Chereads / IMPERFECT CEO / Chapter 28 - 28. Have A Good Time (Part 2)

Chapter 28 - 28. Have A Good Time (Part 2)

Suasana mulai kondusif. Meskipun canggung tak pernah benar pergi dari dalam dirinya, namun setidaknya kali ini Luna lebih tenang dan menguasai keadaan yang terjadi di sekelilingnya. Mata indah gadis itu tak pernah absen untuk melirik pria berjas rapi yang duduk rapi di depannya. Tuan Ge memeriksa, apapun yang ada di dalam tablet berlogo mahal itu dengan seksama. Apapun itu pasti sangat penting untuk pria sibuk seperti Tuan Ge ini. Luna perlahan tersenyum tipis. Kharisma seorang Tuan Ge Hansen Joost tak akan pernah lekang oleh waktu. Pria itu sudah terkenal sejak muda. Usianya hampir sama dengan Luna sekarang ini, Tuan Ge sudah menjadi tokoh berpengaruh di Kota Amsterdam. Prestasi dan pencapaiannya tak pernah diragukan oleh dunia. Semua mata memandang dirinya sebagai si sukses yang tak akan pernah gagal dalam mengambil keputusan.

Kesempurnaan seakan tertanam sejak dirinya lahir dan membuat tangisan pertama di dunia, tak akan pernah mati oleh waktu adalah takdir Tuan Ge untuk tetap terkenal di dalam masyarakat. Pria itu sungguh memukau dengan segala yang ada di dalam dirinya. Mempunya perusahaan besar di pusat kota dengan anak cabang yang tak bisa dihitung dengan jari. Keluarga harmonis dengan satu putri cantik yang baik hati. Tak ada yang kurang dari Tuan Ge menurut Luna. Semesta benar-benar menyayangi pria itu.

Seseorang menyela senyumannya. Datang menghantarkan pesanan Tuan Ge yang sudah ditunggu-tunggu olehnya sejak beberapa menit yang lalu. Pria itu tersenyum dengan ramah, kedudukan dan pangkat tinggi tak membuatnya congkak dan besar kepala. Itu point penting yang paling Luna sukai dari calon bosnya itu. Sebab tak semua orang bisa melakukannya.

"Terimakasih kopinya. Ah, biarkan aku membayar sekalian." Tuan Ge menyela pada pelayan yang ada di sisinya.

"Bisa tolong ambilkan bill untuk meja ini? Aku akan membayar semuanya sekalian." Ia mengimbuhkan. Tersenyum ramah pada wanita muda yang hanya mengangguk tanpa memberi bantahan sedikitpun padanya.

"Tunggu sebentar, Tuan. Aku akan mengambilnya." Wanita itu pergi selepas membungkukkan badannya untuk Tuan Ge.

Kini pria itu tersenyum pada Luna juga Damian yang menoleh padanya. Damian yang akan membayar makanan Luna siang ini, sengaja ia tak langsung membayarnya sebab menunggu kalau-kalau Luna memesan lagi. Itu kebiasaan Damian kalau makan bersama gadis pujaan hatinya itu. Jadi jangan salah kaprah dengan mengira Damian tak pernah 'memanjakan' seorang Luna Theresia Skye ketika sedang bersamanya.

Damian Edaurus akan melakukan semua hal terbaik yang bisa ia lakukan pada Luna, sebab dirinya tak tahu sampai kapan ia bisa terus berada di sisi Luna seperti ini. Tak ada yang bisa menebak bukan kalau besok atau luas Luna akan menjadi istri sah dari William Brandy?

"Kenapa Tuan Ge yang membayarnya. Aku akan membayar untuk Luna," sela Damian meletakkan garpu yang ada di dalam genggamannya. Tatapannya menelisik. Masuk ke dalam netra pekat milik pria yang ada di depannya itu. Damian tak menyukai kelancangan Tuan Ge sekarang ini, jika berniat baik setidaknya lakukan jikalau tak ada Damian Edaurus.

"Aku hanya berpikir untuk membayar karena sudah mengganggu makan siang kalian." Tuan Ge beralasan. Masih dengan senyum manis yang menggembang di atas paras tampannya.

Luna menyela. Menyenggol bahu Damian untuk segera tutup mulut sekarang ini. Ia tak tahu, mengapa rasanya akan canggung dan aneh kalau memojokkan Tuan Ge seperti ini. Mungkinkah sebab ia adalah calon bos di tempatnya kerja nanti? Entahlah. Luna hanya ingin membuat Damian diam sekarang.

