Baru saja dua langkah ia berjalan setelah berbelok ke kiri, Ashley seketika terhenti akibat...
"Kamu mengikuti saya?" tanya Alfred yang berada tepat dibelakang Ashley.
Ashley pun terkejut mendengar kata-kata tersebut, ia benar-benar tidak menyangka bahwa orang yang dipanggil Wallace itu tahu dia mengikuti nya.
Ashley pun membalikkan badannya dan menatap Alfred yang tengah berdiri seraya menatapnya juga.
"Sebenarnya kamu siapa? kenapa kamu tidak mau membuka identitas mu pada sesama anggota Agen Rahasia CIA? apa jangan-jangan kamu mata-mata ya?" ujar Ashley.
"Hei nona, kau tidak tahu apa-apa tentang diriku. Aku akan membuka identitas disaat waktu sudah tepat, kawan-kawan ku sudah mengenalku dan melihat wajahku! hanya kamu saja yang belum melihat," jawab Alfred.
"Kenapa aku tidak boleh lihat?!" tanya Ashley.
"Karena aku terlalu tampan untuk dilihat," ucap pede Alfred.
"Astaga, ternyata orang yang ku kejar sakit jiwa. Hai tuan, lebih baik anda ke rumah sakit jiwa saja daripada bergabung dalam Agen rahasia ini. Aku yakin kamu itu pasti mata-mata! tak akan kubiarkan kau berada disini!" Ashley meluncurkan bogeman mentah nya ke Alfred.
Namun itu hanyalah sia-sia saja, karena Alfred berhasil menangkis pukulan nya. Ia justru merasa sakit saat Alfred memegang tangannya karena Alfred memegangnya cukup keras.
"Dengar baik-baik! jangan pernah kamu ikut campur urusanku!" ucap Alfred dengan nada nya yang kejam.
Kemudian Alfred melepaskan tangan Ashley yang dipegangnya, lalu ia kembali berjalan menuju cafe Tacuba. Begitupun dengan Ashley yang berjalan tepat dibelakang Alfred.
Mereka berdua masuk kedalam cafe Tacuba yang didalamnya terlihat Harrison menunggu mereka.
Saat melihat kedatangan Ashley dan Alfred, wajah Harrison kembali ceria. Karena ia sempat berpikir bahwa mereka tidak akan balik lagi kesana.
"Huu... akhirnya kalian berdua kembali. Kemana saja kalian ini?" ucapnya menyambut hangat Ashley dan Alfred.
"Terima telepon!" ketus Alfred seraya duduk di bangkunya.
"Kalau kamu Ashley?" tanya Harrison.
"Motong rumput, pak," ngelantur Ashley yang membuat semuanya menahan tawa.
"Ha motong rumput?" ujar heran Harrison.
"Iya, Pak," singkat Ashley.
Harrison masih ingin melanjutkan pembicaraannya kepada Ashley, tapi Alfred langsung memotongnya.
"Ayo lanjutkan ke pembicaraan kita selanjutnya," celetuk Alfred dengan nada kesal.
"Oh oke, mari kita lanjutkan pembicaraan," ujar Harrison seraya duduk tegak.
Kemudian Harrison mengeluarkan selembar kertas dan meletakkannya di meja. Semua pun terdiam sembari menatap kearah kertas itu.
"Ini apa, Pak?" tanya Ashley.
"Bacalah! tak cuma Ashley saja, tapi semuanya. Isi surat itu adalah tugas kalian!" perintah Harrison
Tanpa basa-basi, Alfred langsung menarik kertas itu lalu membacanya. Padahal Ashley berserta kawan-kawannya, baru saja mau mengambil kertas itu.
Setelah membaca isi surat tersebut, Alfred meletakkan suratnya di meja. Kemudian ia tertawa kecil, membuat semuanya heran.
"Hanya ini saja tugasnya?" tanya Alfred dengan nada sombong.
