Malam semakin larut, gadis bercadar itu pamit pulang.
"Oma, saya pamit ya sudah jam sembilan," ujarnya lembut. Andra sengaja pergi dari ruangan itu. Oma mengantarnya ke depan gadis sopan itu sungkem lalu masuk ke mobil.
Mobil gadis itu sudah keluar gerbang tanpa diduga Andra berdiri menghadang, dia mengerem Andra melihat gadis itu sudah melepas cadar dan hijabnya. Gadis itu merunduk dan menyembunyikan wajahnya.
"Aku tau, kamu Nayla kan?!" tanya Andra tetap berdiri didepan mobil. Gadis itu turun dari mobil, tanpa hijab tanpa cadar.
Wajah cantik yang selama ini dirindukan oleh Andra kini telah berdiri di depannya.
"Sini duduk," ajak Nayla, Andra mengikuti.
"Kamu menghilang kemana saja?" tanyanya, menggenggam erat tangan Nayla, Nayla melepaskan.
"Tolong jangan sentuh aku, aku trauma!" pintanya, Andra melepaskan dan menatap gadis itu.
"Nayla aku."
"Stop Andra!" sahut cepat Nayla merunduk lalu menatap mata Andra. "Aku tidak mau menjadi perusak hubunganmu dengan Oma, plis majulah jangan lagi mengingatku dan mengenangku, jika kamu tetap begini kamu tidak akan tenang dan akan selalu terbayang olehku," jelasnya.
"Tap."
"Andra ... Aku sudah bukan milikmu, aku menyamar dan kau tetap mengenaliku,aku tidak ingin hidup denganmu makanya aku pergi, pergi jauh bertahun-tahun, plis Andra, aku bukan yang terbaik untukmu, plis," kata Nayla menatap dengan pandangan memelas.
"Apa salahku? Apa aku terlalu fokus dengan Adik-adikku hingga waktu itu," Andra mencari tau alasan dari Nayla namun Nayla tidak memberi ruang untuk Andra.
"Hanan stop ... Aku bahagia sekarang ini aku menjalani hidupku. Bahkan tanpa kamu aku bahagia, jangan menyalahkan tugasmu, aku bangga namun saat itu aku memang harus pergi, maaf ... Aku pergi tidak pamit dan menghilang begitu saja. Andra, jika kamu mencintaiku izinkan aku bahagia dengan hidupku. Aku yakin kamu akan bahagia, jangan terbelenggu oleh masa lalu kita ya," pinta Nayla, Andra menatap dengan mata memerah dan sudah mengeluarkan air, dia meneguk ludah.
"Tolong beri alasan agar aku yakin untuk melepasmu, tolong tunjukkan suasuatu agar aku tidak lagi menyimpan rasa kasih terhadapmu, tolong jelaskan apa alasanmu meninggalkanku," pinta Andra, Nayla menghela napas membuang wajah sebentar lalu menghadap Andra.
"Aku sudah tidak suci, banyak laki-laki yang tidur bersamaku, puas! Atau masih belum percaya?" tanya Nayla, "Aku sengaja pergi dan menjual diri karena Ayah butuh uang untuk cuci darah setiap hari." Belum selesai berbicara.
"Kenapa kamu tidak meminta ke aku?" tanya Andra dengan nada tinggi.
"Aku bisa membayarnya dengan apa Andra! Tolong mengertilah, kamu hanya seorang pacar jika aku meminta uang aku dibilang matre, sedang aku cuma punya raga, rumah ngontrak, akhirnya kuliah tidak tuntas, tolonglah Dra ... Menikahlah dengan Anna," Suara yang tapi tinggi kini merendah. "Aku malu, dan sudah berdosa, menutupi dan sok suci, aku hina Dra ...."
"Sekarang biarkan aku menikahimu dan menebus dosamu bersama, mari kita ibadah bersama taubat bersama,"
"Hehe he," Nayla tertawa remeh. "Sudah terlambat kamu kira aku menjadi desainer ini karena siapa."
"Siapa?" tanya Andra sangat penasaran.
"Aku simpanan Om, Om setiap hari dia memberi modal dan menungguku, aku tidak enaklah aku belum menghabiskan malam dengannya karena dia maunya menikahiku, aku juga akan menikah besok. Jelaskan? Jadi ... lupakan aku dan cintai Anna," pinta Nayla berdiri.
"Ini masih belum terlambat biarkan aku membayar hutang ke Om itu," pinta Andra meyakinkan berdiri dan mengerutkan kening.
