Chereads / Jadi kelinciku / Chapter 11 - Lagu dan bintang (Yumna)

Chapter 11 - Lagu dan bintang (Yumna)

_Yumna_

Setelah suara hujan yang kian lenyap. Semua menjadi gelap. aku merasa tubuhku ringan melayang. Sampai mendadak seberkas cahaya mendesakku untuk membuka mata.

Aku lupa kapan aku memasuki rumah. Ahh itu tak penting. Yang pasti aku sudah terduduk di sofa depan TV. Otot otot di sekitar lengan kananku masih tegang, efek menahan jaket yang berat kemarin. Ahh iya.. itu pasti kemarin. Sekarang tampaknya sudah pagi. Sambil meregangkan tangan yang pegal, aku melirik jam dinding. Mataku menyipit, menyorot tajam pada jam di tembok. Jarum jam itu seperti berputar sangat cepat. Apa aku tidur begitu lama?? Pasti mataku sudah tidak beres. hmm... atau... nyawaku belum kembali.?.

Aku berhenti menyentakkan tangan kedepan. Sedikit mengucek mata, pasti akan membuat kualitas mataku lebih baik. Yapps... benar. Saat kulihat lagi, jam tadi sudah bekerja normal seperti biasa. Eh maksudku,, mataku sudah normal tentunya. pukul 7 pagi. hhoaamm... Aku pasti terlalu lelah. Yaah... kemarin itu cukup menguras tenagaku. Jadi, Aku butuh durasi tidur lebih lama. kuhempaskan badan ke sofa. Mengedarkan pandang keseluruh sudut ruangan.

Eits! tunggu..! Aku terkesiap .Jelas sekali ini rumahku, tapi kenapa ada beberapa yang berbeda?. Warna dinding yang lebih colorful di setiap sisi dan...

"Cherry!." jeritku tertahan. Aku senang dia di sini. Sikecil putih itu sedang diam tak jauh dariku. Aku menghambur ke arahnya. Dan seperti biasa aku langsung menggendongnya. Haha kehadirannya membuatku lupa dengan kebingunganku tadi... jadi tadi apa?.. Oh iya..

Aku tak ingat pernah melihat rumahku semenarik ini. Aku masih penasaran... kapan Cat nya dirubah. Bukannya mama suka sesuatu yang elegant dan terkesan suka warna warna gelap. Seperti hitam dan abu abu tua. Kadang ditambah warna putih. hanya karena itu bersifat netral.

"Yumna sayaang.... sarapan dulu..." itu suara mama!. apa aku tak salah dengar?! Sejak kapan mama bisa selembut itu?!. tidak! Aku pasti bermimpi. Aku menggelengkan kepala dengan tegas.

"Cherry....Kamu tau gak? ini mimpi apa bukan?!." Aku mengelusnya lembut sambil mengamati peliharaanku itu. Tak sengaja aku menemukan ada yang aneh. Eh... lahh abis kena apa? kok kakinya hitam..? Aku memperhatikan bulu hitam yang memenuhi kaki Cherry. tidak...ini asli. Ini bukan... Cherr.... Mendadak Kelinci itu berontak dan menggigit lengan kiri ku.

"Kyaaa!... kamu kenapa sih? ini sebelahnya dah sakit. sekarang kamu bikin dua duanya sakiit.. hissh. kamu punya gigi apa suntik?. kenapa rasanya kayak ditusuk jarum. hissh.." Teriakku memaki dia habis habisan. Aku mendesis. Meringis menahan sakit. Kenapa rasanya nyata.? ini serius! sakit beneran. ngilu.. Aissh...! Apa ini bukan mimpi?.

Aku sontak tertegun saat tiba tiba seorang anak kecil berlari menghampiri ku. Ahh tidak.. Dia menghampiri kelinci kurang ajar itu. Pipinya yang Chubby membuatku ingat dengan diriku 9 tahun lalu.

