Julia kembali ke rumah di jam makan malam. Mobil taksi yang ditumpanginya mengalami masalah di jalan. Mogok beberapa jam dan terjebak kemacetan.
"Terima kasih sudah mengantar saya dengan selamat."
"Sama-sama, Non. Kalau butuh taksi, boleh telepon. Saya siap mengantar kemana saja," ucap Sopir taksi sambil memeragakan seolah sedang menelepon dengan telapak tangan.
Dari atas balkon kamar, Damian melihat mereka yang terlihat akrab. Apalagi saat melihat gerakan tangan sopir itu, darahnya seakan bergolak, mendidih, terbakar rasa cemburu. Kedua tangannya menggenggam kuat besi pembatas balkon.
"Melarikan diri dari kantor, pulang diantar sopir taksi, masih begitu akrab juga. Awas, kamu, Julia!"
Damian bergegas menghampiri istrinya yang baru saja masuk ke dalam gerbang. Tanpa bertanya terlebih dulu, ia langsung melampiaskan kekesalannya. Menarik tangan Julia dengan kuat, membawanya ke kamar, lalu mengunci pintu dengan kasar.
Brak!
