_Zaky_
Malam semakin larut. Namun aku masih saja terjaga di balkon rumah.Ya, memandang jendela kamar Yumna memang sudah menjadi pekerjaanku tiap malam. Tapi malam ini aku sulit beralih. Rasa bersalahku seolah telah menutup pintu kamarku sendiri. Aku mungkin tak akan beranjak tidur. Sekalipun mataku sudah memerah dan berair.
"Aku gak niat nyakitin kamu sama sekali, tapi keadaan tetap jadiin aku peran yang jahat buat kamu." lirihku. menghembuskan nafas berat.
Selimut tebal yang kupakai ku gunakan sampai menutupi kepala. membuat hanya wajahku yang terlihat. Kebekuan pasca hujan sepertinya belum juga hilang. Yaah.. Ditambah lagi tiupan angin malam yang menelisik . Aku sudah memakai swetear sebagai pelindung kulit lapisan kedua setelah kaos oblong yang kukenakan. Tetap saja, rasa dingin ini menyentakku saat aku keluar tanpa tambahan lapisan lagi. Dengan terpaksa selimut tebal ini jadi pilihanku.
"Kalau aku bisa gantiin kamu sakit... aku mau seluruh rasa sakit di sepanjang hidup kamu pindah ke aku sekarang juga. Aku lebih pantas ngerasain itu semua. "
Ya jelas Aku muak dengan diriku sendiri. Tuhan sudah sangat baik memberiku kesempatan. dan aku malah merusaknya. Aishh... aku tak ingin terlahir sebagai Zaky. Image ku pasti sudah begitu buruk. Persetan dengan Wajah tampan. dan Tubuh yang atletis?. Hei! aku pun bisa membentuk nya sendiri dengan badan manapun huh!.
Kamar gadis itu gelap lebih cepat dari biasanya. Aku hapal betul jadwal lampu mati dikamarnya. Jam 9.00. Ahh.. gara gara kejadian tadi sore. Dia jadi terlelap lebih awal.
Aku mengabaikan rasa kantuk yang mulai menyerang bertubi tubi. Entah sudah berapa kali. Mungkin keseribu kali aku kembali menguap dengan lebar maksimal. 'hhooaaammm...' Aku menarik nafas.. Udara dingin yang kuhirup ini terasa menusuk hidung. Ku usap ujung hidungku. Aissh.. rasanya seperti menyentuh es batu.
Suhu seperti ini juga mampu menciptakan embun keluar dari mulutku ditiap hembusan nafas. Jika aku menggunakan mantel tebal seperti di drama korea. Aku sudah sangat mirip dengan seorang aktor yang sedang berakting dimusim dingin. Ya.. Imajinasiku kelewat aktif. Haha Aku tersenyum simpul, sedikit congkak dengan ketampananku. Oke aku ralat soal terlahir sebagai orang lain.. maksudku... emm.. aku mau lahir dengan badan apapun asal tampan. Ya itu harus... aku manggut manggut.
Hhh..lagi lagi aku menguap 'hhoooaaammm...' dengan durasi yang lebih lama... Tiba tiba Cahaya senter menyorot ke wajahku. Mataku sontak terpejam karena silau. Aktifitas ku untuk menguap pun jadi terhenti dengan paksa. membuat gerakan absurd dari mulutku.
"huaa...se se..se...." seperti suara pak Gani si satpam, keamanan komplek. aku berusaha mencari sumber senter. Itu dari bawah. tanganku mencoba menghalagi sinar yang bergerak tak beraturan. Ya benar..itu Pak Gani.
"Ini Zaky pak! Zaky....!" Teriakku seraya menurunkan selimut kepundak. aku yakin penampilanku berbalut selimut putih pasti terlihat menyeramkan seperti pocong tanpa kuncung. Aku juga punya kulit putih pucat yang semakin memperkuat dugaannya.
"Ya ampun maaas... malem malem begini ngapain nangkring disitu?.. dah kaya pocong galau abis diputusin suster ngesot."
"Bapak bisa aja...walaupun saya jadi pocong juga...males kali pacaran ama suster ngesot... gak bisa ciuman. haha."
"Oh iya juga ya..wahahaha...pinter juga kamu..."
Kami pun tergelak cukup lama. Tak peduli dengan suara kami yang bisa mengganggu penghuni lain.