"Ternyata kamu disini.." Seru anak kecil itu kegirangan. Dia bertingkah seolah tak melihatku. Pasti ini mimpi!. Aissh kenapa sakit ini membuatku bingung. aku malas berpikir. Ya! pasti ini mimpi!. anggap saja begitu. Lagi pula mana ada anak kecil yang pernah masuk kerumah ini. Kecuali.... aku termenung sejenak.. Aahh tentunya kecuali aku yang masih kecil.

Anak kecil berkuncir dua itu asyik mengelus kelincinya. Wajahnya sangat imut dan membuatku gemas. Dan ketika dia tersenyum.... Apakah dulu aku juga punya senyum semanis itu?. Hhm.. Dia pasti punya orang tua yang menyayanginya. Pikirku tak mau ambil pusing dengan keadaan tak biasa ini.

Yang pasti, dengan menyadari diriku sedang ber mimpi. Artinya Aku bisa berbicara sepuasnya. Tentu saja karena ini mimpiku.

"Ya... ambil aja. Aku gak mau kelinci nakal kayak gitu.." desisku. Rasa ngilu itu masih terasa mencengkeram bekas gigitan tadi.

"Yumna sayaang... main kelincinya nanti lagi..." teriakan mama kembali sampai ketelingaku.

"Iya maah...." Jawabku dan anak itu bersamaan. Dia terlihat biasa saja dibanding aku yang melotot kaget dengan alis bertaut.

"Sayaang....yuk..." Aku mendengar suara Papah dari belakang. Kontan aku menoleh. rasa rindu seketika menyelimuti perasaanku. namun aku hanya bisa memanaldangnya dengan mata yang kian mengembun. Aku pasti akan menangis.

"Oke...." Anak kecil itu langsung berlari meninggalkan kami.

Aku memandang Papah yang tersenyum memperhatikan lukisan di meja. bahkan aku baru sadar ada banyak perlengkapan menggambar disitu. Hasil karya anak anak yang tentunya kadang di luar nalar. seperti yang Papah lihat sekarang. Gambar keluarga kecil yang menaiki kelinci raksasa bersama. dan anehnya Ada sepasang sayap mungil di badan kelinci putih tersebut. Haha.. imajinasi yang luar biasa. Setelah menjadikan kelinci jadi hewan raksasa. Gambar itu juga membuatnya tampak mustahil dengan sayap kecil yang tak mungkin bisa digunakan. Lebih tepatnya hanya buat pajangan saja.

Aku menduga, pasti itu hasil gambar bocah tadi. Aku baru tersadar. Dia juga dipanggil Yumna. Apa mungkin dia memang aku?. yang masih kecil.?. Bagaimana bisa aku tak berpikir kearah situ?. nyatanya memang mustahil anak kecil berlarian disini. kecuali aku yang kecil... ahh iya... Aku sudah memikirkan ini sebelumnya.

Apa yang sudah kulakukan? Kenapa Tuhan sangat baik kepadaku. Sampai memberiku mimpi seindah ini. Pasti ini semua hanyalah harapan ku yang mustahil menjadi nyata. untuk itu aku hanya bisa menikmatinya di mimpi.

Mungkin Papah sudah puas mengamati karyaku. Ya.. aku versi kecil. Ia lantas membereskan semuanya. Tanpa menghiraukanku. Aissh Aku disini tak lebih hanya seperti makhluk tak kasat mata.

Oh ayoolah..izinkan aku mengatur mimpiku sendiri. Untuk kali ini saja... Setelah berkali kali nama Papah kusisipkan dalam Doa. Apa aku terlalu serakah jika masih ingin lebih. Ya Doaku memang hanya ingin menemuinya. Tapi bisakah aku mendapat kasih sayangnya lagi. Sekali ini saja... Aku ingin mendengar namaku disebut olehnya. Orang yang pasti selalu mendengar ucapanku.

"Papah...." lirihku. Aku ragu akan di anggap disini. Nyatanya Papah tak bergeming. Ia tetap dalam kesibukannya. Memasukan satu per satu krayon ke dalam wadah.

"Papah..." Aku tak menyerah. Suaraku mulai bergetar menahan tangis. Aku mencoba meraih tangan Papah. Namun gagal!. dalam sekejap ia sudah berpindah tempat lebih jauh. Dengan kegiatan lain. Yakni, memberi makan kelinci. Aku kembali mencoba mendekatinya. Aku tak putus asa... ku coba lagi...

