua penyelenggara itu benar-benar bicara tanpa basa-basi, langsung pada intinya.
Well, Lola cukup menyukai orang yang tanpa basa-basi seperti ini. Dan Lola cukup beruntung menjadi salah satu dari 20 orang yang mengikuti kompetisi. Tidak akan ada keberuntungan lain kali. Pikir Lola
"Sesuai dengan aturan, kompetisi ini akan terdiri dari 3 babak. Babak pertama yaitu eliminasi 10 besar. Babak kedua yaitu eliminasi 3 besar atau semi final dan babak terakhir adalah final..."
"Kompetisi akan dilaksanakan selama 3 hari ke depan. Untuk itu, bagi kalian yang datang dari luar kota, kami sudah menyediakan tempat untuk menginap selama kompetisi berlangsung. Jadi tidak perlu bolak-balik agar bisa memaksimalkan kemampuan anda."
"Tentu saja. Untuk pemenang kompetisi ini kalian pasti sudah mendengar dan membaca di brosur yang tersebar. Hadiah dengan nilai uang jutaan rupiah dan merasakan bagaimana memasak di dapur salah satu restoran terkenal yang ada di Indonesia" ketua penyelenggara itu mengakhiri kalimatnya dengan satu tarikan napas pelan.
Semua orang di ruangan tiba-tiba bertepuk tangan setelah mendengar kalimat yang disampaikan sang ketua penyelenggara kompetisi.
Tak menampik, siapa yang tak ingin uang jutaan rupiah apalagi bisa memasak di dapur restoran terkenal.
Kesempatan yang bagus bukan. Kesempatan yang juga jarang ada. Untuk itu, Lola akan berusaha semaksimal mungkin.
Sejujurnya Lola tak mengincar kemenangan. Lola hanya ingin membuktikan kepada diri sendiri bahwa Ia bisa melakukannya, mewujudkan mimpi yang pernah ada. Hanya sebatas itu saja.
Bagi Lola kemenangan bukan segalanya. Hal yang lebih penting, Lola mampu untuk selangkah lebih maju, mampu untuk mengalahkan segala ketakutan dalam dirinya.
Itulah kemenangan yang sebenarnya.