Chapter 3 - Terkejut

Fahri memenuhi janjinya, ia kaget melihat rumah yang ia datangi. Rumah bertingkat dua dengan unsur modern dan mobil yang terparkir ada 3. Berbeda dengan rumahnya yang sederhana dan hanya memiliki 1 motor. Fahri berencana ingin pulang tapi ia sudah berjanji dengan ibu yang tadi ia tolong. Akhirnya fahri mengetuk pintu dengan hati-hati lalu ibu pun membukakan pintunya. Fahri diajak masuk dan duduk di meja makan. Bibi panggilkan Citra dan Anggun bilang tamunya sudah datang.

Maaf bu' saya berpakaian seadanya. Tidak apa-apa nak ini kan cuman makan malam biasa. Oh iya kamu kerja dimana? Tanya ibunda Citra. Saya kerja di PT  Singkamaju bu' sebagai kepala gudang. Bagus nak yang penting halal, berat tidak disana? Yah namanya kerja bu' cuman itu saja bu' kendalanya kalau shift malam suka ngantuk hehe. Iya yah harusnya kan jam segitu sudah tidur tapi ini kamu kerja, yang penting kerja itu harus disiplin dan bertanggung jawab. Iya bu' jawab fahri.

Citra dan Anggun pun datang. Kenalin ini anak ibu, ini Citra anak pertama ibu, profesinya sebagai dokter umum sekarang sedang mengejar spesialisnya. Kalau ini Anggun anak ibu yang kedua baru lulus menjadi mahasiswa kedokteran, ia ingin seperti kakaknya. Wah hebat-hebat anak ibu, pasti ibu sangat bangga. Iya ibu bangga dengan mereka tapi yang ibu lebih bangga mereka tidak pernah membantah apa yang ibu katakan. Mereka anak-anak baik dan penurut. Ibu juga penurut kalau Anggun minta uang pasti diturutin, sambung Anggun. Semua tertawa. Sudah- sudah sekarang kita makan.

Setelah makan malam ibu menyanpaikan info penting kepada mereka bahwa ia menjodohkan fahri dengan anaknya, Citra. Sontak pernyataan ibu membuat Citra, Anggun dan fahri terkaget. Bagaimana Fahri kamu setuju kan? Mohon maaf bu' saya merasa tidak pantas, bapak saya cuman pensiunan, dan ibu saya cuman ibu rumah tangga. Saya tidak pantas bu'. Saya tidak melihat dari hal itu nak, kamu orang baik, pasti kamu bisa menjaga dan membuat bahagia anakku. Tapi bu' bagaimana dengan Citra sendiri, mungkin Citra sudah ada pilihannya, jawab fahri. Iya bu' saya sebenarnya sudah punya pacar namanya Adi, sambung Citra. Sudah kamu tidak usah dengan dia kalau dia memang baik dan serius seharusnya dia datang ke ibu dari kemarin-kemarin. Citra terdiam mendengar kata ibunya bernada tegas.