"Assalamu'alaikum..." Kirana dan Hanan sudah sampai dirumah sakit sebelum Dzuhur, mereka berdua langsung mencari kamar yang ditempati Ashila. Dengan diantar seorang perawat, kedua pasangan itu segera menemukan tempat dimana putra dan menantunya berada.
Saat mereka masuk, mereka melihat keluarga tiga orang yang sedang berbahagia. Kirana dan Hanan juga sangat berbahagia melihat Kaif dan Ashila yang sedang menggendong putri kecil mereka. Padahal saat berangkat tadi, Kirana agak kurang enak badan, tetapi sekarang badannya terasa sangat sehat. Dia bahkan tiba-tiba merasa muda kembali.
"Wa'alaikum salam, Umi, Abi, kalian sudah sampai?" Kaif segera menghampiri abi dan uminya lalu dia mencium tangan kedua orang tuanya. Kaif mendapat pelukan hangat dari kedua orang tuanya. Tak lupa, Kirana juga mencium kening putra bungsunya yang kini telah menjadi seorang ayah.
Lalu Kirana kemudian memeluk Ashila dan langsung meminta cucu perempuannya. Kirana menggendongnya sambil mendo'akan bayi perempuan kecil yang cantik itu.
"Abi, Umi, sebenarnya kalian berdua tidak perlu kemari, kami akan segera pulang. Hanya inggal menunggu obat dari dokter kami langsung akan pulang karena Ashila melahirkan secara normal dan dia juga cukup sehat, kami bisa langsung pulang." Kaif dan Hanan duduk di sofa sementara Kirana berdiri sambil menggendong cucu barunya ini.
"Putrimu sangat cantik nak, apakah kalian sudah memberi dia nama?" tanya Kirana tidak sabar ingin memanggil cucu perempuannya ini.
Kaif dan Ashila saling menatap, keduanya kemudian mengangguk. Hanan juga merasa tidak sabar menunggu Kaif memberitahukan nama putrinya tetapi keduanya malah terus tersenyum.
"Ayo Kaif, segera beritahu kami siapa nama cucu kami?" Hanan tidak sabar lagi.
"Kaif dan Shila sepakat memberinya nama Aghnia An Nahda, yaitu seorang putri yang kuat dan mulia. Kami berharap akhlaq putri kami kelak sesuai dengan namanya, lalu kami akan memanggilnya Aghnia. Bagaimana menurut Umi dan Abi?" tanya Kaif kepada keduanya.
"Aamiin, bagus nak! Umi suka, halo Aghnia... cantiknya Uti... " Kirana sangat bahagia begitu juga Hanan. Dia merasa sangat-sangat bahagia melihat istrinya yang beberapa hari ini sakit tetapi sekarang seperti telah menemukan obat yang sangat mujarab, dia langsng terlihat sehat dan muda.
"Permisi Pak Kaif, Ibu Ashila, ini obat kalian sudah siap. Untuk urusan administrasi juga sudah selesai. Jadi kalian bisa segera pulang, terima kasih dan juga selamat atas kelahiran putri anda." Perawat yang memberikan obat kepada Kaif tadi kemudian meninggalkan ruangan tempat Ashila dirawat.
"Ayo nak, kita berkemas dan segera membawa bidadari kecil kita pulang kerumah." Hanan dan Kaif segera membereskan barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Kemudian mereka pun segera meninggalkan rumah sakit. Kirana juga tidak lupa memberitahukan Ifa dan Fadhil agar langsung kerumah saja karena mereka sudah keluar dari rumah sakit.
Dua mobil memasuki halaman pesantren tempat kaif tinggal, Habib Mustofa dan Umi Farida sudah menyambut mereka didepan rumah. Kedua orang tua itu sempat khawatir saat mendengar Ashila masuk rumah sakit. Tetapi sekarang, mereka merasa sangat bahagia. Juga keduanya merasa bersyukur masih diberikan kesempatan untuk melihat cucu buyut mereka.
"Assalamu'alaikum..." semua orang saling menyapa dan mereka semua segera masuk dan berkumpul di ruang tamu. Sementara itu, Kaif membawa Ashila kedalam kamarnya. Dia memberikan waktu untuk Ashila beristirahat, Kirana juga meletakkan Aghnia di samping ibunya. Kaif belum sempat merangkai boks bayi untuk tempat tidur Aghnia karena dia lahir tiga minggu lebih awal dari perkiraan dokter.