"Papah!.." dengan langkah cepat kuraih tangan Papah. Dan diluar dugaanku... seakan menyentuh bayangan. tanganku terhempas jatuh menembus tubuh Papah yang kian memudar. Pah...! air mataku luruh menuruni pipi. Akuu mohhhon.... Tanganku mengepal memaki diri sendiri dalam hati. Sampai kapanpun Papah tak akan sudi menerimaku lagi. Itu kata Mama!. kenapa aku bisa lupa..?..bodoh!. Siapa pula yang akan mendengarku?.. Papah selalu mendengarkanku! Tapi tidak sejak aku menjadi penyebab kematiannya. ingat itu...!! Pikiranku seolah menusuk hatiku dengan cacian tajam. Bahkan diriku sendiri pun tak membiarkanku bahagia.

Kamu pembunuh Yumna!!. Kamu memang pembunuh!! kamu pantas mati!! bahagia? enggak! itu... Sama sekali gak pantes buat kamu!!. Kata kata Mama tiba tiba menggema di sekelilingku. Seakan dinding rumah bisa memutar VCD secara berulang ulang. Ahh lupakan lagu indah... yang kudengar selanjutnya justru makin memekakkan telinga. Makian dan umpatan kasar mengalun tiada henti. Bagaikan serbuan anak panah di medan perang yang langsung menukik tajam dan menembus telinga dan hati sekaligus. Betapapun kuatnya aku menutup pendengaranku. Lagu mengerikan itu tetap mengisi seluruh otakku. Apa aku bisa bertahan.? Telingaku juga berdenging memberi sensasi denyutan yang sangat menyiksa di kepala. Aku mencoba melihat kedepan... Papah masih disana.. menatapku penuh arti. Aku tak mengerti. Apa itu kesedihan atau... kerinduan...

"Kenapa....aku.. harus mendengar orang lain... jika orang lain...." ucapku dengan sisa sisa tenagaku. Walaupun terbata bata. lantas Aku menarik nafas dan menghembuskan perlahan. "Jika orang lain... tak pernah mau mendengarkuuuh...." lanjutku. Suaraku melengking mengalahkan kebisingan tadi. Dalam beberapa detik suara mama kian melemah dan akhirnya lenyap.

Aku kembali memandang Papah. Ya Tuhan...

beri aku kesempatan... aku hanya ingin memeluk Papah. Merasakan kelembutannya seperti dulu. Aku bahkan membenci dunia setelah Papah tiada.. lalu bagaimana mungkin aku membunuhnya?. Kenapa dunia begitu jahat. jahat.. jahaat... padaku...? Lututku semakin lemas... persendianku runtuh. Aku terduduk bersimpuh. Aku tak bisa menahan lagi. Air mataku menjebol dinding ketegaranku. Hatiku bergetar merasakan semua ini.

"Ternyata melihat tanpa memiliki itu lebih sakiit.. daripada tak melihat tapi dulu saling memiliki." Ini sungguh menyiksa batinku.

Kekecewaan kembali membuatku sesak. Rasa sedih ini sungguh memenuhi dadaku. Tak memberi celah sedikitpun untuk membuatku bersyukur merasakan sesuatu.

Mamapun jahat.... jika Mama menyesal melahirkanku... kenapa tak bunuh aku saja. Dunia ini sama denganmu. Jahat!. kalian hanya menyiksaku sepanjang hidup. bunuh

saja aku. Aku tak akan melawan.. Aku tak akan menolak. Aku tak akan menyusahkanmu lagi dengan kehadiranku.

Kenapa tak bunuh saja aku saat papah pergi dulu.?!.. Ahh iya.sepertinya aku salah. Kalian bukan ingin aku mati seketika. kalian hanya ingin aku mati perlahan sebab siksaan batin yang tiada henti kuterima. Ya aku hanya bisa terus menerima.....tanpa melawan....sampai kapanpun.....