"Tapi aslinya sih emang saya lagi galau.." ucapku lirih. Suasana yang begitu sepi membuat suarakku yang lemah pun tetap terdengar jelas. Aku mendadak sendu. menerawang langit gelap kebiruan. Angin nampaknya sudah menyibak gumpalan awan tebal itu. Menampakkan gemerlap bintang begitu indah... Namun sama sekali tak bisa menghiburku.
"laah..." Pak Gani terperangah sesaat. ia terlihat merasa ganjil dengan keluhanku. Secara ya.. ABG seganteng ini mana mungkin galau mikirin cewek. Diputusin? ah masa iya.
Pasti begitulah isi otak Pak Gani.
"Kalau misal nih... Pak Gani punya gebetan... trus.. kita berbuat kesalahan. kurang tau sih dia marah apa engga. intinya saya pengen minta maaf.. gimana caranya.."
"Ciee...." Pak Gani malah meledek. Aissh... salah orang aku. kenapa pula masalah kayak gini aku tanyakan ke bapak bapak. Ya... otakku memang sudah malas berpikir.
"Serius...." aku menatap datar padanya.
"Nih mas..." Pak Gani mulai bicara. "Tampang dah dapet, badan cakep dah dapet... kurang satu..." Ia memamerkan jari telunjuknya. apa coba maksudnya?. Alis kiriku terangkat menunggu kata kata Pak Gani selanjutnya.
"Kurang romantis..". ucapny tampak bijak dengan senyumnya. Aihh bagaimana mungkin aku kekurangan sifat bucinku. Aku sudah berkali kali mencoba pada Yumna. Ya..walau sedikit memaksa dan sikonnya kadang kurang pas. Tapi aku yakin Yumna mengerti dengan perlakuanku.
"Pak Gani sok tau nih... apa buktinya?." aku menatap pria paruh baya itu dengan tatapan menyelidik.
"Ya keliatan dari karakter mas Zaky yang petakilan kaya anak SD. haha. ya mana tau soal romantis hihi." Pak Gani terkikik.
"Ya makanya ajarin...gimana cara saya minta maaf.. yang harus ada kesan romantisnya gitu...apa?...hah?...apa apa apa apa apa?." ucapku sengaja mendesak dengan kata berulang ulang. Pak gani berdecak dan menggeleng gelengkan kepala keheranan.
"Nyanyi pake gitar... apalagi langit nya lagi berbintang gini... dapet nilai plus pasti. besok mungkin langitnya sama. coba saja besok." ucap Pak Zaky percaya diri.
Aku berpikir, Gitar bukan keahlianku. menyedihkan!. tapi aku bisa mencoba bernyanyi tanpa iringan musik. Ya kenapa tidak?!.
"Baik mas... saya mau nglanjutin kontrol keamanan komplek." Pak Gani tersenyum ramah. Lantas melangkah meninggalkan aku yang masih termangu. lalu manggut manggut.
Sekarang adalah waktu yang tepat. Buat apa nunggu besok yang belum pasti. Ya!. aku bergegas masuk kekamar dan melempar selimut sembarang. aku segera membuka pintu untuk mengambil sesuatu.
' Aku gak mau tersiksa kedinginan'. itu yang aku pikirkan sambil mencari pakaian yang bisa menjadi tameng dari suhu 10°C. Ya menurutku kurang lebih sebesar itulah suhu dalam celcius yang bisa menggambarkan betapa dinginnya sekarang . Aku tak bisa menampik bahwa hawa dingin memang benar benar menghambatku untuk melakukan apapun.
Aku memilih jaket berwarna Abu abu gelap. Yak! siap. Aku mendengus tegas. Sedetik kemudian aku langsung berlari mendekati teralis tanpa bunyi. Dengan gerak cepat aku langsung turun. Bergelayut di teralis berwarna emas itu dan lamgsung berpindah ke tembok.
dan dalam waktu singkat kakiku sudah menapak di tanah. Aku tersenyum remeh. Itu hal biasa bagiku. Aku pernah mengikuti komunitas parkour. So, melompat, memanjat dan bergerak gesit melewati jalan tak biasa juga termasuk bakatku.
Aku menghela nafas sejenak. Memandang balkon kamar Yumna. Aku kembali memulai aksiku. Hanya butuh waktu beberapa detik untuk sampai di halaman rumah Yumna mengingat rumah kami memang berhadapan.
