Malam itu Rifai terpaksa tidur di Rumah sakit.
"Hai ... Fai bagaimana kabarmu? Apa Dana kecil baik-baik saja?" suara yang tidak asing dari balik kabut putih.
"Dana sangat baik. Terima kasih kamu mau menemuiku. Bisakah kau katakan siapa yang ada di balik pembunuhan kalian, aku sangat penasaran dan aku merasa orang yang melakukan itu harus dihentikan. Ayo katakan?" tanya Rifai dalam mimpi itu.
"Fai ... aku sudah melupakan semuanya, aku telah maju ke depan di sini juga sudah bahagia. Sekarang tinggal kamu mengurus dirimu dan kisah mu, jangan lagi membahas masa lalu. Fai jika kamu memiliki rasa kepada wanita itu, segera ungkapkan," titah Dana, Rifai tersenyum miring.
"Aku tidak bisa terima, jika wanita itu anak dari seorang pembunuh," jawab Fai.
"Tapi dia benar-benar orang baik walaupun ayahnya seorang koruptor. Dengarkan aku, jangan sampai kamu menyesali sesuatu, yang kamu tolakdan kamu hindari, padahal hati kamu sangat yakin. Fai ... kamu menikah nya dengan dia bukan dengan Ayahnya, jadi tolong terima saja dia dan kekurangannya. Lagian Indana juga sangat menyayangi Tania. Aku berharap kamu bisa mempertimbangkan apa yang terbaik," jelas Dana.
"Banyak keraguan Dana, takutnya cintaku akan kembali ditolak dan aku tidak bisa memilikinya lagi, sampai akhirnya aku hancur dan kembali terpuruk, kehidupan seperti biasa dan seperti ini setiap harinya seperti ini aku berusaha move on tapi tetap saja sulit. Kenapa kamu sangat meyakini dia. Kenapa kamu yakin jika dia orang baik, padahal kamu tidak bertemu dengannya sama sekali," ujar Fai.
"Aku melihat ketulusan yang mendalam dari dia, walaupun aku tidak ada di sampingnya lagi, kamu orang baik kamu harus hidup maju ke depan jangan menoleh ke belakang lagi, masa lalu adalah masa lalu, siapa tahu Tania benar-benar mencintaimu apa salahnya dicoba. Jangan lagi beralasan dari membohongi diri sendiri jika kaki cinta katakan saja dengan cepat," ucapan Dana membuat Fai berpikir.
"Walaupun dia anak seorang pembunuh? Aku akan tetap menerimanya! Tidak bisa Dana, aku tidak akan menerimanya," jawab Fai.
"jika dia bukan anak dari pembunuh apa kamu mau menerimanya? Jika dia tidak terbukti apa kamu berkenan?" tanya Dana.
"Ya, aku akan menerimanya, namun buktikan dulu kalau dia bukan anak dari seorang pembunuh. Dengar Dana, aku tidak ingin ada bibit keburukan di dalam hidupku. Jadi aku memilih tidak menikah daripada menikah dengan anak orang jahat. Lebih baik aku menyendiri selama-lamanya daripada aku harus menikah dengan wanita yang sangat aku cintai nanun seluk beluknya seperti itu," ujar Fai.
"Kamu tidak bisa melihat seseorang hanya dari luarnya, kamu juga harus pahami hatinya, bagaimana sikapnya kepada Dana. Fai tidak baik menekan dendam itu lebih baik lepaskan dendam dendam mau itu aku sendiri sudah memaafkan mereka. Memang mereka sangat sadis tapi asal kamu tahu ya membunuh aku dan suamiku adalah seorang perempuan bukanlah laki-laki," penjelasan Dana sangat menyenangkan Rifai terkejut akan adanya masalah itu.
Setelah mendapatkan mimpi seperti itu, Fai pun membuka mata dan tak sangat terkejut dengan nafas.
"Jadi siapa yang berada di balik pembunuhan Dana dan Rifan? Siapa orang yang ada di balik membunuhan itu? Siapa? Siapa? Lebih baik aku mencari sesuatu di kosan Indana dan Rifan. Tempatnya dulu meninggal siapa tahu aku menemukan bukti walaupun polisi selama ini mencari bukti tidak menemukan aku harus mencoba dan terus mencari siapa pembunuh dibalik meninggalnya Indana dan Rif'an."
