Chereads / Rahasia dokter tampanku / Chapter 6 - Jantung yang berdebar

Chapter 6 - Jantung yang berdebar

Iapun menengok kearah sampingnya, dan...

"Kalau musim dingin seperti ini pakai jaket yang tebal ya, apalagi kalau kamu sedang diluar ruangan. Kamu bisa flu, paham?" Alfred berdiri disamping Ashley seraya tersenyum tipis.

"Do...Do... Dokter Alfred?" ucapnya terkejut melihat Alfred yang berada disampingnya.

Melihat sikap Alfred yang perhatian meski tidak akrab, membuatnya teringat akan kekasih masa lalunya dulu. Saat itu, sedang terjadi musim salju tepat tanggal 25 Desember. Namun bukannya Ashley berkumpul bersama keluarga, justru ia berdiri diluar menunggu kedatangan orang kesayangannya. Apalagi saat itu Ashley masih berumur tujuh tahun, dia sudah cukup kenal orang kesayangannya itu sehingga mereka begitu dekat.

Tak lama kemudian, badai salju pun turun dari langit. Cuaca disana pun semakin dingin, membuat tubuh mungil itu semakin kedinginan. Tapi, Ashley tetap saja berdiri menunggu kedatangan orang kesayangannya itu. Tiba-tiba...

"Kalau musim dingin seperti ini pakai jaket yang tebal ya, apalagi kalau kamu sedang diluar ruangan. Kamu bisa flu, paham?" pria yang ditunggunya pun datang dan memakaikan jaket ke tubuhnya. Ashley pun tersenyum lalu bersikap kegirangan melihat pria kesayangannya itu menepati janjinya.

"Iya, kak," singkatnya. "Akhirnya kakak datang juga, yeayyyyy!!! berarti kita bisa buat boneka salju dan makan sup hangat disini ya. Yeayyy, ayo kak kita mulai kegiatannya! ayo!" begitu berisik sekali ditambah sikapnya yang sangat pecicilan. Meski begitu, pria yang selalu menyayangi serta melindunginya itu tetap sabar menghadapinya.

***

"Bu Ashley, kenapa anda diam saja? hmm apa mau saya antarkan anda pulang?" tanya Alfred memecahkan lamunan Ashley.

"Hmm maaf, maaf. Saya pulang sendiri saja, tidak usah diantar," tolaknya secara sopan.

"Oh oke kalau begitu. Hati-hati dijalan ya, apalagi sudah malam seperti ini," ujar Alfred.

Ashley mengangguk. Kemudian ia menyebrang dan masuk kedalam mobilnya yang terparkir diseberang jalan. Tak lama setelah itu, mobil Ashley bergerak dan meninggalkan rumah sakit.

Sedangkan Alfred, dia masih berdiri didepan pintu rumah sakit. Ia masih menatapi mobil Ashley yang masih terlihat meski sudah cukup jauh. Kemudian, dia tersenyum sendiri melihat sikap Ashley.

"Hmm, anak itu. Macam Hana, dari cara bicara, sikapnya. Bahkan cara marahnya pun seperti Hana. Sudahlah, jangan pikirkan hal-hal yang membuat stress. Lebih baik aku pulang dan berisitirahat, apalagi aku akan menjalankan tugas sebagai anggota CIA. Akhir-akhir ini cukup melelahkan," Alfred pun berjalan kearah kiri kemudian masuk kedalam mobilnya.

Iapun mengendarai mobilnya menuju apartment yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit.

Keesokan harinya...

Terlihat, Alfred berjalan memasuki rumah sakit. Iapun membuka pintu rumah sakit lalu kembali berjalan menuju ruangannya. Seperti biasa, para staf, dokter, serta perawat rumah sakit itu menyapa hangat dirinya.

Salah satu staf rumah sakit yang bekerja di bagian apoteker, berjalan menghampiri Alfred. Ia membawa sebuket bunga dan juga sebotol minuman berisi madu.

"Pagi dokter Alfred," sapanya sembari tersenyum.

"Pagi juga nona Annabelle, apa kabarmu?" sapa balik Alfred seraya bertanya.

"Hmm kalau masalah pekerjaan sih, pastinya dokter tahu lah. Akhir-akhir ini aku sibuk mengurus obat, apalagi sekarang banyak pasien yang datang kerumah sakit dalam kondisi tubuh yang tidak sehat, jadi orang-orang apoteker juga sibuk mencari obat yang dibutuhkan," jelasnya dengan wajah seperti orang lelah dan bete.