Aku bertingkah sebelum sampai ditembok rumah. Melompat dan berguling seperti mata mata. Hingga tiba tiba...
Miaaw!!. opss... Aku tak sengaja menginjak sesuatu. Mata nya yang menyala membuatku langsung faham. Aku jelas menginjak ekor kucing. Hewan berbulu itu seketika lari seperti cheetaah versi mini. Aku terkikik geli melihat ketakutan korban kecerobohanku.
Aku menaiki tembok rumah Yumna secepat kilat. Jujur aku sedikit meniru gerakan aktor Ji Chang wook di drama berjudul 'Healer'. Ya seingatku itu namanya. Hmm aku tak begitu faham. Aku hanya melihat sekilas, pura pura tak tertarik dengan tontonan Kak Diva dan Kak Key beberapa hari lalu. Aku gengsi setengah mati!. Padahal dibalik sikapku yang berlagak macam haters. Aku banyak meniru penampilan idol mereka haha. Aku mengakui fashion kpop idol itu cocok dengan wajahku yang tampan. Ya tentu saja. Terlebih saat aku tahu mengenai aktor Ji chang wook yang selalu menunjukan aktingnya dalam drama bergenre action.
Brugh! aku melompat turun menghantam lantai. Duh!.. aku berlari cepat mendekati jendela. Jangan sampai Yumna terkejut. Aku menarik nafas dan mengehembuskannnya perlahan. Akhirnya sampai juga. Nafasku sedikit terangah.
Aku mendengar langkah kaki yang mendekat dari dalam. Apa itu Yumna?. Tapi lampu tak menyala sama sekali. Ku beranikan mengetuk kaca jendela.
Tok.... tok...tok... . aku menghela nafas berat. tak ada jawaban. Aku pikir Yumna sudah bangun. Mungkin halusinasiku saja. Ahh siapa tahu.
Tok..tok.. kuketuk lagi.
"Kalau kamu denger suara aku... ketuk jendelanya sekali. kalau kamu mau aku pergi...ketuk dua kali." lirihku. aku tak banyak berharap.
Tiba tiba angin berhembus lembut dan sedikit membuka tirai. Mataku jelas melihat Yumna dengan wajah pucatnya. Ia tampak terkejut tapi terlalu lemah.
"Na..Yumna." panggilku sebelum akhirnya jendela itu kembali tertutup. Kain penutup jendela itu tiba tiba makin mepet dengan kaca. aku mengernyit. Sepertinya ada yang menahannya dari dalam. Aku yakin Yumna sengaja menyandarkan badannya. Lama lama gadis itu beringsut terduduk. tok!. Satu ketukan.
Aku tertegun beberapa saat. Oh iya.. itu artinya dia mendengarku.
"Dengerin aku baik baik... aku mau nyanyi sebagai permintaan maaf atas kejadian hari ini. semoga kamu bisa nerima.." ucapku...
Aku mengambil posisi duduk. Seperti yang Yumna lakukan dibalik sana. Bersandar..
"maaf kaan ... aku yang selalu menyakitimu..
mengecewakanmu..dan meragukanmu...
tersadar aku memang kamu yang terbaik..
terima aku.... mencintaiku... apa adanyaa..."
Suaraku mengalun tanpa musik dan tanpa vibra., Aku hanya mengandalkan suara beratku. dan bernyanyi dengan tempo yang sangat lambat...namun ketukannya teratur rapi. Aku mencoba mencurahkan rasa bersalahku bersama tiap lirik. Bagaimanapun ini adalah perjuanganku untuk mendapatkannya. Tapi aku percaya diri dengan kemampuanku ini. Suaraku pasti enak didengar.
Aku menunduk sebentar. Memasok udara sebanyak banyaknya. "karena....." lirihku.
Aku menoleh sekilas. Melirik kebelakangku. aku penasaran. Apa Yumna mendengarkan ku.?. aah..yang penting aku sudah berusaha. aku mulai menyanyikan sambungan lagunya.
"Diantara beribu bintang...
hanya kaulah yang paling terang...
diantara beribu cinta..
pilihanku hanya kau sayang..
....". berikut sampai selesai. lagu berjudul "diantara beribu bintang" yang dipopulerkan oleh grup band indonesia itu cukup pas dengan keadaan sekarang menurutku.
