Chereads / Perawan Cinta / Chapter 4 - BAB 4. SUASANA HIDUP BARU

Chapter 4 - BAB 4. SUASANA HIDUP BARU

(PERAWAN CINTA)

Akhirnya aku sampai juga di kampung halaman bibi Imah di daerah Malang,Jawa Timur. Tempat aku dimana dulu lima tahun yang lalu menimba ilmu berkuliah disini yang harus jauh dari orangtuaku. Hidup Mandiri serta sempat bekerja paruh waktu untuk menambah uang saku ku. Agar tak merepotkan ayah dan Ibuku yang ada di Jakarta. Sesampainya di Malang. Aku mencari alamat rumah bibi Imah yang beliau kirimkan melalui pesan padaku. Dan akhirnya aku menemukan nya.

" Assalamualaikum bibi Imah. Ini aku Lolita" ujarku sambil mengetuk pintu rumahnya.

" Waalaikum salam. Mbak Lolita. Sini masuk." Kapan sampai sini?! tanya bibi Imah sambil mempersilahkan aku masuk rumahnya.

" Baru sampai hari ini. " ujarku yang langsung masuk ke rumah nya bibi Imah

Lalu aku masuk ke rumah bibi Imah miliknya sendiri. Rumah yang masih terbuat dari kayu jati namun sudah memakai keramik pada lantainya. Rumah yang sederhana dengan halaman kecil terdapat taman kecil penuh tumbuh-tumbuhan menghiasi halaman yang terlihat minimalis menjadi indah di pandang. Lalu kami melanjutkan obrolan ke ruang tamu milik bibi Imah.

" Gimana kabar bibi Imah sekarang?! Kesibukan nya apa sekarang?! tanyaku sambil meminum secangkir teh manis hangat.

" Alhamdulillah baik,mbak Lolita. Kesibukan bibi jualan masakan matang sama kuli nyuci baju sama kuli setrika baju. Kabar Tuan, Nyonya Besar dan Nyonya muda gimana?! jawab bibi Imah sambil menyajikan kue bolu lapis Surabaya.

" Alhamdulillah baik semuanya,bibi. Aku kangen banget sama bibi. Maaf sudah enam bulan aku baru berani maen kesini. Karena kemarin sibuk kerja" ucapku sambil mencicipi kue bolu lapis Surabaya nya.

" Iya enggak apa-apa mbak Lolita. Bibi sekarang malah seneng mbak Lolita bisa mampir ke gubuk bibi. " ucap bibi Imah tersenyum.

" Bibi, kenapa gak jujur sama aku dan ibu soal kasus hilangnya berlian Rafaela?! Kenapa juga sampai nyuruh pak Sudarjo bungkam soal cerita sesungguhnya?!" tanyaku kesal.

" Bibi minta maaf kalo bibi gak cerita sama Non Lolita dan Nyonya besar. Bibi gak mau jadi keributan besar di rumah. Lebih baik bibi ngalah. Mungkin udah saatnya bibi pensiun kerja di rumah Non Lolita. Bibi ikhlas kok ngelakuin hal itu. Biar Non sama Tuan akur lagi" ucap bibi Imah merendah.

" Coba bibi Imah cerita ke aku duluan. Kan gak sampai kaya begini. Berjauhan sama bibi Imah. Kemarin akhirnya pak Sudarjo menceritakan kronologi kejadian waktu Rafaela masuk ke kamar bibi sambil menaruh perhiasan berlian ke laci lemari. Akhirnya Ayah malu dan minta maaf sama aku dan ibu. Tapi Rafaela gak mau mengakui kesalahannya makanya pasti di suruh ayah minta maaf malah kabur lari ke kamarnya" ucapku bersedih.

" Sekali lagi bibi minta maaf ya,Non. Udah bikin keributan di rumah Non. Gara-gara Bibi Tuan jadi berantem sama Nyonya muda"

" Enggak usah minta maaf,bibi Imah. Yang seharusnya minta maaf itu ayah dan Rafaela yang udah ngebentak bibi. Juga udah pecat bibi." ucapku kesal.

" Enggak apa-apa non. Bibi juga seneng sekarang tinggal disini. Rumah jadi terawat. Dan mulai Deket lagi sama saudara dan ponakan bibi di kampung."

" Mulai hari ini dan seterusnya aku bakalan tinggal disini. Aku udah minta ijin sama ayah dan Ibu buat tinggal disini. Dan mereka mengizinkan aku buat nemenin bibi disini" ucapku sambil memeluk bibi Imah.

" Tapi non. Rumah bibi gak sebesar rumah Non Lolita. Enggak ada AC nya pula. Pasti non gak bakalan betah disini" ujar bibi Imah merendah diri.