"Terimakasih sudah membayar. Tapi lain kali biarkan kami membayar sendiri," ucap Luna dengan penuh kesopanan. Gadis itu mengakhiri kalimatnya dengan senyum manis. Seakan tak ingin menyakiti hati Tuan Ge yang sudah berbaik hati padanya, paras Luna tetap dalam ambang batas wajar penuh dengan kesopanan.

"Aku harap kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini, Nona Luna." Keluar dari topik pembicaraan! Mengabaikan kalimat pemintaan dari Luna dengan senyum aneh itu. Tuan Ge kini mulai menyendok makan siangnya. Mengabaikan dua orang yang sejenak saling melirik satu sama lain kemudian memutuskan untuk menyerah kali ini.

Baik Damian dan Luna, tak ada yang ingin merusak hari baik dengan saling mendebat dan beradu argumen.

•••Imperfect CEO•••

Luna mengiringi langkah Tuan Ge untuk keluar dari dalam rumah makan. Meninggalkan Damian yang masih kokoh enggan bergerak dari tempatnya. Mungkin bagi Damian, Tuan Ge adalah orang asing yang lancang dengan sikap sok akrab dan sok dekat pada gadis yang mencari incarannya selama ini. Juga, bagi Damian ia tak akan pernah mampu bersaing dengan Tuan Ge tentunya.

Tak menyukai kehadiran orang baru yang bisa saja berpeluang untuk memikat hati Luna adalah hal yang wajar dirasa olehnya. Damian tak menyukai Tuan Ge, namun untuk William ia masih bisa menyukainya. Sebab bagi Damian, William tak ada bandingannya. Tentu Damian yang lebih baik dibanding pecandu alkohol tukang selingkuh itu. Baik dalam prestasi, penampilan, dan baik dalam berkarir.

"Terimakasih sudah menghantarku pergi. Kau perlu melakukan ini, Nona Luna." Tuan Ge menyela dengan senyum manis. Memutar tubuh jangkung berperawakan kurus nan kekar itu untuk menghadap tepat pada gadis cantik yang ada di sisinya.

Luna iku melemparkan senyum di atas parasnya. Menggeleng ringan sembari sesekali menggoyangkan tangannya untuk memberi kode isyarat. Luna tak keberatan dengan ini, toh juga Tuan Ge adalah atasannya meskipun itu belum resmi.

"Mari berjumpa di kantor Senin depan. Aku menunggumu, Nona Luna." Tuan Ge kembali menyela. Kali ini dengan mengulurkan tangannya lalu menepuk-nepukkan telapak tangannya tepat di atas pundak gadis yang hanya setinggi dada bidangnya. Luna bak seorang putri untuk Tuan Ge, begitulah orang lain memandang mereka saat ini.

Meskipun usia Luna sudah berada di angka kepala dua, namun paras Luna tak kalah muda dan berserinya seperti Amanda Hansen Joost, putri kandung Tuan Ge. Tinggi Luna juga lebih patut jikalau dibilang sebagai putri kecil yang beranjak dewasa untuk Tuan Ge. Bukan sebagai rekan kerja yang berkerja di bawah naungannya.

"Aku pergi dulu, Nona Luna. Selamat siang."

"Selama siang," tukas Luna berucap secara formal. Langkah Tuan Ge tegas menuju ke arah mobil mewah yang ada di bahu jalan. Mobil yang berbeda dari yang dibawa pria itu malam saat ia menyambangi rumah Luna bersama sang putri. Ah, orang kaya pasti tak hanya punya satu mobil mewah 'kan?

"Ah, Tuan Ge!" Luna berteriak. Menyela langkah pria yang kini menoleh padanya. Gadis itu berjalan mendekat. Terhenti tepat di depan Tuan Ge yang menunggu kalimat lanjutan darinya.

"Terimakasih untuk tawaran makan malamnya, namun sepertinya aku tak bisa datang untuk sekarang ini. Akan sangat canggung jikalau—"

"Aku mengerti, Nona Luna. Tak perlu khawatir. Tawaran itu berlaku tanpa batas waktu." Tuan Ge menyahut. Tersenyum ringan sembari mengusap pundak gadis yang ada di depannya.

Indah senyum merekah di atas bibir merah muda gadis itu. Menganggukkan kepalanya ringan kemudian membungkuk sopan untuk memberi salam perpisahan pada laki-laki yang ada di depannya.

Selain tampan dan bermartabat juga kaya raya, Tuan Ge sangat sopan dan bersahabat. Bagaimana bisa semesta menciptakan manusia se-sempurna itu?

.... To be Continued ....