"Mas, aku mandi dulu. Kalau, Mas, sudah mengantuk, tidur duluan saja."
Aldo bergeming. Seulas senyum tipis terbit di kedua sudut bibirnya. Caroline memanggil Aldo dengan panggilan 'Mas' untuk pertama kali. Itu memang sudah seharusnya. Selain karena laki-laki itu lebih tua darinya, ia juga adalah suaminyaa. Wajar sekali jika Caroline memanggil seperti itu.
Aldo duduk di tepi ranjang. Ia menatap foto di layar ponsel. Ia tahu kalau di hatinya, wanita itu tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun.
"Aku harap … kamu bisa hidup bahagia bersama Satya. Maafkan aku …." Helaan napas berat keluar dari kedua belah bibirnya.
Aldo berbaring dengan kaki menjuntai. Memejamkan mata sambil membayangkan hal-hal indah bersama Caroline selama sebulan terakhir. Hubungan mereka telah membuat Aura pergi, tapi ia tidak bisa menyalahkan diri sendiri. Takdir dan jodohnya sudah diatur. Mungkin, ia memang ditakdirkan hidup bersama Caroline.