Chereads / IMPERFECT CEO / Chapter 6 - 6. Two Clever Raccoons

Chapter 6 - 6. Two Clever Raccoons

Siapa yang tak mengenal pasangan fenomenal yang selalu saja menyajikan hubungan romansa percintaan yang halus dan lembut. Cara bermain ke duanya untuk mengimplementasikan rasa suka satu sama lain sungguh membuat semuanya terheran-heran juga terkagum sebab kata terlalu romantis ada di dalam hubungan mereka. Eva Margreeth dengan sang kakasih, Barend Antonius.

Hubungan romantis keduanya sungguh berbeda dengan jalinan kasih yang terjadi antara Luna Skye dengan William Brandy. Luna dan Willi cenderung tertutup pasal hubungan mereka. Tak ingin banyak mengumbar kemesraan juga cerita romantis yang terjadi antara mereka hari ini. Luna hanya sering menceritakan hubungannya dengan Willi pada sahabat-sahabat dekatnya saja. Lebih memilih menjalani hidup percintaan dengan sang kekasih dengan cara yang misterius.

Banyak yang mengatakan bahwa William adalah tipe laki-laki brengsek yang hanya tau cara minum dan membayar wine, wiskey, dan segala macam minuman berakhol juga bermain sembari menggoyangkan tubuhnya bersama para gadis penghibur malam di dalam alunan musik club malam dan diskotik. William bukan tipe si setia yang pandai menyisihkan waktu untuk bersua bersama pasangannya di akhir pekan. Akan tetapi bagi Luna, William adalah pria baik dari segala pria yang pernah ditemuinya dalam menjalani hidup. William memang buruk dalam bertingkah. Hanya pandai menghamburkan uangnya untuk hal-hal tak berguna saja. Akan tetapi, William adalah pria yang jujur. Ia selalu mengatakan apa yang terjadi padanya hari ini dan kemarin pada sang kekasih dengan jujur.

Tak membohongi Luna sedikit pun? Yang diketahui oleh gadis itu adalah tidak!

"Kau mau minum apa, Luna?" Suara Barend menyela lamunannya. Mengetuk sisi meja kaca di depan gadis yang masih fokus menatap jendela besar yang ada di depannya.

Lagi-lagi Luna dusta! Mengatakan pada Willi bahwa ia akan kembali ke rumah sebelum senja datang menghandang. Menyudahi siang dan menutup hari juga menghantarkan gelapnya malam bersama taburan bintang serta bulatan satu rembulan malam yang indah di atas luasnya langit kalau mendung tak datang malam ini.

"Apapun." Gadis itu menjawab singkat. Menoleh pada Barend juga Eva yang hanya menganggukkan kepala mereka ringan.

"Coffe late?" tawarnya pada Luna.

Gadis berambut pendek sedikit ikal itu mengangguk. Bukan ide yang buruk menyambut malam dengan secangkir kopi yang hangat mengepulkan asapnya di udara.

"Camilannya?"

"Terserah," sahut Luna tersenyum tipis. Kembali menoleh dan tak acuh pada lawan bicaranya.

Eva menarik lengan baju yang dikenakan oleh Luna. Membuat gadis itu kini harus kembali menoleh dan memberi sental netra indah miliknya menatap sang sahabat.

"Ada yang sedang mengganggumu Luna?" tanya seseorang menyahut sebelum Eva kembali membuka suaranya untuk mempertanyakan hal serupa.

Luna kini memalingkan wajahnya untuk menatap pria berambut klimis dengan kemeja putih polos yang dibiarkan dua kancing atas terbuka untuk mengijinkan udara masuk ke dalam tubuhnya. Damian Edaurus.

"Tentang Ge Sketchbook Company?" tanya Damian asal. Sukses menyita perhatian Eva juga Barend yang sontak nan kompak menoleh pada Luna yang hanya berdecak kasar sembari mendesah ringan.

Benar! Perusahaan penerbit di mana Luna akan dikirim itu sungguh membuat gadis tinggi berhidung mancung itu sukses menahan gelisahnya kali ini. Luna membenci bekerja. Atau katakan saja, ia belum sempat mengumpulkan niat dan keberanian untuk mulai terbiasa bekerja di sebuah perusahaan besar dengan puluhan senior dan satu bos besar yang akan sangat membosankan dan menjengkelkan.

