Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita mengetahui bahwa orang yang kita cintai dan kita harapkan sedang mencintai juga mengharapkan orang lain saat ini. Sialnya, kita hanya bisa diam đan berpura-pura bahwa semuanya sedang baik-baik saja. Pepatah kalimat panjang itu adalah deskripsi keadaan Damina Edaurus saat ini. Mencintai Luna Theresia Skye seorang diri tanpa bisa mengungkapkan perasaannya dan memulai harapan baik bersama Luna Skye, Damian adalah pria yang memilih diam. Memilih untuk memendam rasa yang dipunyainya hingga semesta sejenak memberikan sebuah celah kesempatan untuk Damian bisa bersama Luna.
Di dalam mobil taksi yang membawa tubuh Luna Skye dengan sang kekasih, William Brandy inilah Damian berada. Duduk di sisi kursi kemudi sebab jok belakang mobil sudah penuh. Beberapa menit hampir satu jam berlalu Damian datang dan menolong Luna. Mengabaikan Eva juga Barend yang tegas menyuruhnya untuk membiarkan Luna berusaha seorang diri. Eva muak dengan kebodohan sahabatnya itu. Mencintai dan menaruh harapan pada laki-laki pecandu alkohol yang tak memiliki perkejaan tetap seperti William adalah hal terkonyol yang pernah dilakukan oleh Luna.
Namun, Damian paham betul apa itu rasa cinta. Ia merasakannya. Bahkan hanya dengan melihat Luna yang begitu berusaha saja, Damian sudah mampu menyimpulkan bahwa Luna begitu menyukai William. Tak ingin kehilangan pria berparas tampan dengan tubuh kekar dan poni naik yang menampilkan seluruh bagian dahinya itu adalah alasan Luna tetap berada di sisi William bagaimanapun keadaannya.
"Di mana rumah kekasihmu? Kita akan menghantarkannya—"
"Hantarkan saja ke rumahku." Luna menyela. Suaranya sedikit sumbang terdengar dari jok belakang taksi. Membuat Damian mau tak mau harus menoleh dan menatap paras gadis dengan hidung memerah sebab cuaca sedang dingin-dinginnya saat ini.
"Ke rumahmu?" Damian mengulang. Memastikan bahwa apa yang didengarnya barusan itu bukanlah sebuah kesalahan.
"Hm. Rumahku, kami terkadang tinggal bersama," timpal Luna membuat pengakuan.
Pria berambut klimis itu terdiam sejenak. Kembali memalingkan wajahnya menatap jalanan lurus di depannya. Menganggukkan kepalanya tanda mengerti dengan kalimat yang baru saja diucapkan Luna Theresia Skye. Satu tamparan keras untuk Damian, bahwa Luna sering tidur bersama sang kekasih. Saling menghangatkan tubuh untuk melalui dindingnya malam yang datang. Meskipun mereka belum menikah dan menjadi sepasang suami istri, namun semesta seakan memberi tahu Damian bahwa harapan tak akan datang padanya dalam waktu dekat ini.
Hati Damian hancur! Seakan seseorang sudah melemparkan batu kepadanya saat ini. Mematahkan segala panjatan doa yang diberikan untuk Sang Pencipta dengan menyelipkan nama Luna di dalamnya. Sekali lagi, Damian harus lebih lama lagi untuk menunggu gadis itu. Sabar dan berkompromi dengan waktu juga tunggu adalah hal yang harus dilakukan olehnya saat ini jikalau ingin berbahagia bersama Luna.
•••Imperfect Ceo•••
-Rumah Tua Kediaman Ny. Skye. -
-Amsterdam, Belanda-
Damian melangkah gontai selepas turun dari taksi. Menuntun tubuh William yang sempoyongan sebab tak hanya alkohol yang masuk ke dalam dirinya, namun juga mabuk perjalanan adalah alasan kedua pria itu menahan mual saat ini.
Langkah sepasang kaki jenjang milik Luna kini dipercepat untuk mendahului Damian yang masih berusaha keras mengeluarkan seluruh tenaganya untuk bisa menopang tubuh William yang ada di dalam dekapannya. Gadis itu menekan kunci yang baru saja ia masukkan ke dalam lubangnya. Dua kali memutarnya dengan kasar hingga terdengar bunyi nyaring tanda pintu sudah dapat dibuka saat ini.
