Chereads / BUKAN DIA TAPI AKU / Chapter 9 - KEMBALI KE JAKARTA DAN BERSIAP KENCAN

Chapter 9 - KEMBALI KE JAKARTA DAN BERSIAP KENCAN

"Apapun alasanmu tidak seharusnya kau membohongi Anastasia, Kev. Gadis itu mencintaimu dan pasti akan sangat kecewa jika tau kalau kau susah membohongi dirinya. Bagaimanapun pahitnya, dia pasti bisa menerima jika memang dia sangat mencintaimu. Apa lagi dia sampai rela jauh datang dari Jakarta ke Kupang kemarin," kata Maya.

"Mungkin dia siap. Tapi, aku yang belum siap, Ma. Sudahkah, jika memang sudah tiba waktunya nanti dia pasti akan mengetahui kebenarannya," tegas Kevin. Maya hanya bisa mengangkat bahunya sambil menautkan alis matanya dan menepuk bahu Kevin.

Tak lama kemudian, panggilan untuk segera naik pesawat terdengar. Mereka bertiga pun langsung berdiri dan berjalan menuju ke pesawat. Sejujurnya, setiap kali hendak flight seperti ini, Maya selalu merasa resah. Ia selalu teringat kepada Katharina. Begitu sudah duduk di dalam pesawat, Maya segera memakai sabuk pengamannya dan langsung meminum obat anti mabuk supaya ia dapat tertidur sepanjang penerbangan.

Danzel dan Kevin yang sudah hapal betul dengan kebiasaan Maya tidak banyak bertanya dan membiarkan Maya untuk tidur. Tak lama pesawat pun take off. Kevin asik dengan film yang ia tonton sementara Danzel asik dengan novel yang sempat ia beli di bandara tadi. Penerbangan dari Kupang ke Jakarta ditempuh dalam waktu 3 jam tanpa transit. Lumayan lama dan bagi Maya tentu cukup lumayan untuk tidur sepanjang perjalanan.

Tiba di Bandara mereka dijemput oleh kakak kandung Maya. Selama dinas di Kupang Maya memang mempercayakan pengawasan rumah kepada Gandhi kakaknya. Kebetulan rumah Gandi juga tidak terlalu jauh dari rumah Maya.

"Bukannya bulan depan kalian kembali. Kenapa dipercepat, May? Tidak ada masalah, kan?" tanya Gandi saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Nggak, kok Mas. Mas Rizal menyusul bulan depan, bersama Mas Herman dan Mbak Wita. Aku dan Kevin duluan karena kemarin kondisi Kevin sepertinya memerlukan penanganan yang lengkap. Dan, itu akan lebih baik dilakukan di Jakarta. Besok aku akan membawa Kevin ke rumah sakit Dharmais."

Gandhi menghela napas panjang. Ia sudah tau bagaimana kondisi keponakannya itu.

"Rekap medisnya sudah kau bawa dengan lengkap?" tanya Gandhi.

"Sudah, Mas."

"Oiya, Danzel ikut ke rumah Kevin atau om mengantarmu ke rumah?" tanya Gandhi.

"Rumah Kevin dong, Om. Aku malas jika hanya berdua dengan kak Sheila dan suaminya di rumah," jawab Danzel. Gandhi hanya tertawa kecil, ia sangat maklum sekali. Sejak kecil Danzel dan Kevin memang selalu bersama. Dan, bukan rahasia kalau Danzel lebih dekat dengan Kevin dibandingkan Sheila kakaknya.

"Kau pasti malas jika Sheila menitipkan kedua anaknya padamu, kan?" kekeh Gandhi. Danzel tertawa terbahak-bahak.

"Ah, Om ini buka kartu saja," sahutnya.

Danzel memang sangat dekat dengan seluruh keluarga Kevin. Bagaimana tidak ia dan Katharina dulu hampir 10 tahun berpacaran. Sejak mereka remaja, cinta monyet hingga hampir menikah. Selama itu seluruh keluarga Kevin juga melihat kepribadian Danzel yang baik dan bertanggung jawab. Sehingga semua keluarga pun merasa sayang pada Danzel seperti anggota keluarga sendiri.

