Wanita keriput itu beranjak dari ranjang Rumah Sakit. "Oma mau pulang," pintanya sambil memakai sandal.
"Pasien sesuka hati ya hanya Oma, untung banyak uang," ujar Andra meledek Omanya, "Pura-pura kok sampai ngrepotin Dokter dan Suster," imbuhnya ikutan turun dari ranjang.
"Habis bagaimana lagi, Oma kehabisan cara untuk membujukmu nikah, lagian Oma memang mengambil salah satu suster benama Ariana Fidia, cantik awas saja kalau Rafi macam-macam, niatnya Oma akan mencomblangkan sama Rafa yang pendiam,"
"Oma ... Oma bukan biro jodoh, sudahlah biar Rafa memilih calonnya sendiri," ujar Andra yang lalu menuntun Omanya, keduanya keluar ruangan. "Oma, omakan masih pakai baju rumah sakit," tegurnya.
"Biarlah Omakan juga pasien RS ini," bantah Omanya, Andra hanya tertawa kecil. Omanya menghentikan langkah.
"Ariana ... Ariana ... Huk huk huk, ehkm," teriaknya memanggil lalu batuk, Andra menutup telinganya.
"Oma sih ... Sampai cupleng nih telingaku, Oma ... Oma, sukanya menghabiskan tenaga," keluhnya.
Gadis berpakaian suster dengan jaket, hijab pasmina dengan tas kecil berlari ke arah miliarder itu.
"Ariana kan?" tanya Oma gadis itu hanya mengangguk, "Ayo, kenalkan ini Om Andra," ujar Omanya sambil berjalan,Andra membulatkan mata.
"Aku belum setua itu Oma, tapi aku juga seorang Pakde, hahaha," ujarnya dengan wajah memelas. Andra berjalan lebih dulu, Ariana menuntun Oma.
"Apa dia terlihat tua?" tanya Oma kepada Ariana gadis itu hanya mengembangkan senyumannya. "Malah senyum, kamu masih umur dua puluh kan? Aku tadi melihat di daftar perawat," tanya Oma gadis berhijab itu hanya mengangguk.
"Bagaimana dia terlihat tua atau muda? Jawab saja aku tidak akan menjodohkanmu kok," ujar Oma menjelaskan, gadis itu menatap Oma dengan tersenyum manis.
"Masih muda kok Oma, keren juga kok," ujarnya memuji Andra.
"Ah bohing," ceplos Oma.
"Bohong Oma," Ariana membenarkan dengan menahan senyum.
"Tuh kan kamu bohong ... jangan merasa tidak enak jujur saja, bohong dosa lo," tegur Oma, keduanya berhenti di halaman Rumah sakit, menunggu mobil.
"Hehe he, aku membenarkan ucapan Oma yang bilang bohing, aku benarkan bohong, aku jujur Oma, Om itu keren, pas jika umurnya tiga limaan,"
"Berarti itu ketuaan, ah. Kamu, tidak pandai berbohong ya jangan bohong," ujar Oma gadis itu tertawa kecil.
Tinnn!
Tinnn!
Mobil itu berhenti Oma dan Ariana masuk ke dalam mobil, Andra melaju dengan kecepatan sedang. Suara musik dan lagu dari Band Seventeen yang berjudul Ayah menemani perjalanan mereka.
"Kamu janji lo Nan ... Awas saja kalau tiba-tiba ada meeting mendadak dan gagal ke Bogor, awas kalau kamu cari cara agar lolos dari ini, kamu ingin Oma is death dan keserang lagi jantungnya?" Omanya terus mengancam, Andra menghela napas.
"MasyaAllah Oma ... Iya, iya, saksinya suster, jangan bilang begitu Oma, Oma itu lucu."
"Oma bukan pelawak," nada bicara Oma kesal.
"Oma, Oma, jangan ngambek cepat keriput nanti, Oma ... Ingat tidak? Andra, eh Isal, eh Rafi eh Bibi, eh Rafa eh Andra ... Hahaha." Andra tertawa puas setelah menirukan Omanya memanggil nama orang seisi rumah, Ariana menahan tawa dengan menutup mulutnya.
"Kualat, kena karma, kalian nanti," ujar Omanya. Andra menahan tawa, Omanya menghadap keluar kaca kemudian tertawa. "He he he, aku tidak bisa pura-pura ngambek," ujarnya.
"Oma tidak bakat ekting, buktinya tadi aku tau Oma hanya hoax," ledek Andra.
