( PERAWAN CINTA)
Akhirnya aku di perbolehkan oleh dokter untuk pulang ke rumah dengan membawa bayiku ke rumah bibi Imah. Dan Thamus mengambil cuti untuk menemani aku pulang ke rumah bibi Imah sebelum besok Thamus kembali bekerja ke Jakarta. Kami harus LDR dahulu sampai kondisi tubuhku dan bayiku sudah bisa pindah ke Jakarta.
Sesampainya di rumah bibi Imah akupun terkejut karena ayah,ibu dan Rafaela sudah ada di rumah bibi Imah.
" Ayah!! Ibu!! Bunda Rafaela!! Kapan datangnya?! Kok enggak ngasih kabar" Ujarku sambil cipika-cipiki.
" Kami sengaja enggak ngasih kabar buat ngasih kejutan sama kamu dan Thamus" ujar Rafaela.
" Sini ibu gendong cucu ibu yang ganteng banget" ujar ibuku sambil menggendong sultan.
" Kalo boleh tahu namanya siapa?!" tanya Ayahku.
" Sulthan Malik Al Ghifari" ujar Thamus memberitahu.
" Artinya apa nama anak kalian?!" tanya ibuku.
" Raja pemimpin yang berhati lembut" ujar Thamus sambil tersenyum.
" Wah indah sekali namanya" ucap Rafaela.
" Ini kado dari ayah,ibu dan bunda Rafaela buat kamu" ujar ayahku memberikan hadiah stroller,ibuku membelikan baju tidur bayi dan Rafaela membelikan tas bayi dan gendongan bayi juga.
" Ya Allah. Makasih banget nih semuanya atas kadonya buat Sulthan. Semoga kado Nya bermanfaat dan semoga rejekinya bertambah ya. Aamiin" Ujarku bersyukur.
"Aaminn.. " ujar ayah,ibu dan Rafaela kompak.
Saat anakku sedang tertidur pulas bersama dengan anaknya bunda Rafaela. Kami melanjutkan obrolan santai sambil menikmati makanan siang yang telah di masak oleh ibuku dan bunda Rafaela.
" Thamus, cutinya berapa hari?!" tanya ayahku.
" Cuma seminggu ayah. Besok aku mulai bekerja kembali" jawab Thamus.
" Owh. cepet juga ya kamu disini udah seminggu aja" ujar ayahku.
" Terus Lolita di tinggal sendirian di Disini dong?!!" tanya Rafaela.
" Iya. Untuk sementara waktu sampai kondisinya membaik aja dulu" ujar Thamus.
" Ibu kan sudah enggak ada kegiatan di rumah. Bagaimana kalo ibu disini menemani Lolita sambil merawat Sulthan?!" ujar ibuku.
" Nanti ibu capek lagi" Ujarku sambil memeluk erat tubuh ibuku.
" Enggak akan lah. Kan dulu waktu kamu kecil juga di rawat bareng sama bibi Imah juga" ujar ibuku.
" Ya udahlah kalo maksa. Aku mau di temani sama ibu disini." Ujarku.
" Iya. Makasih ya ibu udah bersedia mau nemenin Lolita Disini. Aku juga khawatir kalo harus meninggalkan Lolita berdua dengan Sulthan" ujar Thamus.
" Maka dari itu. Ibu bakalan nemenin Lolita dan Sulthan biar enggak sepi disini. Juga biar Lolita ada teman ngobrol nya" ujar ibuku membela.
Malam harinya Thamus ,ayahku dan Rafaela bergegas menuju ke Jakarta untuk kembali bekerja. Sedangkan aku dan ibuku bersiap untuk bergantian begadang menemani Sulthan kalo lagi melek. Esok harinya mata aku dan ibuku udah celong menghitam karena kurang tidur.
" Kamu mau teh hangat dan roti?! Biar muka enggak ngantuk lagi" ujar ibu ku.
" Iya boleh Bu. Mumpung Sulthan lagi bobo" Ujarku mengobrol di ruang tamu dengan Ibuku.
" Gimana rasanya udah melahirkan dan menyusui anak?!" tanya ibuku.
" Rasanya luar biasa dan tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata"Ujarku sambil menikmati teh hangat dengan roti.
" Ibu kalau liat kondisi dan situasi seperti ini jadi inget sama bibi Imah. Waktu kamu baru lahir bibi Imah siaga yang menemani kamu waktu bayi hingga dewasa. Makanya ibu berhutang Budi sama dia." ucap ibuku mengenang bibi Imah.
