Chereads / Sahabatku Cintaku / Chapter 18 - Bahagia Lalu Kecewa

Chapter 18 - Bahagia Lalu Kecewa

Kebahagiaan sudah dirasakan Rifai setelah berhasil mengungkapkan perasaannya dan sudah diterima oleh Tania.

Setelah itu Rifai mengajak Tania dan Indana untuk belanja, mereka ke Mall untuk membeli gaun pernikahan.

"Ayah ... jangan lagi mencari orang yang membunuh Ayah dan Bunda karena Ibu itu sudah bunuh diri dan membunuh dua anaknya," ujar Indana yang memejamkan mata. "Ayahnya Om Dion dan Om Dion juga sudah ditangkap oleh polisi," imbuhnya. Rifai dan Tania saling menatap dan terkejut.

Tidak lama saat masuk ke mall mereka melihat berita itu, mereka berhenti sejenak lalu kembali berjalan.

"Sudah lupakan semua dan kita akan hidup bahagia," ucap Rifai, Tania mengangguk.

"Pak ... apa aku boleh meminta satu hal?"

"Kok Pak sih, Mas atau Kak, atau Hubby,cintaku, apa aku lebay, sudah ah ... jangan bahas itu, apa permintaanmu?" tanya Rifai.

"Ayah ... aku main tatabugi," ucap Indana lalu bermain.

"Sayang Ayah di sana ya," ucap Rifai, Indana tersenyum. Tania dan Rifai saling memandang saling tersenyum lalu merunduk, keduanya malu-malu.

"Mau pakai gaun yang bagaimana?" tanya Rifai.

"Aku inginnya yang sederhana. Tapi ... apa boleh Ayahku menjadi wali nikahku? Apa tidak akan membuat Dokter malu?" tanya Tania memandang Rifai. Rifai menghentikan langkah lalu menekan bahunya.

"Aku tidak memperdulikan. Karena Ayah kamu akan menjadi Ayahku. Jadi ... mari kita menempuh hidup yang bahagia, siapa tau mungkin Ayah sudah berubah karena pelajaran penting yang disapatnya di penjara, sudah masuk sana cobalah dan tunjukkan. Aku yakin pasti kamu sangat cantik," ujar Rifai, Tania tersenyum dan mulai memilih beberapa gaun.

"Ayah ... sini, tolong ...."

"Ada apa Dana?" tanya Rifai kebingungan

"Ayah ... bantu, ayo ...." ajak Dana yang sangat memaksa.

"Kamu pilih dulu ya," titah Rifai, Tania tersenyum.

Indana dan Rifai berjalan cepat. Indana mengajak Ayahnya turun ke lantai dua.

"Ayah ... aku melihat akan ada anak yang tergelincir, dia akan jatuh Ayah, Ayah ... itu ...." teriak Dana dan benar saya anak yang berusia lima tahun terlepas dari tangan Ibunya karena melihat ke bawah dia tidak bisa menjaga keseimbangan.

"Ibu ... A ...."

Rifai berlari dan bersiap menangkapnya.

Beg ....

Rifai tergelempang dan berhasil mendekap anak itu. Ibunya segera turun dan memanggil serta menangis, anak itu berdiri dan memeluk Ibunya.

Rifai masih berbaring dan bernapas lega. "Ayah memang hebat," puji Indana dengan mengulurkan tangan.

"Sayang ... terima kasih," ucap Rifai bangun.

"Mas terima kasih ya," ucap wanita itu Rifai tersenyum dan mengangguk.

"Ayah ... lihat itu," tunjuk Dana, seseorang hendak mengambil ponsel dan dompet. Rifai menghela napas lalu berjalan cepat dalam jangkah panjang.

Penggg

Dia menghantamkan kepalam tangannya ke pipi orang itu.

"Mas, Mbak dia akan mencuri," jelas Rifai, lalu berjalan cepat dengan memggandeng Dana dan tidak sabar untuk melihat calon pengantin.

Rifai duduk sejenak mengendalikan tangan yang mendingin suhu yang mulai berkeringat.

"Ayah ... aku main lagi ya," pinta Dana.

"Iya sayang Ayah tetap di sini ya," ujar Rifai melepaskan tangan Indana. Indana mulai ceria dengan permainan.

Rifai mengambil ponsel lalu mendengarkan lagu. Dia melihat kaki dengan gaun yang indah sedang berdiri. Dia memandang dari atas sampai kebawah. Rifai mengembangkan senyum. Dia berdiri lalu memutari calon pengantinnya.

