Satya terbangun keesokan hari. Kepalanya terasa berputar-putar saat ia beranjak turun dari ranjang. Laki-laki itu terduduk kembali di tepi ranjang, lalu mengambil ponselnya.
"Hah? Gila … sampai seratus kali panggilan tidak terjawab. Memangnya ada perang dunia ketiga, sampai begitu mendesak meneleponku sebanyak ini? Dasar, anak ini!"
Ia segera menekan tombol panggil kembali dan segera setelah dering kedua, Kevin menyapa dari ujung telepon yang lain.
"Kemana saja? Kevin menelepon sejak kemarin malam dan Paman baru membalas pagi ini."
Nada bicara Kevin terdengar kesal bukan main terhadapnya. Satya hanya tersenyum kecut mengingat kebohongan Kevin dan ucapan Sultan. Bahkan setelah ia mabuk, ia tetap mengingat semuanya saat terbangun.
"Seharusnya aku yang marah padamu, karena kau sudah membodohiku, Bocah tengik!"