" Enggak apa-apa bibi. Aku malah seneng tinggal sederhana begini. Lagian aku udah mulai terbiasa hidup sederhana begini. Dulu waktu zaman kuliah aku ngekost tanpa AC dan hanya kamar dua petak. " ucapku.

" Ya sudahlah kalo non maksa. Bibi Imah gak bisa nolak" ucapnya sambil mengelus rambutku.

Obrolan kamipun berlanjut sampai ke ruang makan. Bibi Imah memasak ayam serundeng,sambel goreng terasi,tumis sayur nangka dan tempe juga tahu goreng. Kami mengobrol sambil menikmati hidangan makanan yang tersaji di meja makan. Setelah kenyang makan malam. Aku membantu bibi Imah mencuci piring dan membereskan peralatan masak pada tempatnya. Kemudian kami bergegas ke kamar tidur masing-masing. Dan keesokan harinya. Bibi Imah sedang memasak untuk berjualan di ruko yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

" Selamat pagi,bibi Imah!! Ada yang bisa saya bantu,bibi Imah?! tanya ku sambil menghampiri ke dapur.

" Pagi juga Non Lolita. Udah beres semua Non. Tinggal nungguin Matengnya aja. " ujar bibi Imah sambil mengemas masakan matang ke wadah plastik besar.

" Banyak juga ya masaknya. Ada tumis tauge,tumis kangkung,tumis kacang panjang,orek tempe,ikan teri kacang balado,ikan kembung balado, ayam saos Padang,ayam saos kecap,udang balado,usus di kuningin,kentang balado,urap,sayur SOP bakso,sayur asem, telor dadar dan ayam goreng" ucapku menyebutkan menu makanan nya.

"hehehe.. non Lolita lucu banget. Sampai nyebutin makanan begitu" ucap bibi Imah tertawa.

" Ini semua masakan mah yang aku doyan. Ah jadi laper lihat hidangan nya menggiurkan banget" ucapku.

" Iya nanti kita sarapan bareng di ruko ya. Bibi minta tolong bawakan semua lauk dan sayur ke ruko ya,Non" ujar bibi Imah minta tolong.

" Iya siap bibi Imah. Aku otw nih" ujarku sambil membawakan lauk dan sayur.

Setelah bolak balik membawakan semua sayur dan lauk ke ruko. Akhirnya aku sarapan bareng bibi Imah di rukonya. Sekarang berjualan disana. Menikmati sarapan di ruko sambil jualan hal yang baru buat aku. Secara aku anak manja orang kaya yang tak pernah ngerasain susah. Kini harus menyesuaikan hidup dengan suasana baru bagiku. Tak berapa lama kemudian dering hape ku berbunyi. Dan saat ku lihat Mathilda menelpon.

" Hai,Beb!! Elu sakit ya?! Kok udah dua hari ini enggak ngasih kabar gue sih?! tanya Mathilda cemas.

" Eh, sorry banget beb. Gue lupa ngasih kabar elu. Saking sibuknya gue. " ujarku yang hampir keselek saat makan.

" Tapi elu enggak apa-apa kan Beb?! Enggak sakit atau kecelakaan kan?! tanya Mathilda penasaran.

" Alhamdulillah gue masih waras dan sehat,Beb. Gue lagi di daerah Malang. Gue udah dapat kerjaan baru" ujarku yang kepedesan sambel buatan bibi Imah.

"Ih parah banget sih elu baru ngasih tau gue!! Jahat banget elu udah dapat kerjaan baru udah mulai lupain gue!! Ah gue marah nih Ama elu'' ujar Mathilda bercanda.

" Sorry banget,Beb. Ini juga mendadak banget gue. " ujarku meminta maaf.

" Emang elu kerja apaan disana,beb?!

" Gue jadi asisten bibi Imah. Soalnya bibi Imah kerepotan kalo jualan tanpa ada yang bantuin"

" Bibi Imah ,yang dulu kerja di rumah elu?! buset jauh banget elu kerja sampai sana!!

" hehehe.. biarlah cari Suasana baru, Sekalian gue menghindar ketemu si Pelakor di rumah gue" celetuk ku kesal.

" Ya udah Bae-Bae elu disana. Kalo udah bosen tinggal disana kabarin gue. Biar gue jadiin elu karyawan gue lagi" ujar Mathilda meledek.

" hehehe.. ceritanya elu kangen gue nih. Baru dua hari kagak ketemu udah kangen. Gue gak tau kapan balik ke Jakarta. Soalnya gue masih betah disini" ujarku meledek.

" Ah elu mah bikin gue ngambek aja. Kan gue sayang elu makanya gue kangen pengen nongkrong dan ghibah bareng lagi"

" wkwkkwk.. bisa ae lu kang makeup. Biar ajalah gue ke Jakarta nunggu udah bosen tinggal disini baru hijrah lagi ke Jakarta" ucapku sambil menutup telepon nya.