"Paah... Mama jahat...." Aku terisak. Menutupi kesedihanku dengan telapak tangan. Pundakku berguncang bersama tangisanku.

"Gak ada yang mau dengerin aku...." ucapku disela tangis.

"Ada....mama gak jahat.. cuma lagi ngambek aja... mama selalu dengerin kamu kok..."

Aku mendongak tak percaya. Papah menjawabku. Papah mendengarku... Ia lalu berjongkok di depanku. Mengusap pipiku yang sembab. Aku langsung menyentuh tangannya. Ya ...aku bisa merasakannya.

"Mama berubah pah... papah gak tau itu.." lirihku.

"Siapa yang berubah??...Mama selalu mau dengerin kamu kok sayang." Suara lembut dan perhatian itu menggetarkan hatiku. Aku tak bisa bergerak. Kulihat Papah memandang orang yang berada di sampingku. Aku tau itu Mama. Detik berikutnya pelukan hangat kurasakan dari kedua sisi. Mama dan papah memelukku!. Aku membeku dalam dekapan yang selalu kuinginkan ini. Kuharap Mama akan tetap seperti ini sekalipun aku terbangun. Hingga tiba tiba...

"Aku juga selalu mau dengerin suara kamu..."

Aku tersentak gara gara suara itu. suara bass cowok bernama Zaky. Dalam satu detik Kedua orang tuaku menghilang dan tergantikan oleh Zaky yang berjongkok tepat di depanku. Dia cengengesan dengan pedenya. Aku menghela nafas jengah. Berusaha menahan kekesalanku yang spontan dalam mode on. Kenapa Zaky lagiii....?! issh... Aku segera berdiri. Dia juga ikut. Aku melempar pandang kelain arah sebentar. Sabar.... sabar.... ahh gak bisa kalau disini mah.... protesku dalam hati

"Kamu....issh..." Aku mendengus kesal. Rasanya aku ingin menelan Zaky sekarang juga. Dia malah masih memamerkan senyum bodohnya itu. Benar benar menjengkelkan. Bagai kilat, aku kehilangan moment berhargaku tak sampai satu detik. Dan ini gara gara dia!. Pokoknya harus ku balas!.harus!!. aku menatapnya tajam. 1....2...3.....rasakan!. kuinjak kakinya sekuat tenaga.

"Miaaww!!!." Suara Zaky bertransformasi menjadi pekikkan kucing. hah?!. bagaimana bisa?!. Cahaya mendadak semakin gelap..gelap...gelap...dan ... perlahan jelas terlihat pelapon rumah. Ya! baguus... aku memang tak mau terlalu lama bersama dia di mimpi. Dia selalu merusak suasana jika di mimpi. selain itu karakternya selalu berbeda di tiap harinya. aneh!. pada intinya selalu membuatku menyesal sudah bermimpi dengannya saat terbangun.

Tiba tiba kepala ku terasa pening lagi. Seperti yang kurasakan saat di taxi dan di mimpi tadi. Aissh... sekalipun tidur lagi... aku gak yakin bisa... yang ada malah mimpi buruk lagi. pikirku.

Aku mencoba memijit pelipis. Hmm... ini tak membantu sama sekali.

Brugh...! Aku reflek menoleh ketika suara tubrukan benda jatuh terdengar dari arah balkon. Apa itu?. aku penasaran. Aku mengambil langkah mendekati tirai.

Aku terperangah saat terlihat bayangan laki laki berdiri menghadap kaca jendela. siapa dia??. Aku membekap mulutku sendiri. Rasa takut yang berlebihan membuatku terlalu parno. Bahkan nafasku seketika sesak seolah memaksaku berhenti takut terdengar oleh orang asing itu. Bagaimana jika itu perampok?.

Tok tok tok... ketukan kaca jendela memancing keringat dingin keluar dari pori poriku. Kurasa kakiku sudah menjadi batu sekarang. kaku!. dan sulit digerakkan!. Bagaimanapun aku memang tak berani berpindah kemana mana. Ya! Takutnya sedikit suara bisa memicu bahaya.