Sementara itu, Anastasia sedang gelisah sendiri di kamarnya. Hari ini dia memang meminta untuk libur pada Lisa karena Danzel memberinya kabar bahwa ia dan Kevin pindah kembali ke Jakarta dan malam nanti mereka akan bertemu. Jadilah sepanjang hari ini, Anastasia menghabiskan waktunya di Salon. Ia sengaja mengambil paket lengkap mulai dari lulur, mandi susu, medi pedi, creambath, facial, totok wajah. Sampai-sampai asisten pribadinya geleng kepala melihat kehebohan Anastasia.

"Duh, yang mau ketemu pacar sampai heboh sih, Mbak," goda Meta, asisten pribadi Anastasia. Gadis itu hanya tersenyum.

"Udah, dari pada kamu bete nunggu aku, lebih baik kamu ikutan. Mbak, tolong asisten saya juga ya. Samakan saja paketnya dengan punya saya," kata Anastasia. Meta terbelalak kaget, seumur-umur dia belum pernah perawatan sampai selengkapnya itu, paling hanya creambath sesekali untuk merawat rambut panjangnya. Tapi, melihat mata Anastasia yang sudah melotot ke arahnya, mau tak mau ia pun menurut.

"Matikan saja ponselmu," kata Anastasia.

Namun, Meta langsung menggeleng, "Bisa dipecat Mbak Lisa,Mbak.Nggak apa-apa saya tetap nyalakan ponsel, Mbak. Biar Mbak Lisa nggak susah hubungi saya."

"Ya sudah terserah kamu aja. Yang penting sekarang, kamu ikutan biar tambah cantik. Siapa tau, kamu suka sama sahabat Kevin. Namanya Danzel, dia ganteng juga kok. Kamu pasti suka," kata Anastasia.

"Maksud mbak, saya nanti ikut sama Mbak kencan?"

"Ya, iya. Kan kamu dan Pak Yusuf harus selalu ikut kemana saya pergi , kata Mbak Lisa. Jadi, nanti malam ya kamu harus ikut saya makan malam."

Meta hanya menepuk dahinya tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

"Enak ya Mbak, jadi asisten artis terkenal," kata salah seorang beauty therapist yang sedang memijat Meta. Gadis cantik itu hanya tertawa kecil, "Ada enak ada nggak nya juga, mbak. Enaknya, ya kayak sekarang ini. Facial gratis, nggak perlu bayar. Nggak enaknya, ya kalau kita harus nemenin ke sana kemari. Harus mempersiapkan semua sesuai jadwal."

"Tapi, sering ketemu artis-artis yang ganteng-ganteng di lokasi syuting juga, kan?"

"Duh, kalau itu sih sering, Mbak."

"Aduh, kalau sama Mas Steven Linus yang lagi ngetop itu sering ketemu nggak, Mbak? Saya ngefans banget loh."

"Dia lawan main Mbak Anastasia di film terbarunya. Kalau Mbak mau, bisa kok gabung sama fans club nya Mbak Anastasia. Biasanya mereka itu diizinkan ke lokasi syuting untuk meet up sama Mbak Anas," jelas Meta.

"Mau dong, Mbak."

"Nanti saya kasi nomor WA penanggung jawabnya ya. Mbak tinggal bilang aja dari Meta."

Dan wajah beauty therapist itu langsung berbinar ceria.

Setelah selesai dengan perawatan salon, Anastasia langsung mengajak Meta ke butik langganannya. Ia ingin tampil cantik di hadapan Kevin. Setelah memilih, akhirnya pilihan Anastasia jatuh pada sebuah dress dari bahan satin berwarna pink dengan panjang selutut tanpa lengan dihiasi bunga kecil dibagian bawahnya. Ia memilih juga sepatu dengan warna senada hingga penampilannya terlihat begitu cantik dan energik.

"Cantik, nggak?" tanya Anastasia pada Meta.

"Perfect, Mbak."

"Kamu pilih juga baju yang kamu mau," kata Anastasia.

"Serius, Mbak?" tanya Meta.

"Saya nggak menawarkan dua kali, ya. Sana, saya tunggu di sini," sahut Anastasia sambil duduk di sofa yang berada di sudut ruangan butik itu. Meta dengan gembira langsung memilih sebuah dress dengan model rok tutu yang sudah lama sekali ia inginkan dan langsung memperlihatkannya pada Anastasia. Gadis itu mengangguk setuju.

"Bagus, ya udah kamu langsung pakai. Kita segera ke restoran, Kevin sedang dalam perjalanan ke sana," kata Anastasia.