Suasana kembali hening. "Maaf..." lirihku memecah kesunyian diantara kami.
Tok tok..! .. Ketukan dua kali?! Apa Yumna serius?. Itu artinya dia mengusirku. Aahh dia pasti bercanda...
"Kamu pengin aku...."
Tok tok...! Ketukan itu memotong ucapanku. Aishh ada apa dengan Yumna. Aku memang tak tau diri. Aku yang sudah menyakitinya dan sekarang malah mengganggu waktu istirahatnya. Bodoh!
"Oh iya maaf... kamu harus istirahat..." ucapku lemas. aku menunggu bunyi itu lagi. minimal aku tahu kalau Yumna masih ada disana. Beberapa menit berlalu. Hanya suara gemirisik daun yang mengisi keheningan diantara kami. oke... aku menyerah..
"Aku mau pergi.. Tapi seenggaknya kamu liat langit malem ini. Banyak bintang... itu harusnya indah... Tapi aku gak terhibur sama sekali. Karena senyum aku ada diwajah kamu. kalau kamu seneng aku juga seneng. dan misalnya sekarang kamu sedih aku juga sedih. Jadi.. please liat mereka walau cuma sebentar...oke aku pamit." Aku langsung melompat turun. aku sengaja berdiri ditempat dimana aku masih bisa melihatnya. Sesuai harapanku. detik berikutnya Tirai itu terbuka. Menghadirkan Yumna yang memasang ekspresi bingung. Dia seperti sedang mencari sesuatu. Saat matanya mengarah kebawah. aku dengan sigap bersembunyi di balik semak semak.
Yumna tampak menghela nafas kecewa. lalu pandangannya menjurus ke langit. Perlahan senyum manis terukir di bibir pucatnya. Ya tentu saja aku merasakan kelegaan yang amat sangat. Jika sudah begini aku tentu bisa tidur nyenyak.
Selama sepuluh menit. Yumna tak jemu memandang bintang. Begitupun aku yang juga tak pernah jenuh dengan senyum nya yang langka itu.
Jika aku bandingkan Yumna yang dulu dan sekarang... Aku hanya cukup asing dengan pipinya yang lebih tirus ketimbang 9 tahun lalu dan soal senyum...Yumna sebenarnya murah senyum. Sayangnya... Aku terbilang anak yang terlalu rajin belajar. yaah...itu bagus bagi orang lain... namun takdir buruk bagiku. Gara gara itu Aku jarang bermain dengan teman sebayaku. Termasuk Yumna. Aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh. Mengagumi dalam diam. Aku sudah merasakan cinta monyet yang tak kunjung pudar.
Ayahku mendoktrin semua anaknya untuk jadi pintar. Bahkan kepadaku yang masih Tk kala itu. Alasannya agar kami bisa dapat pekerjaan yang bagus dan kehidupan yang layak kelak. Ya... Ayahku terlalu memikirkan uang dan uang.
Hingga saat kelas 1 SD, ayah mendadak berubah baik. Aku dan kakakku dimanjakan dengan segala permintaan yang selalu dipenuhi. Katanya bisnis ayah berhasil mendapat keuntungan yang besar. Yang pasti itu cukup mendadak bagiku. Aku masih mencari Yumna yang faktanya juga pernah menjadi tetanggaku. Namun aku tak pernah bertemu dengannya lagi karena aku sekeluarga pindah ke Jogjakarta setelah Ayah Yumna meninggal. Ya pertemuan terakhirku...Aku melihatnya menangis tak henti henti... Hingga bayangan itu selalu menghantuiku bertahun tahun.
Saat dibandara itu. Aku memang sempat tak mengenali Yumna. Ia benar benar berubah. kemana pipi chubby nya?. Kemana Yumna yang murah senyum.?.
Seekor kucing tiba tiba mengendus kakiku. lamunan ku terbuyar. Aku jadi teringat dengan ucapan Kak Diva untuk membeli perlengkapan sekolah besok. ' hhoaam..' mengingatnya saja membuatku menguap. membosankan!. Eh! tapi kan aku pasti bakal satu sekolah sama Yumna. Ya harus...! aku harus bilang ke kak Diva. Pokoknya wajib satu sekolah sama Yumna.