Jujur aku baru tahu kalau ada maling yang punya sopan santun... mendahulukan mengetuk pintu sebelum beraksi. apa itu cara meluluhkan korban? biar korban suka rela kasih harta? aihh pintar sekali perampok ini!. Eh tapi kalau di pikir pikir jelas mustahil. Mana ada orang yang mau dirampok , ya sekalipun perampoknya sesopan itu.

Tok tok..!.. Aku pasrah. Dengan kondisi seperti ini. Aku ragu bisa selamat dari serangan yang datang tiba tiba. Aku terlampau lemah.

"kalau kamu denger suara aku, ketuk jendelanya sekali, kalau mau aku pergi, ketuk dua kali."

Aku mengernyitkan dahi. Kenapa pula bisa ada orang baik jadi perampok? Apa dia juga tau kalau aku lagi sakit? dia mau kalau diusir.?.

'gak nyangka' Aku berdecak heran. ahh...aku akan menghargainya. hhh...aku akan menjawab satu ketukan. lalu...

Whuuusssh.... tiba tiba angin berhembus dan menyibakkan jendela. jeng jeng!. Zaky?!! Astaga kenapa cowok gila itu lagi?. Aku mengangkat kedua alis sedikit. berapa lama aku berdiri?. aku merasa energiku lumayan terkuras banyak. Aku benar benar letih. ku pastikan bibirku sudah memutih karena terlalu pucat.

"na... Yumna.." panggil Zaky.

Apa yang ingin dia lakukan semalam ini?. 'Padahal hari ini capek banget' batinku heran.

tiba tiba kejadian tadi sore terbayang begitu saja. Memory saat aku dan Zaky bersembunyi di dalam mobil dengan berpelukan di posisi sempit itu. ahh aduhh Itu sungguh memalukan. Kenapa aku tak melepas pelukannya. dan malah merasa nyaman?!. kenapa aku jadi ikutan bodoh seperti dia?.

Whuuushh... penghalang pandangan antara kami tertutup kembali. Nafasku mulai terengah. Padahal aku hanya berdiri. aissh kenapa aku jadi lemah begini. kutopang badanku dengan tangan ketembok. Ahh... lebih baik bersandar. Karena kedua tanganku masih sakit. Ajaib kan?! nyeri efek gigitan kelinci nakal itu anehnya masih jelas terasa. Cherry tak mungkin menggigit ku kan?!. Lalu kenapa ngilunya sampai kedunia nyata?!.

Aku menghembuskan nafas lelah. badanku yang tadinya bersandar mulai turun untuk duduk. menghela nafas sejenak. lalu kuketuk kaca jendela yang terhalang tirai. ditambah lagi tanganku yang di lapisi sarung tangan. jadi suara nya tak senyaring ketukan Zaky.

oke...satu ketukan artinya aku mendengarnya. sekarang aku tinggal nyuruh dia pergi. aku baru saja hendak mengetuk ketukan lagi dua kali tapi Zaky malah mengatakan

"Dengerin baik baik.. aku mau nyanyi sebagai permintaan maaf atas kejadian hari ini,, semoga kamu bisa nerima..." ucap Zaky. maaf untuk apa?. Dia tak punya salah. Seingat ku. Aku menghela nafas berat. walaupun aku tidak terlalu suka lagu. Tapi baiklah. Untuk menghargainya. Aku urung melakukan pengusiran yang seharusnya tadi terjadi. Bayangan Zaky berubah keposisi duduk.

"Maafkan aku yang selalu menyakitimu... mengecewakanmu....

dan meragukan mu...

tersadar aku memang kamu yang terbaik.. terima aku mencintaiku ...apa adanya..."

Zaky terdiam. Padahal aku sungguh menikmati lagunya. Rasanya kepala ini terhipnotis untuk berhenti membuatku menderita. oh ayoolah... Aku mungkin bisa sembuh kalau terus mendengar lagu itu.

"karena..." lirih Zaky. Aku serius menunggu kelanjutan laguya. Aku tak begitu peduli dengan lirik yang terlalu berlebihan menurutku. Aku tak bisa menebak apa yang sebenarnya enak ditelingaku. suaranya atau lagunya..