" Terimakasih ibu dan bibi Imah udah merawat, mengurus aku dari lahir sampai sebesar ini" Ujarku sambil tiduran di pangkuan Ibuku.
" Kalo keadaan kamu udah membaik. Acara aqiqah nya di Jakarta ya biar banyak yang bantuin" ujar ibuku.
" Iya siap Bu. Nanti aku akan kasih tahu mas Thamus" Ujarku.
Sore harinya setelah memandikan Sulthan. Mas Thamus menelpon saat aku baru selesai memakaikan baju Sulthan.
" Assalamualaikum sayang!! Lagi apa?!" tanya Thamus.
" Wa alaikum salam. Aku abis mandiin Sulthan. Sekarang lagi menyusui Sulthan." Ujarku.
" Owh. Sulthan lagi Mimi ya sayang" ujar Thamus.
" Iya dong ayah. Kenapa ayah iri ya?!" Ujarku meledek.
" Hehehe.. Iya dong pasti iri. Susu nya bunda kamu yang ngabisin. Nanti jatah buat ayah mana?!" ujar Thamus sambil bercanda denganku.
" Kamu udah pulang kerja?!" tanyaku.
" Bentar lagi aku pulang kerja. Sekarang lagi istirahat di kantin sambil ngopi" ujar Thamus.
" Owh. Ya udah. Kalo ngantuk ngopi dulu jangan buru-buru pulang ke rumah. Santai aja bawa mobilnya ya ayah" Ujarku bawel.
" Iya sayang. Sehari enggak ketemu kamu sama Sulthan. Aku udah kangen banget" ujar Thamus.
" Ayah cari cicis yang banyak ya. Biar buat beli Pampers sultan" Ujarku bercanda.
" Iya nanti kalo udah libur ayah kesana ngasih cicis buat beli Pampers dan minta jatah sama bunda kamu" ujar Thamus bercanda.
" Ih enggak boleh ayah minta jatah dulu sebelum 40 hari. Kamu puasa dulu 40 hari minta jatah sama aku" Ujarku memberitahu.
" Yah sedih banget" ujar Thamus bersedih.
" Sabar ayah sayang 40 hari itu sebentar gak lama kok" Ujarku memberi semangat.
Setiap libur kerja Thamus ke Malang untuk bertemu kangen sama aku dan sultan. Setelah menunggu hampir empat puluh hari aku ke dokter kandungan untuk mengecek kembali kondisi kesehatan aku dan bayiku. Setelah itu berkonsultasi dengan dokter KB yang baik untuk aku.
" Seminggu lagi kesini ya bunda buat KB spiral" ujar dokter kandungan.
" Iya siap. Kenapa enggak sekarang dokter?!" tanyaku.
" Nifasnya baru kering. Jadi yang bagus seminggu lagi. Jangan mau di ajak nganu dulu. Kalo bunda pasrah kemungkinan bisa langsung hamil lagi karena habis nifas pasti dalam keadaan subur" ujar dokter kandungan.
"Iya siap dokter" Ujarku.
Dan setelah berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit. Thamus mengantarkan ke rumah. Dan ibuku langsung menidurkan Sulthan di kamarnya Lalu aku dan Thamus bergegas ke ruang makan untuk makan malam efek jadi ibu menyusui.
" Aku isi tenaga dulu biar kuat begadang nemenin Sulthan nanti pagi" Ujarku sambil menikmati makan malam.
" Kan Sulthan sama ibu. Jadi waktunya jatah aku begadang sama kamu sampai pagi" ujar Thamus merayu.
" Ya enggak enaklah. Masa ibuku yang begadang nemenin Sulthan" Ujarku.
" Ayolah bunda. Aku udah puasa nih 40 hari enggak dapat jatah dari kamu. Masa kamu tega sama aku. Tadi kata dokter boleh." ujar Thamus merayu.
" Ah kamu mah kalo minta jatah sampai subuh" Ujarku meledek.
" Enggak sampai subuh deh. Cuman sampai jam 3 pagi. Kan masih bisa jagain Sulthan" ujar Thamus merayuku.
" Iya okelah kalo begitu" Ujarku sambil mengangguk.
Setelah makan malam. Thamus langsung menggendong aku dari depan dan langsung membawa aku ke kamar untuk melakukan hubungan intim sampai jam tiga pagi.