Sudah berhari-hari, Aura menghindari berbicara dengan Satya. Meski dokter itu masih mengantar jemput Aura, tetapi mereka jarang mengobrol di dalam mobil. Gadis itu juga selalu langsung masuk ke rumah, setelah turun dari mobil Satya.
Saat diantar pulang, gadis itu selalu menghadap ke jendela mobil. Sekarang, Aura tak pernah lagi menyuruhnya masuk untuk sekedar minum kopi dan mengobrol dengannya. Telepon darinya juga tidak pernah diangkat.
Ia ingin bercerita pada sahabatnya, tapi sedang sangat sibuk di rumah sakit. Satya hanya bisa melamun di ruangannya dengan dagu ditopang kedua tangan di meja. Ketika Herman datang dan masuk ke ruangannya saja, Satya sama sekali tidak menyadarinya.
"Melamun?" tanya Herman.
"Eh, Dokter Herman. Kapan masuk? Bukannya sedang ada jadwal operasi?" Satya balik bertanya pada Herman.