"Iya memang, Ariana tertawalah sepuasmu," ucap Oma, Ariana tersenyum, dia gadis yang sangat manis.
Mobil masuk ke dalam gerbang, "Oma, aku selesaikan tugas kantor dulu, biar besok bisa pergi ke Bogor," jelas pria itu, "Oh iya, ada kondangan pula," keluhnya, mobil berhenti, Ariana turun kemudian menuntun Oma.
Andra juga turun karena harus mengambil baju, dia masuk rumah lebih dulu melihat Aidil sedang bermain, Andra segera menggendongnya.
"Pak de kangen ... Muahc muahc muahc,"
"He ... Hiks hiks," Aidil menangis, Andra tertawa puas setelah menjahili anak dari adiknya.
"Sibuk Sal?" tanya Andra, ke Adiknya yang sibuk menggambar desain perumahan.
"Iya Mas, Mas titip ya, kalau kekondangan," ujar Faisal sibuk menggaris, Andra menurunkan Aidil lalu membantingkan tubuhnya ke sofa.
"Aku paling muak, pasti nanti diledek, kamu ya Sal, aku masih ada miting nanti jam dua," Andra mencoba melemparkan.
"Jangan lupa solat ya Dra," sahut Omanya yang terus berjalan ke kamarnya, Ariana menuntunya.
"Maaf Mas, Aidil lagi demam pula, tuh ingusnya, Mas sajalah siapa tau bertemu dengan jodohnya," ujar Faisal yang terus fokus, Andra menunjukkan wajah pasrah, dia menepuk paha lalu berdiri.
"Aku harus siap menghadapi, kapan nikah? Sudah ada belum? Bujang lapuk lo nanti, OMG bisa grazy eke," kata Andra terus mengrutu dan menirukan para orang yang bertanya soal kapan nikah.
"He hehe, sabar Mas, makanya bukalah hatimu."
"Kamu juga harus membuka hati, berikan Aidil bunda baru, aku sih santai cuma pusingnya tujuh kelabing kalau Oma ekting, barusan ekting dan ngancem akan serangan jantung," ujar Andra mencuplikan kejadian tadi, Faisal tertawa puas.
"Assalamualaikum," pemuda berkaca mata datang.
"Wa'alaikumsalam, Mas Dra kok tidak ada sih tadi di kantor aku cancel semua rapat sama marketing, ada klien penting lo, tapi untungnya mereka mau mengerti," jelas Rafa duduk mainan mobil sama Aidil.
Andra yang tadi sudah berdiri menjatuhkan diri lagi ke sofa, "Ulah gadis tadi, sama Oma pula, huf ... Ya sudah aku Go." Dia hendak keluar rumah.
"Mas masuk tadi mau ambil apa sih?" tanya Faisal. Andra yang sudah sampai pintu ingat.
"Oh iya," kata Andra berbalik badan.
"Makanya cari istri," kedua Adiknya serempak, "Kan kalau ada istri ada yang menyiapkan," imbuh Faisal, Andra lari ke kamarnya.
Rumah yang cukup besar dengan tujuh kamar tiga ruang tamu, dua kolam renang dan satu water park untuk si kecil. Andra mengambil dan memilah namun semua dia berantakkan dan melempar ke ranjangnya, Andra mengambil jas biru tua dan kemeja putih. Dia selesai dan menuruni Anak tangga, melihat kelucuan Aidil dan Rafa, Andra menghentikan langkahnya.
"Bilangin tuh Pak de, cepat kerja, jangan terpesona karena keimutanku," ujar Rafa memeperagakan Aidil.
"He e Pakde," suara Aidil membuat mereka tertawa tidak henti.
"Pakde akan pergi, jika Aidil, malaikat kecil rumah ini, memberi kecupan ke Pakde," pinta Andra lalu jongkok dan memejamkan mata, Aidil mendekat dan mengecup.
"Eak ... Basah, Aidil ... Pakde kamu kasih ingus, ha ...." Andra menggelitik keponakannya, Faisal dan Rafa melihat lalu tertawa.
Andra memang sangat suka dan sayang dengan Anak kecil. Andra mengambil tisu menyeka wajah lalu pergi dengan cepat.
Rafa mengikuti kakaknya yang juga bosnya, pemuda itu kaya tapi lebih suka naik vespa dan para skertaris pun tidak tau kalau Rafa adiknya Andra.
Bersambung.