"Masuklah," perintah Luna membukakan lebar pintu utama rumahnya. Memberi celah pada Damian untuk bisa masuk dan meletakkan tubuh William di dalam rumahnya.
"Harus ku letakkan di sofa atau di lantai?"
"Kamarku." Luna menyahut. Sigap meletakkan tas selempang yang ada di dalam genggamannya kemudian mempercepat langkah untuk menunjukkan pada Damian di mana letak kamar pribadinya berada.
Ini adalah kali pertama Damian Edaurus datang ke rumah Luna. Bukan sebagai seorang tamu, melainkan sebagai bala bantuan yang sudah meringankan beban Luna saat ini. Jadi, jangan salahkan Damian jikalau ia terlihat sedikit kikuk sebab masih belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
Pria jangkung itu kini meletakkan kasar tubuh William di atas ranjang king size milik Luna Skye. Menghela napasnya kasar sebab beban yang ada di pundaknya sudah berkurang saat ini. Damian menatap seisi ruangan yang sedikit kotor sebab dalam keyakinan Damian, pastilah Luna belum sempat membersihkannya sebab harus berangkat ke kampus pagi buta untuk mengambil laporan magang di mana ia akan ditempatkan besok Senin.
Tatapan pria berambut klimis itu terhenti pada gantungan baju yang ada di sudut ruangan. Damian yakin jikalau ia tak salah mendengar ucapan Luna sebelum ia masuk ke dalam ruangan ini. Bahwa kamar ini bukan kamar tamu yang menerima banyak orang guna menginap menemaninya di rumah. Ini adalah kamar pribadi milik Luna Skye. Akan tetapi, pakaian yang mendominasi dalam ruangan adalah pakaian laki-laki alih-alih pakaian milik Luna Theresia Skye.
"Terimakasih karena sudah menolongku." Luna menyela. Membuyarkan fokus Damian yang kini menoleh menatap dirinya.
Damian mengangguk. Dikembangkannya senyum manis di atas bibir tipis milik pria jangkung itu.
"Mau minum kopi denganku?" tawar gadis itu tersenyum manis. Memicu reaksi dari lawan bicaranya yang lagi-lagi mengangguk-anggukkan kepala.
"Ide yang bagus."
•••Imperfect Ceo•••
"Aku tak tahu apa yang kau suka. Hanya ada kopi susu dan red wine juga wiskey di dapurku. Jadi aku membawa kopi susu." Luna menginterupsi. Menatap Damian yang tersenyum ringan menyambut kedatangannya dari dalam dapur.
"Kenapa tidak wiskey saja?" kekeh Damian memecah suasana canggung di antara keduanya.
"Aku tak bisa mabuk malam ini. Aku harus mengurus William selepas kau pergi nanti," ucap Luna meletakkan nampan berisi dua cangkir kopi susu yang ada di dalam genggamannya. Menyodorkan satu cangkir dengan bentuk identik warna dan motif dengan cangkir yang ada di depannya. Melirik sejenak Damian yang terus memberi tatapan aneh pada Luna.
"Ada yang salah di wajahku?" tanya Luna mengambil fokus milik Damian.
Damian tersenyum. Menggelengkan kepalanya ringan kemudian menarik cangkir berisi penuh kopi susu yang masih tegas mengepulkan asapnya di udara. Menyeruputnya perlahan kemudian menatap seluruh bagian ruangan bisa dikatakan tak seterang ruang tamu rumah-rumah yang sering dikunjunginya sebelum ini. kesan yang ada di dalam rumah tua milik Luna ini adalah mewah dengan gaya klasik yang memukau.
"Kau tinggal sendiri?" tanya Damian menyela. Menarik perhatian Luna yang kini menatapnya sembari mengangguk ringan.
"Biasanya William akan datang dan menemani. Tidur bersama dan berpisah kalau pagi datang." Luna mempersingkat.
Damian terdiam sesaat. Memberi seluruh fokus lensa miliknya untuk menatap Luna yang kini semakin tegas mengembangkan senyum manis di atas paras cantik miliknya. Sungguh, Luna itu sangat cantik! Bagi seorang Damian Edaurus, Luna adalah gadis tercantik yang pernah ditemuinya dalam hidup. Mata, hidung, dan bibir serta senyuman itu ... Damian menyukai semuanya! Haruskah ia menerima tawaran Eva dan Barend sebelum ini?
"Kau cantik tapi kau bodoh, Nona Syke."
... To be Continued ...