"Ya sabar ajalah, itu sudah tugas kita. Saya juga terkadang jenuh dan lelah bekerja sebagai dokter, tapi ini sudah tugas. Ini pilihan kita, jadi harus terima resikonya," Alfred menepuk-nepuk punggung Annabelle. Raut wajah Annabelle yang tadinya asam kini berubah menjadi manis. Ia kembali tersenyum saat mendengar kata-kata yang diucapkan Alfred.

"Makasih ya dok, karena dokter.... kami semua jadi semangat bekerja disini. Dokter begitu berjasa bagi kami," ucap Annabelle.

"Hahahaha, kamu ini bisa aja. Saya hanya berkata sesuai apa yang saya rasakan, saya bukan apa-apa. Saya juga hanya manusia yang terkadang memiliki titik jenuh," bantah Alfred.

"Hmm ini serius dok, kamu benar-benar sangat berjasa," kata Annabelle. "Oh ya, aku ada madu dan bunga, ini untuk dokter. Diminum ya dok madunya, supaya dokter terhindar dari demam di musim dingin ini," lanjutnya seraya memberikan bunga dan madu yang dipegangnya.

Alfred menerima pemberian dari Annabelle. Memang orang yang selalu saja memberikan barang-barang bermanfaat untuk kesehatannya, hanya Annabelle. Ya meski staf rumah sakit lainnya juga terkadang memberikan beberapa barang untuknya, tapi Annabelle lah yang paling sering.

"Makasih ya nona Annabelle, hmm oh ya. Saya duluan ya, kamu semangat bekerjanya! oke?" Alfred kembali menepuk-nepuk punggung Annabelle.

Annabelle hanya mengangguk. Kemudian Alfred kembali melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Annabelle sebenarnya memiliki rasa kepada Alfred, tapi Alfred tidak mengetahuinya dan dia juga tidak mencintainya.

Alfred tidak pernah melirik ke wanita-wanita lain meskipun wanita itu sangat sempurna. Yang dipikirkannya adalah Hana, meski tidak mungkin dia bisa bertemu lagi.

Dua menit lagi ia hampir sampai diruangan nya. Namun Alfred berpapasan dengan Ashley, bahkan hampir saja menabrak Ashley.

"Hmm maaf-maaf," ucap Ashley seraya menghentikan langkahnya dan menundukkan kepalanya.

"Iya tidak apa-apa, seharusnya saya yang minta maaf kepada kamu," jawab Alfred sembari menatap Ashley yang menunduk.

Perlahan-lahan Ashley mengangkat wajahnya dan menatap kearah Alferd. Tiba-tiba, diwaktu yang bersamaan, jantung mereka berdebar kencang. Tidak tahu kenapa, setiap kali menatap satu sama lain atau saling bertemu satu sama lain meski tidak bertatapan, mereka berdua selalu merasakan jantung berdebar kencang. Keduanya lagi, bukan salah satu diantara mereka. Padahal baru mereka bertemu, belum lama dan tidak akrab juga, tapi kejadian ini selalu saja terjadi.

"Maaf, saya permisi," Alfred langsung menyelonong pergi meninggalkan Ashley yang masih berdiri mematung di koridor rumah sakit.

Kemudian, Ashley duduk di bangku kosong yang sengaja disediakan. Ia menengok ke kanan dan kirinya dengan wajah yang memayun.

"Hmm sebentar lagi aku akan menjalankan tugas sebagai anggota CIA, andai dia bisa lihat aku yang sekarang. Pasti dia bangga," renungnya.

Ashley kembali berjalan menuju ruangan sepupunya. Sebelum masuk, Ashley sempat melihat Alfred yang berdiri tidak jauh dari sana dan sedang mengobrol berdua dengan Natalie. Sekilas, Alfred sempat menatap Ashley.

Membuat pipi Ashley langsung memerah dan dia langsung buru-buru masuk kedalam ruangan Miley. Alfred menyaksikan tingkah Ashley dan langsung tertawa. Natalie yang sedang ngomong panjang lebar pun langsung terdiam menatap Alfred yang tertawa.

"Do...do... dokter kenapa? saya kan lagi ngomong serius kok malah dokter tertawa?" tanya Natalie keheranan.

"Eh maaf-maaf. Tadi kamu bicara sampai mana?" tanya balik Alfred.

"Ya Tuhannnn, dokter gak nyimak pembicaraan saya dari tadi?" Natalie menatapi wajah Alfred. Alfred terlihat menggelengkan kepalanya, Natalie pun mengusap-usap wajahnya. Ia merasa geram akan sikap Alfred yang menyebalkan.