Satya kesepian di rumah Sultan yang sangat besar. Laki-laki itu sedang pergi mengejar cintanya setelah membaca pesan terakhir Lilian. Gadis itu, sampai akhir hayat hanya memikirkan Sultan. Ia tidak menyesal telah mengorbankan nyawanya.
"Suntuk sekali. Aku telepon Kevin, deh," gumamnya sambil mengambil ponsel yang ada di atas meja.
Ting! Tong!
Ia mengurungkan niatnya menelepon karena suara bel pintu. Sultan tidak memiliki asisten rumah tangga, hingga mereka harus selalu membuka pintu sendiri saat ada tamu yang berkunjung. Satya bangun dan berjalan santai menuju pintu depan.
Ceklek!
"Neina! Tumben, datang ke sini malam-malam?"
"Tidak disuruh masuk dulu?"
"Hah? Maaf. Ayo masuk," ujarnya sambil membuka pintu lebar. Setelah gadis itu masuk, ia menutup dan mengunci pintu kembali.
"Aku datang karena disuruh mengantarkan makan malam. Nih!"
