"Apa … ini?"
"Cincin," jawab Satya singkat.
"Aku tahu, tapi maksudnya …."
"Aku terbiasa memegang pisau dan stetoskop, jadi tidak tahu bagaimana melamar dengan romantis."
"Jangan bercanda, deh, Mas. Cincin pertunangan kita masih melingkar indah. Nih, lihat! Jadi, untuk apa melamarku lagi?"
Satya melepas cincin di jari manis Neina. Melemparkan cincin itu keluar jendela begitu saja. Gadis itu membelalak.
"Mas! Kenapa dibuang?"
"Aku sudah membuang cincin pertunangan kita, karena cincin itu mengingatkan aku pada masa lalu. Jadi, kau juga harus membuangnya. Sekarang, pakai cincin yang baru dan memulai hidup baru denganku. Kamu mau, 'kan? Kumohon, menikahlah denganku," ucap Satya sambil memasang cincin itu di jari manis Neina.
"Hem. Aku mau," jawabnya dengan senyuman lebar.
Cup!