"Abah, Umi, bagaimana keadaan kalian? maaf kami baru bisa mengunjungi kalian berdua hanya saat ada moment-moment seperti ini." Kirana dan Hanan sedang bersama dengan Habib Mustofa dan umi Farida. Mereka berempat sedang mengobrol menanyakan kabar masing-masing.
"Alhamdulillah Kirana, Hanan, keadaan kami seperti ini sudah terbilang sangat baik. Saat ini, kami berdua benar-benar merasa sangat bahagia bisa melihat kalian semua bahagia. Juga kami masih bisa berada ditengah-tengah kalian semua." Mustofa dan Umi Farida juga tidak menyangka kalau ternyata pertemuannya dulu dengan Kirana dan Ziyad dulu telah mengubah hidup mereka menjadi seperti sekarang ini. Saat mereka masih asyik mengobrol, Ifa dan Fadhil tiba. Mereka langsung pergi menyambut besannya tersebut.
"Ifa, aku sangat merindukanmu." Kirana dan Ifa berpelukan saat mereka bertemu. Begitu juga dengan Hanan dan Fadhil. Hanan dan Fadhil masih mengobrol bersama Habib Mustofa dan umi Farida sementara Kirana dan Ifa menemui Ashila dan juga Kaif.
"Bunda, kalian sudah sampai?" Ashila yang sedang menyusui Aghnia tersenyum melihat ibunya sudah tiba. Kaif yang baru saja selesai merangkai boks bayi milik Aghnia langsung mencium tangan bundanya kemudian dia keluar untuk menemui ayahnya diruang tamu.
"Sayang, selamat ya atas kelahiran putri cantik kalian, bunda sangat bahagia nak. Sayangnya kakek dan nenekmu tidak bisa ikut, mereka sudah sangat tua dan untuk menempuh perjalanan jauh kasihan.
Jadi, kalian yang harus datang ke semarang kalau ada waktu luang." Ifa kemudian menggedong cucunya lalu Kirana meninggalkan kamar karena dia akan memasak untuk menjamu besannya ini.
"Ifa, kau beristirahatlah sebentar! aku tinggal dulu. Ashila, umi mau memasak sayur hijau untukmu, kamu mau apa? sawi atau bayam?" Kirana mencium aghnia sambil menunggu jawaban dari Ashila.
"Apa saja umi, seadanya yang ada didapur saja. Besok Shila akan menyuruh mbak hilya [mbak santri yang membantu ndalem] berbelanja di pasar." Ashila bukan tipe pemilih, apa saja dia suka apalagi kalau yang masak mertuanya ini dia paling suka pokoknya.
"Baiklah kalau begitu, Umi tinggal dulu ya.!" Kirana segera keluar dari kamar Ashila.
"Abi, Ayah, Kaif akan sekalian mengadakan Aqiqoh Aghnia nanti. Jadi kalian tinggal disini sampai acara itu ya! pumpung kalian semua ada disini. Sekalian nanti Kaif akan menelepon kak Ayya dan kan Ahfaz agar mereka semua kesini saat hari H saja.
Terutama kak Afhaz, karena abi dan umi disini kak Ahfaz pasti sangat sibuk." Hanan dan Fadhil mengikuti bagaimana yang Kaif katakan saja. Mereka semua kemudian pergi ke masjid karena kang Fatih sudah mengumandangkan Adzan Ashar. Sementara Kirana yang juga sudah selesai memasak dia mengajak Ifa dan umi Farida untuk berjama'ah sendiri di rumah.
"Ashila, Umi dan Bunda Sholat dulu ya! setelah ini nanti baru umi akan menyibin Aghnia. Sore ini tidak usah dimandikan dulu, besok pagi saja mandinya." Kirana lagi-lagi menciumi cucunya, gen dari Kaif dan Ashila juga sangat bagus. Sejak kecil sudah terlihat kalau saat dewasa nanti Aghnia akan menjadi gadis yang sangat cantik.
"Baik Umi, Ashila yang menyibinnya saja. Lagian kan sekalian belajar mengurus Aghnia, bolehkan Umi?" Ashila memang gadis yang sangat mandiri. Meski dia baru melahirkan anak pertamanya dan belum memiliki pengalaman mengurus bayi, tetapi dia sangat cepat belajar. Dia bukanlah gadis manja dan kolokan, dia sangat pantas mendampingi Kaif sebagai seorang Kyai muda yang memiliki tanggung jawab yang besar yang berada dipundaknya.