"Iya, Wallace," singkat Harrison seraya tersenyum tipis.
"Memang apa sih isi suratnya?" Ashley yang penasaran, langsung mengambil surat itu dan membacanya.
Ekspresi wajahnya pun langsung berubah secara sepontan saat membaca surat tersebut. Ashley kembali meletakkan surat itu di meja dengan raut wajahnya yang tampak terkejut.
Jennifer dan kawan-kawannya kembali dibuat bingung. Karena sikap Alfred dan Ashley yang berbeda setelah membaca isi surat itu. Alfred terlihat biasa saja dengan tugasnya, sedangkan Ashley benar-benar terkejut. Apa isi surat ini?
"Heyyyy! apa ini tidak gila tugasnya?!" ujar Ashley.
"Menurutmu, itu susah?" tanya Alfred yang meremehkan Ashley.
"Ya ini sih gila aja. Kita mau mengacak-acak pemerintahan negara Rusia?! Kalian tahu kan kalau pemerintahan negara Rusia itu sangat di jaga ketat?! Bahkan para agen rahasia nya disebar ke berbagai dunia untuk memata-matai gerak-gerik suatu negara," ujar Ashley.
"Wahhhh, sepertinya kamu ini orang yang tidak memiliki rencana kedepan secara matang ya. Kita bisa saja dengan mudah melaksanakan tugas ini," ucap Alfred.
"Tapi apa yang dikatakan Ashley benar. Pemerintahan Rusia sangat dijaga ketat," celetuk Jennifer.
"Hey kau si topeng arang?! kau ini gak usah sok meremehkan tugas!!! belum tahu saja nanti akibat yang didapatkan," bentak Ashley.
"Hey nona cerewet! kamu tidak usah bergabung ke dalam Agen Rahasia CIA jika kamu penakut! lebih baik kamu main-main saja di istana boneka daripada disini," bentak balik Alfred.
"Huffff! dengar ya pria aneh dan menyebalkan! aku tidak menyukai istana boneka, lebih baik kamu saja yang kesana. Oh atau kamu ke rumah sakit jiwa saja! Ah iya, pria seperti mu seharusnya...." kata-kata Ashley itupun dipotong oleh Harrison yang tidak suka melihat keributan antara mereka berdua.
"Cukup! cukup! kalian berdua jangan ribut-ribut lagi! seharusnya kalian kompak, bukan malah ribut-ribut," tegur Harrison.
Semua hanya bisa terdiam melihat Harrison yang marah itu. Termasuk Ashley dan Alfred yang saling menatap muka satu sama lain. Tak lama kemudian, Alfred kembali bicara masalah tugas yang akan dikerjakan bersama teman-temannya.
"Kita bisa mulai mengerjakan tugas ini, kapan?" tanya Alfred.
"Setelah dua hari kemudian, kalian boleh mengerjakan tugas ini," jawab Harrison.
"Oke kalau begitu. Carl, cari informasi terkait kelemahan pemerintahan Rusia!" pinta Alfred.
"Oke, Wallace," jawab Carl seraya berdiri dan meninggalkan tempat tersebut.
"Judith! persiapkan dirimu untuk menipu daya lawan!" pinta Alfred.
"Siap, Wallace," Judith pun berdiri dan langsung pergi seperti yang dilakukan Carl tadi.
"Emma, siapkan barang-barang yang akan kita gunakan disana nanti!" perintah Alfred yang dibalas dengan anggukan Emma.
"Hmm untuk kalian, Alex dan Jennifer. Kalian berdua lakukan tugas seperti biasanya," lanjut Alfred.
Alex dan Jennifer menganggukkan kepalanya seperti yang dilakukan oleh Emma, kemudian mereka berdua pun pergi untuk melaksanakan perintah Alfred.
Kini yang tersisa didalam cafe tersebut hanyalah Alfred, Ashley, dan Harrison. Ketiganya saling diam-diaman satu sama lain sampai akhirnya....