"Udah ah males, lebih baik dokter kembali bertugas saja. Karena masih ada pasien tuh yang harus dokter urus," Natalie kemudian menyelonong pergi begitu saja meninggalkan Alfred.
Alfred hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah laku rekan kerjanya yang lumayan menghibur dirinya. Tak lama, Alfred kembali berjalan menuju ruangannya dan menjalankan tugasnya sebagai dokter spesialis kandungan.
***
Beberapa hari kemudian...
Krekkk....
"Nih minum dulu," terlihat seseorang memakai masker hitam memberikan segelas air putih kepada wanita yang kaki serta tangannya diikat.
"Tidak mau!" bantah wanita itu sembari menendang gelas air putih yang diletakkan disampingnya.
"Dasar wanita tidak tahu diri kamu, ya! rasakan ini!" pria bermasker hitam mengangkat tangannya dan berniat menampar wajah wanita itu tapi....
"Tahan!" suara berat seorang pria terdengar. Membuat pria bermasker hitam itu berhenti melakukan niatnya.
Pria bersuara berat tersebut melangkah mendekati pria bermasker kemudian ia berdiri disampingnya.
"Jangan sakiti wanita itu, kita menyekapnya bukan untuk menyiksanya tapi untuk memanfaatkannya agar mereka datang kesini dan dengan mudah kita habisi semuanya. Paham?!" pria itu tampak merencanakan sesuatu secara matang. Tatapannya begitu tajam seperti burung elang.
Pria yang memiliki suara berat itu berjalan mendekati wanita yang disekapnya kemudian ia memegangi wajah wanita tersebut.
"Manis, tenang saja. Kami akan perlakukan kamu bak seorang ratu, jadi kamu tidak perlu takut ya," ucapnya sembari tersenyum.
Wanita itu menatap wajah pria bersuara berat kemudian memalingkan wajahnya.
"Kalau kalian memperlakukanku bak seorang ratu, kenapa aku disekap didalam gudang gelap seperti ini?" tanyanya dengan berani.
Pria itu tak menjawab dan justru malah menatap kearahnya dengan tatapan mengerikan. Selang satu menit, pria tersebut keluar dari dalam gudang itu bersama pria bermasker hitam.
Pintu gudang tersebut kembali ditutup rapat-rapat agar wanita yang mereka sekap tidak diketahui keberadaannya oleh publik.
Sedangkan ditempat lainnya...
"Heran banget gw, mentang-mentang anggota baru begini diremehin banget. Meskipun anggota baru begini gw itu hebat, tapi semua ngeremehin. Emang ngeselin nih tim gw, ish apalagi yang cowok itu tuh. Dasar nyebelin!" umpat Ashley seraya menendang pintu ruangan berkali-kali hingga...
Brakkk...
Pintu ruangan yang ditendangnya pun seketika jatuh dan ancur. Membuat Alfred, Jennifer, serta lainnya yang sedang mengadakan rapat pun terkejut melihat aksi Ashley.
Begitupun dengan Ashley yang langsung melongo melihat aksinya yang tidak disengaja.
"Ya Tuhan, kenapa bisa begini?" tanyanya pada diri sendiri.
Alfred pun berdiri dari kursinya kemudian berjalan mendekati Ashley yang masih terkejut melihat apa yang diperbuat.
"Ashley, apa yang sedang kamu pikirkan hingga pintu bisa jatuh dan ancur seperti ini?" tanya Alfred dengan nada yang kesal.
"Diam aja kau pria bertopeng yang sampai sekarang aku belum lihat wajah kau. Salah sendiri aku disuruh tunggu disini sedangkan yang lainnya ikut rapat bersamamu merencanakan tugas yang didapat dari pak Harrison," ucap Ashley sembari melipat tangannya.
"Nona Ashley Adamson. Kamu tenang saja, kamu tetap dapat tugas meskipun gak ikut rapat yang saya gelar secara pribadi ini," jelas Alfred.
"Adamson, bagaimana kamu bisa tahu nama itu? perasaan aku hanya memberitahu namaku adalah Ashley," Ashley kembali mengingat-ingat waktu ia memperkenalkan diri didepan Alfred serta yang lainnya.
Alfred pun terdiam. Ia tak sengaja menyebut nama panjang Ashley karena Alfred bisa tahu nama panjang Ashley dari Mike sepupu Ashley. Saat sedang melakukan pemeriksaan, Mike tiba-tiba memberitahu nama panjang Ashley kepada Alfred.