Rifai segera beranjak dari tempat duduknya namun kemudian ponselnya berdering.
"Tania?" Fai menggeser layar dan menerima panggilan.
"Halo Assalamualaikum ada apa?" tanya Rifai.
"Waalaikumsalam, Pak Bos Zahra demam tinggi. Dan terus memanggil nama seseorang," terang Tania, Fai mengambil konci mobil lalu bergegas.
"Oke, aku pulang sekarang tunggu sebentar," ujar Fai berbegas.
Fai berjalan cepat masuk mobil kemudian melaju dengan kecepatan tinggi. Dengan cepat dan tergesa-gesa dia pulang saya sampai di rumah dari segera berlari kamar Indana.
"Ayah ... tolong ... ada wanita yang akan mendekatiku, dia akan berjalan kemari, Ayah ...." Rifai segera mendudukan Indana kemudian Tania memberikan minum.
"Sayang sekarang pelan-pelan ceritakan," pinta Fai, Dana masih mengatur napas.
"Heh ... Ayah, aku melihat sosok perempuan berkerudung hitam, matanya sangat lebar, dia berusaha menyakarku. Dia menahanku, memelukku dan tertawa jahat. Ayah ... dia bilang, aku tidak akan selamat. Ayah aku sangat takut, Ayah ... aku sangat takut. Ayah ... tolong aku, Ayah ... hiks, hiks, heh ... Ayah ... rasanya sangat sakit. Ayah," ujar Dana menangis di pelukan Fai, Fai dan Tania saling menatap dengan penuh tanda tanya besar.
"Sayang, ciri-cirinya kira-kira kamu tahu tidak? Seumpama kamu bertemu dengan Ibu itu, apa kamu bisa mengenalinya?" tanya Fai sangat lembut agar Dana tidak ketakutan.
"Bisa Ayah ... Tapi aku sangat takut Ayah, matanya itu sangat mengerikan, membuat aku merinding, ketakutan Ayah," jelas Dana, Fai mendekap dan membelai rambutnya.
"Kata perempuan itu aku sangat membahayakan bagi dia, makanya dia ingin menculik ku. Ayah aku juga ingat rumahnya seperti apa,"
"Kamu ingat sayang?" sahut Fai yang masih terkejut.
"Di depan gerbang rumah itu terlihat ada bunga yang mekar dengan sangat Indah. Ada juga pohon yang dipenuhi daun yang banyak. Gerbang pintunya berwarna coklat. Di dalam rumah itu ada dua anak yang seperti orang gila. Namanya Vian sama Adrian,"
"Tunggu, itu anak tante Sarah," sahut Tania membuat Rifai menatapnya.
"Siapa Sarah?"
"Dia adalah simpenan Ayahku dan Bapaknya si culun. Ya ... Ayahku memang seperti itu dia selingkuh berkali-kali dengan orang lain. Makanya ibuku yang setia juga ama merasa stress dengan kehidupannya. Tante Sarah berusaha untuk memisahkan ibu dan ayahku namun ibuku menegaskan kalau kepada ayahku kalau memang ingin mencari ikan diterima. Lalu ayahku meminta kesempatan kedua, jadi ibu memberikan kesempatan kedua kepada ayahku di saat orang-orang mulai menyelidiki nya soal korupsi. Setelah Ayah ditangkap di seperti itu kejadiannya tante Sarah menjadi kaya raya aku dan Ibuku menjadi glandangan. Tapi apa mungkin tante Sarah yang membunuh kedua orang tuanya dia? Soalnya setahuku saat itu tante Sarah sedang berlibur. Namun anehnya anaknya itu yang Vian kan sedikit waras. Dia bilangnya ibunya memang liburan, tapi didaerah mana ya aku lupa. Pokoknya masih di daerah perumahan padat penduduk dan rumah kecil. Dia itu memang tidak bisa mengendalikan diri Pak Bos. Dia mudah marah dan kotak musik bahkan ibuku pun tahu dicekik nya, untung saja waktu itu aku tepat pas pulang sekolah jadi aku mencegahnya. Heh ... sangat rumit,"
"Besok kita selidiki semua oke," ujar Fai, lalu membaringkan Dana yang terlelap lagi.
Bersambung.