Pagi ini sangat cerah, Andra masih santai dengan pakaian ala santri, dia berjalan ke dapur lalu sesuatu datang dipikirannya.
"Hah ... Aku lupa jika harus ke Bogor, dia berlari ke kamarnya lalu meraih ponsel dan menelpon sekertarisnya.
"Cancel semuanya." Hanya itu pesan Andra.
"Andra ...! Huk uhuk," teriak Oma sampai batuk.
"Iya Oma ...." Dia mengambil koper dan segera turun, melihat semuanya rapi Andra menggaruk kepalanya.
"MasyaAllah ... Kok masih sarungan? Seperti habis khitan saja," ujar Omanya menepuk dahi, merasa pening dengan sikap cucu pertamanya. Andra tertawa dia menghapiri semua saudara dan Omanya.
"Kalau dandan sekarang bukan calon pengantin namanya Oma, nih aku sudah bawa semuanya," jawab Andra untuk menenangkan.
"Bantah terus, ayo cepat, Rafi dan Faisal dan Bibik satu mobil, Rafa, Ariana dan Andra sama Oma," jelas Omanya, Rafi melecur dan terus mengrutu.
Mereka berjalan, Rafi berniat mendekat ke Omanya, "Oma ... Biarkan aku sama Oma ya," pinta Rafi merengek manja sambil mengayunkan tangan Oma. Merayu sang Oma agar dekat dengan Ariana.
"Keputusan Oma tidak bisa diganggu gugat," ujar Omanya tegas, membuat Rafi glaglapan, lalu masuk ke mobil, Ariana dan Oma duduk di tengah, Rafa sebagai supir dan Andra duduk di samping Rafa, Rafa memulai perjalanan dengan mengucap bismillah pelan tidak sengaja menatap mata Ariana dari kaca kecil di atasnya.
Mobil pun melaju perasaan Ariana merasa deg-degan, setiap hari Ariana berada di rumah Oma dari jam tujuh sampai habis magrib, rumah yang dipenuhi pria tampan dan mempesona serta berkarismatik, membuat Ariana sering salah tingkah.
Andra sibuk dengan ponselnya, "Sudah dibawa semua kan ya tadi?" tanya Oma memastikan lagi.
"Pak Narto sudah memasukkan semua Oma, kalau cincinnya tidak tau," jawab pemuda berkaca mata itu.
"Andra ... sudah bawakan?" tanya Oma.
"He ...." jawaban Andra hanya seperti itu.
"Oma ngek kalau kamu sampai ceroboh," ancam Oma, Andra meletakkan ponselnya, lalu merogoh saku kaosnya.
"Inikan mau Oma, nih Oma bawa awas kalau Oma lupa," kata Andra mengancam balik Omanya, lalu memberikan kotak cincin itu ke Omanya, Oma menerima lalu diletakkan ke tasnya, mereka tertawa kecil.
"Oh ya, Andra kamu tinggal di Bogor dua hari, Rafa yang akan mengurus kantor," ujar Oma. Awalnya Andra terbelalak tidak terima, namun dia hanya bisa menghela napas pasrah.
"Baik ... Oh ya, Fa, kemarin ada masalah apa kamu sama sekertaris Lisa?" tanya Andra ke Adiknya.
"He he he, biasa Mas cinta di tolak," jawaban Rafa santai sambil fokus menyetir, ingin sesekali memandang Ariana, namun Rafa menahan nafsunya.
"Eh heh ... Saran aku jangan deh, matre tau, kalau dia tau kamu Adikku pasti dia mau jadi pacarmu, berhubung belum tahu malah sok-sok an," ujar Andra.
"Alhamdulillah Cucu tertuaku ternyata bisa bersikap dewasa," ucapan Oma membuat Andra tertawa kecil, sambil menatap sendu wanita keriput itu. Oma memejamkan mata, Andra menatap penuh kasih sayang.
"Makanya itu Mas, anggap saja aku hanya pekerja, sulit mencari gadis yang tulus, aku akan memilih di jodohkan saja, Oma carikan juga boleh," ujar Rafa, Oma malah mendengkur mereka tertawa puas.
Hokr!
Hokr!
"Wanita tuaku, Oma pasti lelah semalam dan setelah subuh beliau sangat bingung dan mengatur semua dengan detail," ujar Andra merasa kasihan kepada wanita yang merawatnya.
"Iya dari tadi ... Habis tahajjud sibuk banget," ujar Rafa, Ariana hanya diam dan menikmati pemandangan yang disuguhkan alam.
"Jadi kamu menyatakan cinta sama Lisa?" tanya Andra membahas itu lagi. Rafa tertawa remeh. "Aku tidak menyangka kamu berani, cantik sih Lisa memang," puji Andra.