"Saya diberitahu oleh Harrison mengenai data pribadi mu lebih lengkap," singkat Alfred.
"Benarkah?" Ashley masih tidak percaya dengan Alfred. "Hmm sekarang aku gak mau tahu, aku ingin ikut rapat ini juga!" lanjutnya seraya memalingkan wajah.
"Iya nanti," Alfred masuk kedalam ruangannya lalu berdiri tepat didepan meja panjang yang berada didalam ruangan tersebut.
"Rapat hari ini telah selesai. Kalian ingatkan apa yang harus kalian lakukan nanti malam?" ucap Alfred.
Jennifer dan lainnya, mengangguk. Alfred terlihat tersenyum, lalu satu persatu diantara mereka keluar dari ruangan tersebut dan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk malam ini. Hingga disana hanya tersisa Alfred dan Ashley.
"Kapan kita akan adakan rapat yang melibatkan aku?" tanya Ashley sembari menatap wajah Alfred. Alfred tidak menjawab, ia berdiri mematung sembari menatap Ashley. "Kapan?" Ashley menggoyang-goyangkan tubuh Alfred.
"Nanti ya, nona manis," Alfred dengan sepontan mengelus-elus rambut Ashley. Lalu ia pergi menuju ruangan tempatnya.
Ashley berdiri mematung, ia memegangi rambutnya yang baru saja dielus-elus oleh Alfred. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang pria yang cuek, nyebelin, serta brengsek tapi bersikap dengannya seperti menghadapi anak kecil. Bahkan sampai saat ini pun, Ashley belum pernah melihat wajah Alfred meski hanya hidungnya saja.
Ia hanya baru melihat daerah mata Alfred meskipun itu jarang-jarang karena Alfred selalu mengenakan kacamata hitam saat bertemu dengannya. Begitupun dengan para agen rahasia CIA yang sudah berada di Rusia, mereka juga tidak pernah melihat Alfred menampakan wajahnya.
#Malam hari#
Tampak Jennifer, Judith, Emma, Axel, dan Carl sedang sibuk menyiapkan perlengkapan senjata. Salah satunya yaitu pistol. Mereka tampak seperti ingin berperang seperti para tentara padahal hanya akan menggertak pemerintahan Rusia meskipun sih harus tetap waspada 😬😅
"Sudah jangan bawa banyak senjata seperti para militer. Kalian cukup membawa dua pistol dan peluru secukupnya," pinta Alfred.
Semua terdiam, tapi tetap mengikuti anjuran Alfred. Sedangkan Ashley hanya berdiri disamping Alfred menunggu Alfred memberikan tugas kepadanya.
Hanya butuh waktu dua menit menyiapkan peralatan, Jennifer dan kawan-kawannya itupun pergi serta bersiap untuk menjalankan misinya.
Dan kini, ditempat peristirahatan yang sudah disediakan oleh Harrison, hanya tersisa Alfred dan Ashley saja disana.
"Apa yang akan kita lakukan? apakah kita hanya berdiam diri saja seperti bos?" tanya Ashley seraya duduk di sebuah meja kayu.
"Tidak, kita juga jalankan misi. Tapi berbeda seperti mereka," singkat Alfred.
"Ha? misi berbeda? kenapa berbeda? kita kan hanya diberi satu misi, gak lebih. Oh apa jangan-jangan kamu berni..."
"Ambil nih," Alfred melempar pistol ke Ashley. Beruntung Ashley dengan sigap berhasil menangkap nya.
"Saya diberi misi khusus, sejujurnya hanya saya yang tahu misi ini dan hanya saya juga yang harus menjalaninya. Tapi, berhubungan ada kamu, jadi saya ajak kamu untuk ikut menjalaninya. Paham?!" jelas Alfred.
Ashley diam tak menjawab. Selang dua menit, ia berjalan mendekati Alfred. Lalu tanpa basa-basi, Ashley menggunakan tangan kanan halusnya itu untuk meraih wajah Alferd dan berniat untuk melepas maker ninja yang dikenakan oleh Alfred. Berkali-kali mencoba hal itu tetapi Alfred berhasil menghindar.
Hingga Ashley mencoba yang terakhir kalinya, dan yang terjadi adalah....
~Bersambung~