"Andra kamu pria baik, lupakan aku ya, aku sudah bahagia, sekarang cari kebahagiaanmu dan hidupkan bersama Anna," jelas Nayla sudah menarik gagang pintu hendak masuk mobil. Andra bersimpuh di hadapan Nayla.
"Jangan begitu aku tidak pantas." Nayla mendorong Andra yang tidak berdaya karena cintanya. Saat akan masuk ke dalam mobil Nayla tertunduk menangis pilu.
"Heh ... Aku tetap mencintaimu selama ini, tolong ... Kembalilah padaku aku tidak peduli dengan statusmu, Nayla ...." Pria itu memohon kepada wanita yang juga terjatuh lemas di jalan.
"Hek hek heks, jangan seperti itu ya eesth ... Aku sudah menempuh hidup baik dengan Om itu, Om itu mengajariku taubat, mengajariku banyak hal, dia sudah memberika segalanya, tolong ... Iklaskan aku, lepaskan aku ya ...." ujarnya segera menghapus air mata lalu berdiri.
"Nay ... Bisakah aku menjadi temanmu, datanglah kepadaku saat kamu butuh ya, aku tetap di sini, aku akan menuruti semua keinginanmu," pinta Andra berdiri.
"Apa kau mau aku datang di saat aku butuh?" tanya Nayla, Andra menatapnya lalu mengangguk.
"Aku tidak akan datang tapi aku bisa menghubungimu, tapi ... Aku tidak mau jadi pelakor lagi, selamat tinggal Andra," ujarnya masuk mobil. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.
Merasa penat Andra teriak sekuat tenaga dan duduk tidak berdaya.
"Kenapa semua begini ...!" gumamnya.
"Karena takdir dan tidak berjodoh," suara Omanya dari semak-semak.
"Oma," panggil Andra berdiri lalu menggandeng omanya yang menghapirinya.
"Mari masuk," ajak Omanya, Andra tidak mau terlihat cengeng dia segera membersihkan bekas air mata. Keduanya berjalan memasuki halaman, melihat kursi panjang.
"Oma capek berdiri karena mengupingmu dan biarkan Oma duduk dulu kita bicara ya," ajak Omanya, Andra menuruti Omamya.
"Oma semakin tua kok kepo sih," kata Andra meledeknya walau hatinya terasa sangat teramat sakit.
"Biar ya ... Andai tadi Oma tidak mengikutikan Oma tidak tau kendala apa yamg menyerangmu, hingga kamu menolak untuk menikah. Andra ... Memang seperti itu Dra ... sesuatu yang kita inginkan terkadang tidak bisa kita miliki, tapi ada solusi lain, kamu bisa hidup tanpanya selama ... berapa tadi ya?"
"Faktor U, tujuh tahun Oma," jawab Andra mengendalikan diri.
"Oh iya, selama tujuh tahun kamu bisa hidup tapi merana, sekarang dia sudah memberi jawaban yang pasti, jadi kamu harus berusaha mencintai Anna. Andra hidup terus maju, waktu terus berganti Oma napasnya sudah ngik, ngik, tolong turuti kemauan Oma, berusaha keraslah untuk mencintai Anna, ya?" ujar Omanya, Andra menatap langit dengan seribu bintang dengan hati yang perih.
"Aku akan berusaha Oma, namun jangan salahkan aku juga, Ros harus tetap bersabar akan cintaku," belum selesai Oma menepuk pahanya.
"Heh, kok roti terus! Anna," jelas Neneknya, Andra tertawa palsu.
"Bagaimana aku bisa cinta, sedang aku memanggil namanya saja sudah terbahak-bahak," ujarnya.
"Alhamdulillah ... Dengan namanya saja kamu sudah bahagia apalagi nanti dengan orangnya nanti, Oma yakin kamu akan membuka hati untuknya," jelas Oma, Andra terbungkam.
"Oma ..." Andra menatap wanita keriput itu, Omanya juga menatap Andra.
"Kenapa dengan tatapanmu? Apa jatuh cinta juga sama Oma?" tanya Oma meledek, Andra tertawa dan memeluk erat Omanya.
"Semoga Allah selalu memberi kesehatan untuk Oma, kesehatan sampai aku bisa bahagia, kesehatan sampai aku punya Anak, Aamiin," ujarnya lalu merangkulkan tangan ke punggung Oma.
Bersambung.