"Diantara beribu bintang hanya kaulah....."

Mataku terpejam selama lagu itu di nyanyikan. Lagu siapa itu.. pasti lagu babd terkenal.. aku yakin pernah mendengarnya.

"maaf.." lirih Zaky. Aku mendengar dengan jelas. oke.. Aku anggap dia meminta maaf soal mimpi tadi. itu pasti tandanya lagu itu sudah selesai. Akupun segera mengetuk jendela dua kali. hening beberapa saat.

"Kamu pengen aku...."

Tok tok.. aku ingin cepat merebahkan diri di kasur. Ditambah lagi rasa maluku yang datang seperti alarm. mengingatkanku untuk jangan terlalu lama meladeni Zaky. Walaupun cowok itu malah tetap seolah tak peduli dengan kejadian tadi sore. ohh ayolaah... Itu pun aku sudah sangat malu. Bagaimana dengan kejadian sesudah aku pingsan?. badan ini gak mungkin jalan sendiri kan... aissh memalukan!. Sebab itu aku sengaja menabrak ucapannya dengan ketukan barusan.

"oh iya maaf.. kamu harus istirahat..." ujar Zaky... nah itu tahu...udah pergi?.. aku mendesah kesal ketika aku masih melihat bayangan cowok itu di balik jendela. 'sumpah demi apapun Zaky justru membuatku pusing.' aku kembali mengurut dahi. Memejamkan mata berusaha mengabaikan kepala yang berdenyut. Kepalaku terasa membesar dan mengecil. Aku jadi ingin membenturkan kepala ini ke dinding.

"Aku mau pergi.. tapi seengaknya kamu liat langi malem ini.. banyak bintang.. itu harusnya indah.. tapi aku gak terhibur sama sekali karena senyum aku ada di wajah kamu.. kalau kamu seneng aku juga seneng.. dan misalnya sekarang kamu sedih.. aku juga sedih...jadi please liat mereka walau cuma sebentar.... oke aku pamit..." Ucap Zaky panjang kali lebar kali tinggi jadi volume. Aku menghela nafas. Cowok ini kenapa lagi? selalu berlagak peduli... Faktanya Aku paling gak bisa nolak soal pemandangan langit. gimana ya? Aku mendadak dapat pasokan energy. Cuma gara gara dengar kata 'langit'. Kayaknya aku terlalu mengacuhkan Zaky. Aku lebih pantas yang minta maaf, bukan yang maafin!. Dan harusnya aku juga berterima kasih. Entah apa yang udah dia lakuin. Yang pasti dia dah selametin aku dari omelan Mama. Mungkin besok. Karena aku kan baru bangun sejak pingsan tadi sore. Ya..Aku harus berterima kasih.

Aku segera berdiri dan berbalik. Kubuka tirai jendela. Aissh...aku terlalu lelet. Dia pasti sudah pergi. Aku menghembuskan nafas erat. Sedikit kecewa. Namun kemudian mendadak hilang saat mataku disuguhi dengan pemandangan langit yang indah. Aku tersenyum lega. Terimakasih...batinku.

Aku memejamkan mata ketika kepalaku lagi lagi terasa tegang. Aku teringat dengan kata kata Zaky beberapa saat lalu. aku akan mengganti ucapan terimakasihku dengan senyumanku pada bintang. Aku harap dia serius dengan itu. jadi, Saat aku tersenyum dia pasti menganggapku bahagia. Bagaimanapun dia pantas bahagia. tidak denganku.

Aku tidak tahu berapa lama aku memandang Bintang. Apapun itu, tentunya aku akan menikmatinya dilain waktu. Malam ini aku benar benar butuh istirahat yang cukup. Aku tidak mau tersiksa dengan badan lemah seperti ini.

Dalam beberapa saat, aku sudah kembali siap di atas ranjang. Apa yang akan aku dapatkan besok dari mama?? Pelukan atau Cacian... Aku tersenyum pahit mengingat itu.

"Mama....aku... kangen...." Lirihku dengan suara bergetar. Aku memaksakan terpejam dan membiarkan setetes air mata meleleh disudut mataku.