Chapter 9 - Adi

Dua minggu sudah pernikahan mereka namun tak ada kebahagiaan satu sama lain. Dokter Citra masih dengan kebenciannya kepada suaminya sedangkan Fahri dengan ketabahannya yang luar biasa. Mereka sama-sama tersakiti, tidak ada yang menguntungkan di posisi mereka berdua.

Dokter Citra memulai kembali hubungannya dengan Adi setelah mereka tak sengaja bertemu di tempat mie kocok 77 tempat makan favorit mereka dulu sewaktu pacaran. Setelah makan Citra mengajak Adi ke salah satu cafe untuk menjelaskan semua yang terjadi. Adi memang belum mengetahui alasan sebenarnya Citra menikah dan meninggalkannya begitu saja.

Citra menceritakan semuanya dari awal hingga keadaan rumah tangganya sekarang. Adi pun akan menunggu Citra hingga rumah tangganya dengan Fahri berakhir.

Waktu menunjukkan pukul 22.15 Citra belum juga pulang. Ia mengirimkan pesan text ke Citra namun tidak ada balasan. Di telefon pun Citra tidak mengangkatnya. Fahri khawatir, bagaimanapun Citra masih istrinya dan itu tanggung jawabnya kalau sampai Citra kenapa-kenapa iya akan menyalahkan dirinya sendiri. Tak berselang lama datang mobil yang asing bagi Fahri berhenti didepan rumahnya, ia melihat Citra turun dari mobil itu dan melihat sekilas laki-laki yang mengantarnya. Hari ini Citra memang tidak membawa mobilnya dikarenakan ia telat bangun dan berfikir jika iya memakai mobilnya iya akan terlambat, karena itu iya memakai ojek untuk sampai di rumah sakit tempatnya bekerja.

Citra sangat bahagia turun dari mobil itu, wajah sumringahnya terlihat jelas oleh Fahri. Siapa gerangan laki-laki itu? Kenapa bisa istrinya pulang dengan dia? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya yang ingin ditanyakan kepada istrinya itu. Namun iya lebih memilih diam.

"Kamu sudah makan? Aku sudah masak ayam goreng sambal hijau, pasti kamu suka."

"Aku sudah makan tadi sebelum pulang."

Citra sangat bahagia mengingat kejadian tadi dengan Adi dan rela menunggu Citra. Wajahnya berseri-seri. Tok tok tok, Fahri mengetuk pintu.

"Ada apa?" Tanya Citra.

"Oh enggak, ini aku bawakan teh hangat untuk kamu".

"Kamu saja yang minum". Jawab Citra dengan dingin.

"Minum saja sedikit, sekedar menghangatkan tubuh." Lanjut Fahri.

"Kamu tuli ya? Kalau aku bilang tidak mau yah tidak mau."

"Ya sudah kalau begitu, tapi kalau kamu butuh sesuatu bilang saja kepadaku".

Tidak ada lagi jawaban dari Citra, ia menganggap Fahri seperti kecoa dirumahnya yang harus dimusnahkan.

Sebelum tidur Fahri tersenyum, iya merasa bahagia telah berbicara dengan Citra hari ini.

Keesokan harinya Citra membawa Adi kerumahnya setelah pulang kerja. Iya ngobrol banyak hal dengan Adi, sambil sesekali tertawa saat mengenang masa-masa mereka berpacaran dulu. Fahri yang selalu pulang kerja pasti ke warung bang Jack ditanya oleh tetangga yang berbelanja disitu.

"Mas itu istrinya sama laki-laki lain dirumah mas."

Fahri tersenyum lalu mengatakan

"Dia saudara sepupu istri saya bu, kebetulan ada tugas di kota ini. Jadi mampir dulu deh kesini."

"Oh saya kira istri mas selingkuh."

"Haduh ibu ini pikirannya suka suudzan. Tidak baik tuh bu." Sambung bang Jack.

"Siapa tau kan bang Jack. Apalagi di jaman sekarang."

"Sudah-sudah, ini kembaliannya bu."

"Makasih yang bang, saya permisi pulang dulu. Mari mas." Ibu-ibu berlalu pergi.

"Dasar ibu-ibu suka banget ngegosip."

"Namanya ibu-ibu bang Jack.''

Fahri mulai sedikit mengintip-mengintip ke arah rumahnya iya nampak melihat sekilas mobil semalam yang mengantar istrinya pulang. Ada rasa cemburu di hati Fahri.

"Melamun aja mas, kopi?"

"Nggak bang Jack, makasih"

Next