"Ini bagus, kamu cantik memakainya, tapi ... menurutku kurang bagaimana ya? Sebentar aku pikir-pikir dulu," ucap Rifai kemudian memandang calon istrinya dengan seksama. "Kamu memakai apa pun terlihat cantik, sangat cantik," puji nya berkali-kali tidak lepas dengan memandangnya.

"Oh sebentar," Rifai mengambil gaun berwarna jingga. "Coba yang ini aku akan coba jasku," ucapnya saat memberikan.

Tania mencoba gaun pilihannya. Rifai juga mencoba jas pasangan dari daun tersebut, kemudian setelah memakai Rifai ingin menunjukkan dia berdiri di depan ruang ganti.

"Iya tidak menyangka akan di nikahi dokter kaya," ucapan Tania yang didengar Rifai dari balik tirai. Rifai bersandar.

"Wah ... senangnya akhirnya cita-cita kamu terkabul selamat ya kamu bisa mendapatkan suami kaya," suara dari telpon.

"Tania, keluar kamu!" teriak Rifai dari tirai, Tania membuka tirai dia sangat ketakutan.

"Aku bisa jelaskan," ucap Tania.

"Hes ... sudah, aku kira kamu tulus. Tapi ternyata kamu tertariknya dengan kekayaanku. Kamu itu serakah dengan harta, kamu tidak berbeda sama Ayah kamu!" teriak Rifai, semua pelayan menatap mereka.

"Aku tidak seperti itu," ujar Tania menarik lengan Rifai, saat Rifai akan pergi. "Baik. Kenapa memang kalau aku ingin hidup lebih nyaman! apa salah? Apa salah aku bercita-cita hidup dengan orang kaya? Apa salah jika aku bilang aku lelah kerja. Apa salah jika aku ingin bahagia? Apa salah jika aku ingin dimanja dan disayangi? Kalau kamu kecewa dan tidak ingin menikahiku tidak papa. Berarti kamu juga tidak tulus. Kamu tidak pernah merasakan menjadi aku. Kamu tidak akan mengerti dan aku menyesal berharap kepadamu lebih!" ucap Tania lalu menutup tirai, Rifai menghela napas dengan mata berkaca-kaca lalu pergi.

"Nih ... tidak jadi, namun aku membayarnya," jelas Rifai dengan suara tinggi lalu segera mencari Indana.

'Aku sangat kecewa aku terluka. Kenapa tidak ada yang mencintaiku dengan tulus. Kenapa ... bahkan jika aku berikan semua itu tidak cukup Tania, hatiku sudah hancur,' batin Rifai, lalu membawa Indana pergi dari Mall.

Perasaan yang hancur dan sangat melukai. Indana melihat kemarahan yang begitu besar namun dia tidak bisa berkata-kata karena takut.

Dia melaju dengan kecepatan tinggi. Indana ketakutan gadis kecil itu berpegangan dengan sangat erat.

Mobil berhenti di depan rumah dia berjalan cepat dan mengemas semua barang milik Tania. Wajah yang merah dan emosi yang sangat membara. Rifai melempar semua barang milik Tania ke depan pintu rumahnya.

Rifai bergegas ke kamar. Indana diam saja dia ketakutan dan menahan tangis.

'Ayah, Bunda ... Ayah Fai kenapa aku takut, Ayah ... Bunda, aku takut ....' Indana meringkuk tubuh di pojokan.

Malam pun tiba Fai keluar dari kamar dia melihat Tania mengambil semua barangnya.

Tania pun pergi dengan linangan air mata. Rifai keluar dari kamar dia melihat tadi Tania meletakkan sesuatu di depan pintu.

Rifai dengan masih marahnya dia melempar kotak coklat itu.

Ter ... saat ada suara itu Rifai menoleh.

"Itu semua barang yang sudah aku belikan, kenapa dia mengembalikan? Kenapa tidak dijual, dan ... itu amplop dariku tidak di ambil," gumamnya lalu Rifai mengambil satu persatu.

"Ah ...." teriaknya sambil meremat kepala. "Aku masih saja tidak mengenalimu Tania, apa maksudnya? Apa kamu merasa aku akan mengasianimu? Atau apa? Jawab Tania ... Jawab ... dengan caramu yang seperti ini aku semakin muak denganmu," ucap Rifai lalu duduk dengan rasa kecewa.

Bersambung.