"Sudah kukatakan bukan, kalau perusahaan magang kita berdekatan. Jadi kau—"

"Jika berkerja magang, artinya aku akan menjadi orang yang sibuk?" tanya Luna menyela kalimat dari Damian.

Siapapun yang mendengar kalimat Luna menganggukkan kepalanya tegas. Saling tatap sejenak kemudian Barend mulai membuka suaranya.

"Kau harus mengurus ini dan itu di kantor. Berkenalan dengan lingkungan baru, bos baru, belum juga senioritas yang menjengkelkan." Barend mengakhiri kalimatnya dengan gelengan kepala cepat. Menatap Luna yang kini semakin tegas menghela napasnya untuk menunjukkan betapa gundahnya ia saat ini.

"Kau sudah mengecek perusahaan yang akan kau datangi?"

Luna menganggukkan kepalanya. "Sedikit. Aku membaca sedikit tentany Ge Sketchbook Company."

"Bagaimana menurutmu?"

Luna terdiam. Menatap lawan bicaranya kemudian tegas menaikkan kedua sisi bahunya. "Aku akan berbicara kalau sudah datang ke sana besok."

"Bukankah itu William?" sela Eva memotong pembicaraan Luna juga Damian. Membuat semua yang duduk mengelilingi meja besar di sisi ruang kafe yang menjadi tempat mereka menghabiskan hari dengan berbincangan ringan tanpa jeda dan sela itu kini menoleh cepat. Menatap pemandangan asing dengan seorang laki-laki yang berjalan sempoyongan menyusuri trotoar jalanan.

"Dia mabuk berat lagi?" sambung Eva membuat Luna cepat berekasi. Bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pintu keluar kafe. Mendorongnya kasar kemudian berlari untuk menjangkau posisi William yang baru saja ingin menyebrang jalan dengan keadaan gontai sedikit sempyongan. Tingkahnya pun aneh hingga tak bisa dikatakan bak orang waras.

"Aku selalu bertemu dengan William dengan keadaan begitu," tukas Damian menyela keheningan selepas Luna keluar dari kafe.

Eva bersama sang kekasih menoleh bersamaan. Sejenak menatap Damian kemudian kembali menoleh ke arah luar kafe untuk melihat Luna yang mulai merengkuh tubuh sang kekasih. Memeluknya sembari mencoba untuk menyadarkan William yang benar-benar sedang mabuk berat senja ini.

"Bukankah Luna itu bodoh?" Eva menimpali. Menghela napasnya kasar sembari tegas memutar tubuhnya untuk bisa berposisi nyaman dalam melihat adegan yang tak asing lagi untuknya.

Melihat Luna menolong sang kekasih yang sedang mabuk berat di sisi trotoar jalanan sembari menjadi bahan tontonan untuk umum adalah pemandangan biasa untuk Eva Margreeth dan Barend Antonius. Tak menolong? Untuk apa Eva menolong sahabat bodohnya itu? Ingin mengumpati dan memakinya, mungkin iya.

"Aku kira kalian merestui dan menyukai kehadiran William untuk Luna."

Eva tersenyum miring. Kini menoleh sesaat puas menatap aksi heroik sang sahabat yang sudah menyelamatkan sang kekasih dari rasa malu jikalau William melalukan hal bodoh di depan umum seperti musim panas lalu.

"Karena William adalah kekasih Luna, jadi kita berpura-pura untuk menyukainya. Selebihnya? William adalah pria brengsek yang menjadi parasit di hidup menyedihkan milik Luna. Dia tak berguna sedikit pun," ucap Eva menerangkan dengan mendapat anggukan kepala dari Barend. Ia hanya bisa mengakui rasa tak sukanya padanya William jikalau tak ada Luna untuk mendengar keluhannya itu. Bukan ingin menjadi teman palsu bagi Luna Theresia Skye, namun Eva juga Barend hanya tak ingin menyakiti hati sang sahabat kalau ia mengungkapkan rasa bencinya pada William. Sebab gadis dungu itu terlihat begitu menyukai William Brandy.

"Dan kau, Damian ...." Barend menyela. Membuat pria yang baru saja ingin menoleh kembali menatap Luna dari kejauhan itu kini teralih. Menyentralkan lensanya menatap Barend yang ada di depannya.

"Bukankah kau juga menyukai Luna?"

Damian terdiam sejenak. "Lalu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan polos.

"Ambil Luna dari William. Jika kau benar menyukainya, kita akan membantu."

... To be Continued ....