"Hah ... Cantik luarnya Mas, buat apa mencari yang begitu," ujar Rafa sambil membelokkan setir. "Aku tidak menyatakan cinta secara lansung, aku ngetes aku minta tolong Mas Galih untuk menulis surat dan mengirim bunga dengan namaku, eh tidak ku sangka, tidak ku duga, dia malah kayak singa habis melahirkan, kesetanen. Aku biasa saja sih Mas, sudah sering soalnya, hahaha, niatnya mau pacaran tapi kalau tidak ada yang mau ya ... Bagaimana lagi. Jika ada yang mau dihalalil aku mending nikah langsung saja Mas," perkataan Rafk
a direkam oleh Ariana, Andra menepuk bahu Rafka.
"Betul jangan pacaran, tapi ... Cari istri juga bukan hal mudah, apa lagi kayak aku gini, semoga bisa cinta," ujar Andra lalu mengambil roti di depannya.
"Mau Mas," Rafa meminta, Andra memberikan. "Mbak Suster," Rafa mengulurkan roti ke Ariana, Ariana menerimanya.
"Terima kasih," ucap Ariana sangat lembut
"Terima kasih juga sudah sabar dengan Oma yang cerewet," ujar Rafa, Andra tertawa, Ariana tersenyum.
"Kalian awas ya," sahut Oma tetap terpejam, mereka tertawa.
"Aku sudah tidak ada niat Mas untuk mencari sekertaris yang kemudian di jadikan istri, palingan kalau ada yang mau ya nanti minta tolong Mas Isal untuk mencari dan ta'aruf dengan santrinya Kiai Nur Iskandar, hah ... Tapi banyak yang menilai dari penampilan," kata Rafa.
"Kamu masih umur dua tiga bisa bekerja, kamu cerdas pasti ada gadis yang tulus tidak memandang harta dan tahta serta rupa, setiap jodoh sudah disiapkan olehNya, asal jangan seperti aku yang ribet dan terbelenggu masalalu," ujar Andra mengambil botol air, lalu minum.
"Mas bagaimana sebenarnya perasaannya saat ini?" tanya Rafa menurunkan kaca mobil, Andra masih sibuk dengan ponselnya.
"Hujan dimusim semi," gumam Ariana mengeluarkan pujuk jari agar bisa menikmati rintikan air hujan.
"Seger ya Mbak," ujar Rafa, Ariana mengangguk.
"Kamu tadi tanya perasaanku kan? Aku terpaksa demi Oma, aku berharap, aku tidak akan menyakiti ros eh, maksudku Anna, saat ini tidak ada kemistri apa-apa secuil keyakinan akan datangnya cinta pun tidak ada, semua datar dan aku siap menerima resikonya, entahlah bagaimana nantinya, yang penting Bissmilah karena aku menikahinya," jawaban dari Andra membuat Ariana menatap CEO itu.
"Mas Andra belum tau wajah Mbak Anna?" Ariana berani bertanya.
"Sudah pernah di kasih foto sih sama Oma tapi aku tidak lihat, mending lihatnya pas jadi istriku saja, cantik ataupun jelek kalau sudah menjadi istri pun aku terima," kata Andra menjawab santai karena tidak ingin melukai hati Oma.
"Mas Andra tidak tertarik sama sekertaris? Maaf saya bertanya, biasanya kan CEO jodohnya sering sekertarisnya," ujar Ariana, Andra tertawa simpul.
"He hehe. Tanya Rafa gih," kata Andra melempar pertanyaan Ariana ke Rafa.
"Ha? Jawab aku, baiklah biar tidak ngantuk saja ya, setiap bos tidak tentu jodohnya bisa siapa saja, sama seperti Dokter tidak mesti menikahi susternya kan?" Rafa balik bertanya, gadis manis itu mengangguk.
"Iya benar," jawab Ariana lirih.
"Mbak Suster sudah ada jodoh?" tanya Rafa.
"Masih menjalani ta'aruf," jawabnya, Rafa mengetuk-ngetuk setir dengan jari telunjuk.
"Wih keren banget tuh Mbak, malah bagus itu," puji Rafa.
"Rafi sudah lama tidak bawa gadis ke rumah, taubat kah dia?" tanya Andra, Rafa tertawa.
"He he he, pertanyaanmu konyol Mas, palingan ada hati ke Suster," jawaban Rafa membuat Ariana tercengang.
"Masa, tapi tenang saja Mbak Suster dia mudah muve on kok, Mbak fokus sama pekerjaan Mbak saja, Rafi itu ganteng jadi mudah meluluhkan hati wanita, wanitanya yang kasihan, ya semoga cepat taubat, Aamiin," ucapan Rafa menenangkan Ariana.
"Aamiiin," sahut Andra.
Bersambung.