"Kenapa bengong?"
"Hah! Tidak apa-apa. Berkas dari mas Aldo sudah saya simpan di meja. Permisi, Mas," pamit gadis itu terburu-buru.
Sultan menghadang di pintu. Ia tidak mau membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Sudah sampai sejauh ini sandiwara yang dimainkan olehnya, mana bisa ia biarkan gagal.
"Mau kemana?"
"Aku mau pulang, Mas. Tolong minggir," jawab Zenita dengan wajah yang pucat.
Ia terlihat biasa saja sebelumnya, tapi berubah pucat tiba-tiba. Sultan mengkhawatirkan gadis itu. Agar Zenita tidak pergi, Sultan mengunci pintu ruangan dan menyimpan anak kunci ke dalam saku jas.
"Kamu tidak boleh pergi."
"Kumohon, Mas. Biarkan aku pulang," pinta gadis itu sambil menadahkan tangan, meminta kunci ruangan itu.
"Wajahmu sangat pucat dan aku khawatir padamu."
Sultan mengajak gadis itu ke ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang istirahat. Itu tempat tinggalnya. Zenita sudah menolak dan memberontak dari cengkeraman tangan laki-laki itu, tapi ia kalah, dan akhirnya pasrah.